BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan

dokumen-dokumen yang mirip
GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 subsidi ini meningkat menjadi 61 trilyun 1. Masalah ini sebenarnya bisa

Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya akan potensi sumber daya alam yang melimpah, baik matahari,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Oktober 2003 KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL. Soedyartomo Soentono, Drs., MSc., PhD. NIP.

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Konsep Manajemen Bisnis dan Sejarah Ketenagalistrikan. Modul - 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat disanggah lagi jika di era sekarang ini segala aktivitas yang

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA YANG DICAIRKAN SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern saat ini. Pada tahun 2014, Indonesia, menurut Survei

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan pembangkit listrik Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi global

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi telah mencakup pada prinsip pengembangan usaha kepada

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JULI 2015

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BPPTPM PROV. KEP.BABEL

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

Prioritas Proyek Listrik MW untuk Daerah Kekurangan Pasokan Listrik Rabu, 22 Juni 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan pulau lebih

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197 TAHUN 1998 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1

BIDANG USAHA TERTENTU (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTAMBANGAN BATUBARA DAN LIGNIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Analisis Perkembangan Industri

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PUBLIC EXPOSE. PT SUPREME CABLE MANUFACTURING & COMMERCE Tbk. 31 Mei 2016

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

BAB IV PEMBENTUKAN DEN (DEWAN ENERGI NASIONAL) DAN KERJASAMA DENGAN IEA (INTERNATIONAL ENERGY AGENCY)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2015 adalah 5,6 %. Angka pertumbuhan. % pada tahun Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Kontribusi batubara terhadap kebutuhan total energi dunia berkisar 23%.

BAB I PENDAHULUAN. laba tesebut di tahan untuk membiayai investasi di masa mendatang. Oleh

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Menteri Keuangan RI KLASIFIKASI MENURUT ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik nasional memerlukan energi baru untuk lebih memanfaatkan sumber daya lainnya. Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2006 yang dimaksud Energi Baru adalah bentuk energy yang dihasilkan oleh teknologi baru baik yang berasal energy terbarukan maupun energy terbarukan, antara lain : Hidrogen, Coal Bed Methane, Coal Liquifaction, Coal Gasification dan Nuklir. Kebutuhan tersebut antara lain pada sektor perorangan maupun perindustrian. Fakta yang ada pada masyarakat ialah adanya pemadaman listrik bergilir oleh pemerintah dengan maksud untuk menghemat listrik. Dengan adanya pemadaman listrik tersebut dapat memperlambat roda perekonomian di Indonesia. Contohnya ketika suatu industri perumahan seperti konveksi berkerja untuk menyelesaikan pekerjaan tiba-tiba listrik padam, tentu saja pekerjaan mengenai pembuatan berbagai macam pakaian tersebut tertunda. Tertundanya pembuatan baju, celana, kemeja dan lainnya akan merugikan pengusaha konveksi serta dapat mempengaruhi perekonomian atau keuangan nasional. Pemadaman listrik tidak hanya menghambat perekonomian nasional namun dapat juga menghambat pekerjaan pemerintahan. Permohonan untuk peningkatan energi nasional sudah menjadi perbincangan hangat di kalangan akademisi maupun di media masa.

2 Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber kekayan alam yang melimpah. Kekayaan alam tersebut di kelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di wilayah kinerja dari menteri Energi Sumber Daya Mineral dan ada pula di kelola oleh pihak swasta maupun pihak swasta asing. BUMN tersebut memiliki banyak bidang perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan antara lain batu bara, Listrik, Minyak, Emas, Timah, Uranium dan lainnya, serta perkebunan dan Pada bidang lainnya. BUMN dan perusahaan dalam menjalankan usahanya baik di kantor maupun di lapangan membutuhkan listrik untuk menjalankan perusahaan tersebut. Pada jaman sekarang ini merupakan jaman teknologi yang mana semua peralatan kantor serta rumah tangga atau secara umum kita menyebutnya peralatan kehidupan sehari-hari menggunakan peralatan elektro yang untuk menggerakkan teknologi tersebut menggunakan aliran listrik. Kebutuhan listrik untuk penduduk rumah tangga sangat tinggi karena indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Sumber energi terbaru digunakan untuk mencukupi kebutuhan listrik contohnya sumber energi panas bumi, sumber energi angin dan lainnya. Berbagai Negara maju memiliki pasokan listrik yang begitu banyak yang mencukupi kebutuhan industri-industri besar. Salah satu program dari pemerintah indonesia ialah pembangunan pembangkit tenaga nuklir (PLTN). Penulis juga tertarik dalam mendalami tentang PLTN, karena keingintahuan penulis tentang energi nuklir tersebut. Perencanaan pengembangan energi nuklir telah di wacanakan sejak pada masa kepemimpinan presiden Sukarno.

