PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

dokumen-dokumen yang mirip
Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PADA MATERI LAJU REAKSI

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

FORMULATING PROBLEM AND MAKING HYPOTHESIS SKILLS THROUGH DEVELOPMENT WORKSHEET BASED INQUIRY ON ELECTROLYTE AND NONELECTROLYTE SUBJECT MATTER

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN:

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E

PENGARUH PENERAPAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 MATARAM TAHUN AJARAN

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 01 Tahun 2014, ISSN:

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI DI SMAN PLOSO JOMBANG

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 3, pp , September 2014

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

Ernita Vika Aulia dan Ismono Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

Utari Ramadhani S*, R.Usman Rery**, Johni Azmi*** No. Hp :

KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI SMAN 18 SURABAYA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG SUKSES MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS LEARNING MODELS SUCCESFULLY TO TRAIN CRITICAL THINKING SKILL

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 3, pp September 2013

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI SOFT SKILLS PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT KELAS X DI MAN MOJOKERTO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03, September 2017, ISSN:

Evriani Yudi Kurniawan Riski Muliyani Prodi Pendidikan Fisika, STKIP Singkawang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI POKOK ASAM-BASA DI KELAS XI SMAN 1 BOJONEGORO

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 1, pp Januari 2014

UNESA Journal of Chemical Education Vol.4, No.2, pp , May 2015

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3, pp September 2013

KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Zat Aditif Pada Makanan dan Minuman. Ariska Yuniar Rahmawati (1),Evie Ratnasari (2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MATERI ASAM BASA KELAS XI SMAN 8 SURABAYA

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

Dewi Puji Astuti*, Rasmiwetti**, Abdullah*** No Hp :

KETERAMPILAN BERPENDAPAT SISWA KELAS XI SMA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LAJU REAKSI

KETERAMPILAN PROSES SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI LAJU REAKSI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03, September 2017, ISSN:

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.3, No.03. pp. 8-12, September 2014

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, ISSN:

Dwi Ratnaningdyah. Universitas PGRI Palembang, Palembang. ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY

Unnes Physics Education Journal

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pokok Bahasan Getaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. yang diperoleh berupa angka aktivitas guru dan siswa, keterampilan proses

Pengembangan Alat Praktikum Gelombang Stasioner untuk Melatihkan Keterampilan Proses Siswa SMA Kelas XI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung yang berjumlah 38 siswa. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA. Fitria Silviana

Keywords : Active Knowledge Sharing, Learning achievement, Atomic Structure

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MADIUN

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

Keywords : Learning Strategy FIRE-UP, Learning Achievement, and Hidrolysis of Salt

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013

Automotive Science and Education Journal

Wahyu Isna Desilia*, Asmadi M. Noer**, Erviyenni *** Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau.

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 03, September 2016, ISSN:

Usman*, Rasmiwetti**, dan Johni Azmi*** Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau Abstract

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH

PERBANDINGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF BIOLOGI YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DAN PENEMUAN TERBIMBING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

Automotive Science and Education Journal

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK BERBASIS IT PADA POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Syitaul Umaha, Sri Wahyuni, Subiki

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 03, September 2015, ISSN:

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

Siti Fitriani*, Asmadi M. Noer**, Sri Haryati *** Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya daya serap peserta didik terhadap materi ajar masih menjadi

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

Efektifitas Pembelajaran Induktif Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Makassar

IMPLEMENTASI PROJECT BASED LEARNING BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN SAINS

Unnes Physics Education Journal

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

DAFTAR ISI BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED, PENGUASAAN KONSEP KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN, DAN SIKAP ILMIAH SISWA...

