BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan

KAFEIN DAN PERFORMA ATLETIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Penelitian. Subjek NA, ARW, dan ITM adalah beberapa dari mahasiswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia melakukan pekerjaan yang berbeda setiap harinya,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

Hal-hal yang Perlu Diwaspadai untuk Menghindari Keracunan Kafein dalam Minuman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS SENYAWA STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT. JULAEHA, M.P.H., Apt

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa

Kafein? Berbahayakah atau menguntungkan untuk tubuh?

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menyeleksi perhatian (Maramis, 2009). Tidak banyak orang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi kafein berguna untuk meningkatkan kewaspadaan, menghilangkan kantuk dan menaikkan mood. Namun, konsumsi kafein sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB 1 PENDAHULUAN. hari yang dicirikan dengan penurunan voluntary body movement dan penurunan

BAB II LANDASAN TEORI

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan dapat menyebabkan sulit tidur (Potter dan Perry, 2005).

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

7 Kebiasaan Penyebab Kadar Gula Darah Melonjak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf

Tidur dan Ritme Sirkadian

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data

POLA KONSUMSI DAN EFEK SAMPING MINUMAN MENGANDUNG KAFEIN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau

Fakultas Kedokteran U K M Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki potensi fisik, mengurangi pemberian obat-obatan, memperbaiki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. fakultas yang ada di UMY adalah Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. baik jumlah dan frekuensinya (Balitbangkes 2008). penduduk di berbagai Negara yang dengan berkembang yang cenderung

BAB II LANDASAN TEORI

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein merupakan zat psikoaktif yang terdapat pada banyak sumber seperti kopi, teh, soda dan cokelat. Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kopi terbesar ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar 350.000 ton dengan nilai USD 367 juta (Yahmadi, 2005). Konsumsi kopi sebagai salah satu sumber kafein meningkat sebesar 98% dalam 10 tahun terakhir di Indonesia. Pengaruh gaya hidup dan semakin maraknya cafe serta kedai kopi memberikan kontribusi dalam peningkatan jumlah konsumen kopi (Swastika, 2012). Kafein adalah senyawa alkaloid metilxantine (basa purin) yang berwujud kristal berwarna putih dan bersifat psikoaktif. Kafein digunakan sebagai stimulan sistem saraf pusat dan mempercepat metabolisme (diuretik). Konsumsi kafein berguna untuk meningkatkan kewaspadaan, menghilangkan kantuk dan menaikkan mood. Kafein juga membantu kinerja fisik dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kontraksi otot. Atlet yang mengkonsumsi kafein memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi kafein karena atlet akan dapat bertahan lebih lama saat melakukan aktivitas olahraga (Ennis, 2014). Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi kafein dapat meningkatkan kewaspadaan (lelah berkurang) (Smith, 2002). Meskipun demikian, kafein juga memiliki efek samping jika dikonsumsi (Bawazeer et al., 2013). Studi deskriptif tentang efek samping kafein yang dilakukan oleh Bawazeer dan Alsobahi (2013) menunjukkan bahwa 34,3% peminum minuman energi yang Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

mengandung kafein mengaku mengalami efek samping diantaranya palpitasi, insomnia, nyeri kepala, tremor, gelisah, serta mual dan muntah. Selain itu, konsumsi kafein secara reguler dapat menimbulkan efek ketergantungan (Bawazeer et al., 2013). Pada individu yang rentan terhadap stimulan jantung dan aritmia, mungkin memperburuk keadaan serta dapat menimbulkan tremor dan agitasi (Peterson, 2008). Pada dosis dan waktu tertentu, kafein juga dapat mempengaruhi dari kualitas tidur seseorang (Snel et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Christopher Drake dkk (2011), konsumsi kafein 200-300 mg selama 3 dan 6 jam sebelum tidur memiliki efek terhadap berkurangnya kualitas tidur dengan gambaran penurunan jumlah jam tidur. Pendapat lain mengatakan bahwa efek puncak dari kafein dapat bertahan hingga 20-24 jam (Snel et al., 2011). Tidur adalah periode istirahat untuk tubuh dan pikiran, yang selama masa ini kemauan dan kesadaran dihentikan sebagian atau seluruhnya serta sebagian dari fungsi-fungsi tubuh menurun (Carskadon et al., 2011). Terdapat beberapa tahapan tidur, mulai dari fase awal ketika terjadi sedikit penurunan fungsi fisiologis tubuh sampai dengan fase lanjutan. Para peneliti membagi siklus tidur menjadi dua tipe, dimana setiap malam seseorang mengalaminya secara bertahap. Tipe pertama yaitu tidur gelombang pendek yang terjadi selama satu sampai dua jam setelah seseorang mulai tidur dan tipe kedua yaitu tidur dengan gelombang tidak beraturan yang terjadi setelah fase pertama selesai. Hal ini dilihat berdasarkan pemeriksaan electroenchepalogram (EEG) (Guyton, 2007). Kualitas tidur mengacu kepada kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak merasakan perasaan lelah, gelisah, lesu dan apatis, dengan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