3 Pengaturan mengenai tenaga nuklir sudah ada pada pemerintahan presiden soekarno yaitu Undang-undang Nomor 31 Tahun 1964 bahwa tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom. Pengembangan energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik ini telah di gunakan oleh Jepang, Amerika, Jerman dan Negara lain sejak lama. Menurut anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Herman Darnel Ibrohim menyatakan untuk investasi PLTN 1.000 megawatt (MW) dibutuhkan sekitar empat miliar dolar AS sampai enam miliar dolar AS atau setara Rp 36 triliun. Dana tersebut untuk membangun 1.000 MW PLTN dan dengan dana tersebut dapat untuk membangun 3.000 sampai 4.000 MW pembangkit listrik batu bara. 1 Investasi mempunyai dua bentuk yaitu investasi langsung dan invetasi tidak langsung. Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan bentuk dari investasi langsung. Adapun investasi tidak langsung menggunakan surat berharga yang oleh perusahaan tersebut dikeluarkan atau dijual dan telah terdaftar di bursa efek. Produk hukum yang melindungi pelaksanaan investasi langsung ialah Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Sebelumnya terdapat Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman Modal Asing dan Undang-undang Nomor 6 tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Landasan untuk investasi tidak langsung berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pengaturan investasi di tingkat internasional menggunakan perjanjian TRIMs 1 http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/04/20/144090/rencana-pltn-di-jepara- Belum-Dibatalkan-, hari selasa jam 21:52, tanggal 29 mei 2012

4 (Trade Related Investment Measures) yang di tetapkan oleh GATT ( General Agreement on Tariff and trade). Pada bidang Pembangunan PLTN ini berkaitan dengan pemanfaatan energi listrik alternatif. Maka Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan mempunyai peranan penting dalam pengaturan listrik secara nasional. Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir berdasarkan pada Undang-undang Nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran yang merupakan landasan hukum. Adanya dua bentuk undang-undang yang berkaitan erat dengan Pembangunan PLTN yaitu undang-undang ketenagalistrikan dan Undang-undang ketenaganukliran. Secara kinerja badan pemerintahan pembangunan PLTN merupakan Program kerja dari Institusi BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) sedangkan Undang -undang ketenagalistrikan mengarah kepada BUMN PLN (Perusahaan Listrik Nasional). Undang-undang Ketenaganukliran mempunyai peranan sangat penting dalam landasan hukum untuk pembangunan PLTN. Pada pertimbangan di Undang-undang Nomor 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran menyebutkan bahwa undang-undang ketenaganukliran yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1964 tentang ketentuanketentuan Pokok Tenaga Atom sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan. Untuk itu undang-undang mengenai Atom yaitu Undang-undang Nomor 31 Tahun 1964 di ganti dengan Undang-undang Ketenaganukliran. Undang-undang ketenagalistrikan dan Undang-undang Ketenaganukliran mempunyai hubungan yang erat pada bidang pengembangan energi listrik.

5 Perencanaan Pembangunan PLTN di Indonesia yang efektif telah dimulai sejak tahun 1972 dengan pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLN), dan berlangsung hingga saat ini. Pada tahun 1989 Badan Koordinasi Energi Nasional (BAK OREN) memberikan tugas kepada Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) untuk melaksanakan studi tapak dan studi kelayakan PLTN (STSK-PLTN) dilakukan pada periode 1991-1996. Salah satu Pokok bahasannya adalah mengenai Estimasi Biaya Investasi Pembangunan PLTN dan pendanaannya. Pada periode 1997-1998 telah diterapkan program jaminan kualitas melalui pelaksanaan re-evaluasi studi energi nasional jangka panjang dengan opsi nuklir yang dilakukan oleh konsultan yang independen yaitu PT. Rekayasa Industri dibantu oleh konsultan Surgent dan Lundy dalam optimasi dan analisi pengembangan kelistrikan untuk jaringan Jawa-Bali-Sumatra. Hasil studi menyatakan Bahwa PLTN layak beroperasi Pada tahun 2008. Pada periode 2001-2002 mendukung perencanaan dan pengambilan keputusan nasional dalam sektor listrik dengan memperhitungkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. 2 Pemilihan tempat atau studi tapak yang dilaksanakan oleh BATAN untuk pembangunan PLTN terdapat dua tempat yaitu Semenajung Muria Jepara Jawa tengah dan pada Di kepulauan bangka Provinsi Bangka Belitung. Pemilihan tempat di Semenajung Muria terhitung sudah lama dilakukan oleh instansi BATAN. Adanya sebagian masyarakat yang tidak menyetujui pembangunan PLTN ini menjadi tertunda sampai sekarang ini. Pemilihan 2 Batan, Paket Informasi, energi Nuklir Sebagai Bagian Dari Sistem Energi Nasional Jangka Panjang, Jakarta, Batan, hlm 21-27