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI SETS PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF MAKANAN

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED INSTRUCTION TO EXERCISED OF SCIENCE PROCESS SKILL ON ELECTROLYTE AND NON ELECTROLYTE SOLUTION MATERIAL Rizky Dwi Fitriani dan Bambang Sugiarto Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya Hp. 085745442224, e-mail: rizkydwifitriani@ymail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilanproses siswa setelah penerapan pembelajaran berdasarkan masalah. Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest posttest design.penelitian ini dilaksanakan di kelas X-6 SMAN 1 Gedangan. Instrument yang digunakan adalah lembar penilaian keterampilan proses siswa.data dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan proses siswa telah terlatih yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai tes keterampilan proses dengan nilai <g>sebesar 0,65yang termasuk kategori peningkatan sedang, selain itu tiap-tiap aspek pada keterampilan proses juga mengalami peningkatan. Kata Kunci: pembelajaran berdasarkan masalah, keterampilan proses, larutan elektrolit dan non elektrolit Abstract The aims of this researchare to know student s scince process skill after exercised by problem based instruction. The design of this research is one group pretes posttest design. The research was carried out in class X-6 SMAN 1 Gedangan. The istruments that used is science process skill test. Data were analyzed by descriptive and quantitative method. The result showed student s science process skill had exercised that showed by increasing of pretest and posttest had<g>value 0,65 which raising categorized enought, in addition every aspect of science process skill also increased. Keywords: problem based instruction, science process skill, electrolyte and non electrolite solition. PENDAHULUAN Berbicara tentang pendidikan di sekolah, maka akan berhubungan dengan mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa, salah satunya adalah mata pelajaran kimia. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut meliputi objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hakikat pembelajaran kimia pun tidak hanya terbatas pada tujuan penguasaan konsep, tetapi juga harus mampu menumbuhkan beberapa kemampuan, keterampilan, dan sikap seperti yang tercantum pada hakikat pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada saat melakukan PPL II, pembelajaran kimia masih berpusat pada guru. Guru sering menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Siswa 24

cenderung pasif karena terbiasa menerima dan mencatat penjelasan dari guru, sehingga pembelajaran masih kurang bermakna bagi siswa sehingga materi yang diterima tidak dikuasai dan dihayati oleh siswa sebab siswa hanya cenderung menghafal. Siswa memang memiliki sejumlah pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu diterima dari guru sebagai informasi, sedangkan mereka sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi itu, akibatnya pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari [1]. Berdasarkan kedua uraian tersebut makaperlu dirancang suatu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif melalui pemberian pengalaman langsung dimana siswa menemukan sendiri pengetahuan atau informasi tersebut sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa dan materi dapat dikuasai dengan baik. Salah satu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah pembelajaran yang dapat melatihkan keterampilan proses. Keterampilan proses merupakan keterampilan-keterampilan yang dipejalari siswa pada saat melakukan inquiri ilmiah. Pengembangan keterampilan proses pada siswa akan menjadikan siswa berperan aktif untuk mengembangkan konsep pada diri melalui suatu kegiatan langsung. Siswa tidak hanya mendengar penjelasan dari guru tanpa melakukan sesuatu tetapi siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 yang tentang standar nasional pendidikan, bahwa standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan [2]. Hal ini dimaksudkan bahwa lulusan diharapkan memiliki suatu keterampilan salah satunya adalah keterampilan proses. Seseorang perlu memiliki keterampilan proses karena hal tersebut merupakan cara yang khas dalam menghadapi pengalaman yang berkenaan dalam semua segi kehidupan yang relevan baginya [3]. Berdasarkan penjelasan tersebut maka keterampilan proses sangatlah penting untuk dilatihkan kepada siswa guna memberikan pembelajaran yang bermakna sehingga materi yang diterima dapat dikuasai dengan baik dan dihayati oleh siswa sebab siswa tidak hanya cenderung menghafal, selain itu keterampilan proses juga memberikan mafaat bagi kehidupan siswa kedepannya. Pada saat kegiatan pembelajaran selama melatihkan keterampilan proses kepada siswa dapat berjalan efektif maka dibutuhkan suatu model pembelajaran. Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat komunikasi dalam penyampaian materi sehingga penyampaian materi menjadi terfokus dan pembelajaran menjadi lebih efektif [4]. Salah satu model pembelajaran yang dapat melatihkan keterampilan proses siswa adalah pembelajaran berdasarkan masalah. Pada model pembelajaran berdasarkan masalah, siswa diberikan suatu masalah-masalah autentik yang dapat dipecahkan melalui kegiatan praktikum, sehingga dapat membantu siswa memproses informasi yang telah dimilikinya serta membantu siswa membangun sendiri pengetahuannya. Model pembelajaran berdasasarkan masalah dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif karena siswa terlibat langsung dalam suatu eksperimen atau percobaan untuk mencari fakta sehingga pembelajaran yang diterima oleh siswa menjadi lebih bermakna. Model pembelajaran berdasarkan masalah juga menyediakan sintaks yang mendukung pelaksanaan pembelajaran yang melatihkan keterampila proses. Pada saat melatihkan keterampilan proses kepada siswa, materi yang digunakan harus memiliki karakteristik yang memerlukan suatu pembuktian-pembuktian untuk memperoleh fakta. Salah satu materi dalam pelajaran kimia yang tepat yang memiliki karakteristik tersebut adalah materi elektrolit dan non elektrolit karena untuk membuktikan konsep tentang materi tersebut dapat dilakukan melalui suatu percobaan.hal ini juga sesuai dengan kompetensi dasar materi ini yakni mengidentifikasi sifat larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan.selain itu materi larutan elektrolit dan non elektrolit juga sangat sesuai bila diterapkan dengan menggunakan model 25