tampak fisik kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, fokus berkurang, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk. Kualitas tidur dapat dinilai berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi dan seberapa besar seseorang mengalami gangguan ketika tidur. Kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda dan terlihat dari kualitas tidurnya, ada yang terpenuhi dengan baik dan ada yang mengalami gangguan (Hidayat, 2006). Kebutuhan tidur setiap individu berbeda, salah satunya dapat dipengaruhi oleh usia. Setiap individu harus memenuhi kebutuhan tidurnya agar dapat melakukan aktivitas dengan baik. Tidur yang tidak mencukupi dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologis dan psikologis. Gangguan fisiologis yang dapat terjadi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah, lemah, penurunan daya tahan tubuh dan ketidakstabilan tanda-tanda vital (Potter et al., 2005). Kafein juga memiliki efek lain, yaitu antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin merupakan neuromodulator yang mempengaruhi sejumlah fungsi pada susunan saraf pusat. Hal ini berdampak pada vasokonstriksi dan meningkatkan total resistensi perifer, yang akan menyebabkan tekanan darah naik. Penelitian di USA yang dilakukan oleh Cuno Uiterwaa l dkk (2007) menunjukkan bahwa subjek yang tidak terbiasa minum kopi dengan kandungan kafein memiliki tekanan darah lebih rendah jika dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi kopi dengan kandungan kafein 1-3 cangkir per hari. Pria yang mengkonsumsi kopi dengan kandungan kafein 3-6 cangkir per hari memiliki tekanan darah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang mengkonsumsi kopi dengan kandungan kafein 1-3 cangkir per hari. Pria yang mengkonsumsi kopi dengan kandungan kafein >6 cangkir Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

per hari justru memiliki tekanan darah yang lebih rendah jika dibandingkan dengan subjek yang mengkonsumsi kopi dengan kandungan kafein 3-6 cangkir per hari. (Nawrot, 2003). Hal ini diperkirakan karena adaptasi tubuh yang rendah terhadap penggunaan kopi sedang sampai ringan. Selain itu, konsumsi kopi yang lebih berat akan menunjukkan peran konsentrasi potasium serum. Asupan potasium didalam kopi yang lebih tinggi jelas terkait dengan tekanan darah rendah (Uiterwaal et al., 2007) Kafein memiliki efek akut terhadap tekanan darah. Konsumsi kafein dengan dosis 250 mg, dapat meningkatkan tekanan darah 4 jam kemudian. Jika dengan dosis 300-600 mg dalam 5 hari, peningkatan tekanan darah masih terlihat hingga hari berikutnya. Efek kronis kebiasaan konsumsi kafein diperkirakan dapat mempengaruhi peningktan tekanan darah (Myers, 2004). Pengaruh kafein tergantung pada banyaknya yang dikonsumsi dan kondisi kesehatan seseorang. Konsumsi kafein dapat meningkatkan laju jantung dan tekanan darah pada orang tidak terbiasa minum minuman berkafein, sedangkan pada orang yang terbiasa kadang hal tersebut tidak terjadi. Namun konsumsi kafein sebesar 500 mg atau 4 cangkir akan merangsang pusat pernapasan dan fungsi kardiovaskular. Studi eksperimental juga menunjukkan bahwa kafein dapat meningkatkan beberapa hormon stress di dalam plasma seperti epinefrin dan kortisol yang dapat meningkatkan tekanan darah (Winkelmayer at al., 2005). Berdasarkan latar belakang diatas, konsumsi kafein pada masyarakat cukup tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kafein dapat mempengaruhi kualitas tidur dan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Laksmi (2011) mengatakan bahwa konsumsi kafein meningkat pada pekerja shift, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

yaitu pekerja yang memiliki jam kerja rata-rata 8 jam yang berotasi yaitu pagi, sore dan malam. Mereka memiliki berbagai tuntutan pekerjaan dan terikat dengan jadwal kerja. Berkaitan hal tersebut, tidak sedikit pekerja shift yang memilih untuk mengkonsumsi minuman berkafein, baik mengisi waktu luang, menenangkan pikiran maupun sekedar untuk bercengkrama dengan rekan kerja. Pengamatan lapangan dari peneliti, karyawan yang bekerja di restoran cepat saji juga termasuk golongan pekerja shift yang banyak mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein. Untuk itu, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh konsumsi kafein terhadap kualitas tidur dan tekanan darah pada karyawan di restoran cepat saji di Kota Padang. 1.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan konsumsi kafein terhadap kualitas tidur dan tekanan darah pada karyawan restoran cepat saji di Kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsumsi kafein dengan kualitas tidur dan tekanan darah pada karyawan restoran cepat saji di Kota Padang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi usia dan jenis kelamin karyawan restoran cepat saji di Kota Padang. 2. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat konsumsi kafein pada karyawan restoran cepat saji di Kota Padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5

3. Mengetahui distribusi frekuensi kualitas tidur pada karyawan restoran cepat saji di Kota Padang. 4. Mengetahui distribusi frekuensi tekanan darah pada karyawan restoran cepat saji di Kota Padang. 5. Mengetahui tentang hubungan konsumsi kafein dengan kualitas tidur pada karyawan restoran cepat saji di Kota Padang. 6. Mengetahui tentang hubungan konsumsi kafein dengan tekanan darah pada karyawan restoran cepat saji di Kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan 1. Memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan mengenai hubungan penggunaan kafein terhadap kualitas tidur dan tekanan darah manusia. 2. Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi data bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek lain dari hubungan penggunaan kafein terhadap kualitas tidur dan tekanan darah manusia. 1.4.2 Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat seputar kafein dan hubungannya terhadap kualitas tidur dan tekanan darah manusia. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6