6 Semenanjung Muria sebagai tempat PLTN sudah di perhitungkan secara Geografis, matematik, Kimia dan lainya tepat untuk pembangunan PLTN. Semenajung Muria secara geografis merupakan suatu wilayah yang letaknya berada disepanjang tepi laut di jepara Jawa tengah. Tepi pantai menjadi alternatif yang tepat untuk pendirian reaktor nuklir karena untuk mendinginkan reaktor nuklir tersebut. Kebutuhan listrik merupakan suatu hal yang pokok dikehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Semenajung Muria akan menambah kapasitas pasokan listrik di pulau jawa. Sehingga kebutuhan listrik dipulai jawa tercukupi dan apabila kapasitas listrik berlebihan bisa disalurkan keluar jawa. Mengenai investasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir membutuhkan investor-investor baik dalam maupun luar. Pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan sarana Infrastruktur seperti jalan raya atau jalan tol dan lainya yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pembangunan Pembangkit listrik tenaga nuklir ini membutuhkan pendanaan yang begitu banyak, yang memerlukan investasi dari berbagai kalangan. Ada beberapa sarana untuk dapat menumpulkan dana dengan melalui pasar modal antara lain dengan Surat berharga yaitu surat utang negara, saham dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian masalah tersebut maka penulis melakukan penulisan mengenai pembangunan energi listrik yang bersumber dari Nuklir. Penulis mengambil tema investasi dalam pembangunan PLTN tersebut. Penulis

7 Tertarik Pada Pendanaan atau investasi baik investasi langsung dan Investasi tidak langsung pada pembangunan PLTN. Pembangunan PLTN di Jepara Jawa Tengah dapat dilihat dari berbagai segi hukum, ekonomi, sosial, politik dan lingkungan. Untuk itu maka penulis mengambil tema Investasi dengan judul penulisan ini sebagai berikut TINJAUAN HUKUM INVESTASI DALAM PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DI SEMENAJUNG MURIA JEPARA JAWA TENGAH. B. Perumusan Masalah 1. Apakah undang-undang ketenaganukliran telah sesuai dengan Undangundang Penanaman Modal Sebagai Sarana Menarik Investasi di Bidang Pembangkit Listrik? 2. Bagaimana Peran Pemerintah dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Semenajung Muria Jepara? 3. Bagaimana kebijakan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk pembangunan Pembangkit listrik Tenaga Nuklir? C. Tujuan penelitian a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Undang-undang Ketenaganukliran dalam hal menarik investasi pada bidang pembangunan infrastruktur seperti pembangkit listrik tenaga nuklir di jepara. b. Bertujuan untuk menganalisis peran pemerintah dalam memberikan kebijakan kepada pihak swasta maupun pemerintah sendiri dalam mewujudkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di jepara.

8 c. Penelitian ini untuk menganalisis berbagai peraturan yang di keluarkan oleh BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) tentang penanaman modal untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir yang akan di bangun di jepara. D. Manfaat penelitian a. Manfaat Teoritis. Penelitian tentang hukum investasi pada bidang pembangkit listrik tenaga nuklir ini akan menambah bahan kepustakaan dan menjadi bahan untuk penelitian yang selanjutnya pada bidang investasi, serta bagi pengetahuan untuk bidang pembangkit listrik tenaga nuklir kepada masyarakat umum dan mahasiswa. Penelitian ini untuk mengetahui hal-hal yang terkait dengan hukum pada pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, adapun berbagai bidang yang dapat disoroti yaitu bidang hukum investasi. Adapun dalam pembangunan Pembangkit listrik Tenaga nuklir ada hak cipta dan berbagai aspek hukum lainnya, namun penulis memilih menulis pada bidang hukum investasi. b. Manfaat Praktis. Dengan penelitian ini penulis dapat mengetahui pendanaan pada pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir. Mengali lebih dalam halhal yang dibutuhkan dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir. E. Keaslian penelitian Penulisan mengenai Pembangunan PLTN ini merupakan langkah awal penulis untuk menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana. Sebelum menulis

9 penulis belum melakukan pencarian judul di katalog untuk melihat kesamaan judul dengan judul karya ilmiah mahasiswa lainnya. Setelah judul tersebut ada dalam pikiran penulis selanjutnya penulis menyesuri berbagai perpustakaan di Universitas Gajah Mada untuk melihat tema yang akan di tulis sama atau tidak dengan tema mahasiswa lain. Adapun karya tulis yang sama mengenai tema nuklir ada Enam pada skripsi dan satu tesis di bidang hukum internasional di fakultas hukum Universitas Gajah Mada. Perbedaan karya ilmiah penulis dengan karya ilmiah mahasiswa lain adalah pada bidang hukumnya. Bidang hukum karya ilmiah penulis masuk pada bidang hukum bisnis sedangkan bidang hukum penulis lainya masuk kedalam bidang hukum internasional yaitu sebagai berikut : Skripsi 1. Endang Purwaningsih.2009.Peranan IAEA (Internasi onal Atomic Energy Agency) dalam Pengembangan dan Pembangunan Ketenaganukliran di Indonesia dan dampaknya terhadap lingkungan. Hukum Internasional. 2. Wina Karlina.2009.Penghentian Program Nuklir Iran terhadap dugaan pengembangan Nuklir untuk Tujuan militer melalui Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.Hukum Internasional. 3. Alit Amarta Adi.2005.Peranan IAEA terhadap Penyelesaian Masalah Program Nuklir Iran di Tinjau dari Prespektif Hukum Internasional. Tesis 1. David Parulian Sinaga. Efektifitas Peran Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Penyelesaian Kasus Nuklir Iran.