pembelajaran berdasarkan masalah karena terdapat fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Bertolak dari hal-hal yang dikemukakan di atas, maka judul yang diajukan dalam penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Melatihkan Keterampilan Proses Siswa pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melatihkan keterampilan proses siswa melalui model pembelajaran berdasarkan masalah. Dengan melatihkan keterampilan proses kepada siswa diharapkan meteri yang diterima siswa dikuasai dan dihayati dengan baik oleh siswa serta memberikan manfaat bagi kehidupan siswa kedepannya. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest Postest Design.Rancangan penelitian ini menggunakan satu kelompok subjek yang akan diberikan perlakuan dengan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut[5]. O 1 X O 2 Gambar 1 Rancangan Penelitian One Group Pretest Postest Design Keterangan : O 1 : Tes awal berupa tes tulis untuk mengetahui keterampilan proses awal siswa sebelum diterapkan pembelajaran berdasarkan masalah. X : Perlakuan yang diberikan dengan penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah. O 2 : Tes akhir berupa tes tulis untuk mengetahui keterampilan proses akhir siswa setelah diterapkan pembelajaran berdasarkan masalah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui metode tes. Hasil tes kemudian dianalisis untuk peningkatan keterampilan proses siswa setelah diterapkannya pembelajaran berdasarkan masalah. Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk tes obyektif dan tes essay. Tes obyektif digunakan untuk mengukur keterampilan proses aspek mengamati, merumuskan masalah, membuat hipotesis, memanipulasi variabel, membuat definisi operasional, merencanakan percobaan, mengelompokkan, menafsirkan data, dan menyusun kesimpulan sementara (inferensi), sedangkan tes essay digunakan untuk mengukur keterampilan proses aspek mengkomunikasikan dan membuat model. Teknik analisis datadilakukan dengan menghitung nilain-gain (nilai gain yang dinormalisasi) dari keterampilan proses siswa yang diperoleh dari nilai pretes dan postes serta menghitung nilai n-gain pada tiap aspek keterampilan proses. Adapun persamaan perhitungan dari nilai n-gain g adalah sebagai berikut [6]: % G g = % G = % S f % S i maks 100 % S i Keterangan: g = peningkatan keterampilan proses S f = rata-rata nilai postes S i = rata-rata nilai pretes Nilai n-gain g yang diperoleh kemudian diinterpretasikan seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Interpretasi Peningkatan Keterampilan Proses Nilai g Interepretasi g 0,7 Tinggi 0,7 > g 0,3 Sedang g < 0,3 Rendah Adanya peningkatan menunjukkan bahwa keterampilan proses siswa maupun aspekaspek ketarampilan proses telah terlatih. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tes keterampilan proses siswa diberikan 12 soal, dimana 10 soal berupa soal pilihan ganda untuk mengukur keterampilan proses aspek mengamati, merumuskan masalah, membuat hipotesis, memanipulasi variabel, membuat definisi operasional, merancang percobaan, mengelompokkan, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan sementara (inferensi), serta 2 soal essai untuk mengukur keterampilan proses aspek 26

Rata-Rata Unesa Journal of Chemical Education ISSN : 2252-9454 mengkomunikasikan dan membuat model. Setiap jawaban benar pada soal pilihan ganda, siswa akan memperoleh skor 6, dan untuk setiap jawaban benar pada soal essai, siswa akan mendapatkan skor 20. Skor yang diperoleh oleh siswa kemudian dijumlahkan. Skor tersebutlah yang merupakan nilai keterampilan proses siswa. Rata-rata nilai keterampilan proses pada saat pretes adalah sebesar 42,62 dan setelah diterapkannya pembelajaran berdasarkan masalah keterampilan proses siswa meningkat menjadi 79,97. Adapun grafik rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan proses siswa dapat dilihat pada Gambar 2. 100 80 60 40 20 0 Pretes Postes Gambar 2 Grafik Perbedaan Rata- Rata Nilai Pretes dan Postes Keterampilan Proses Berdasarkan Gambar 2, terdapat perbedaan antara nilai pretes dan postes keterampilan proses yang diperoleh oleh siswa. Nilai keterampilan proses siswa meningkat setelah menerima pembelajaran berdasarkanmasalah. Perbedaan tersebut dianalisis menggunakan nilai gain yang dinormalisasi <g> untuk mengetahui peningkatannya. Nilai <g> yang diperoleh adalah 0,65 dengan kategori peningkatan sedang, artinya peningkatan keterampilan proses siswa setelah menerima pembelajaran berdasarkan masalah termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat melatihkan keterampilan proses siswa. Hal ini dikarenakan pada sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah sudah menyediakan fasefase untuk melatihkan keterampilan proses, misalnya pada fase pertama yakni orientasi siswa pada masalah, keterampilan proses yang dilatihkan yaitu mengamati dan merumuskan masalah. Siswa diajak untuk menentukan faktor-faktor penting yang ada pada fenomena yang kemudian dirumuskan suatu masalah yang tersirat dalam fenomena tersebut. Pada fase kedua mengorganisasi siswa untuk belajar, keterampilan proses yang dilatihkan meliputi keterampilan proses membuat hipotesis, menentukan variabel dan membuat definisi operasional. Pada fase ketiga membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, keterampilan proses yang dilatihkan meliputi membuat merencakan percobaan, mengelompokkan, menafsirkan data, dan menyusun kesimpulan sementara (inferensi). Pada fase keempat mengembangkan dan mengajukan hasil karya, keterampilan proses yang yang dilatihkan meliputi mengomunikasikan dan membuat model. Data percobaan yang telah dianalisis, dibuat suatu uraian lengkap, setelah itu siswa diminta untuk membuat model berupa gambar yang dapat mewakili hasil praktikum yang telah dilakukan oleh siswa. Analisis keterampilan proses juga dilakukan pada tiap aspeknya. Jawaban pretes dan postes siswa dikelompokkan pada tiap aspek dan dihitung peningkatannya dengan menggunakan nilai gain yang dinormalisasi <g>. Pada keterampilan proses aspek mengamati memiliki nilai <g>0,88 dengan kategori peningkatan tinggi, aspek merumuskan masalah memiliki nilai <g>0,55 aspek membuat hipotesis memiliki nilai <g>0,56 aspek memanipulasi variabel memiliki nilai <g>0,7 aspek membuat definisi operasional memiliki nilai <g>0,62 aspek merancang percobaan memiliki nilai <g>0,63 aspek mengelompokkan memiliki nilai <g>0,91 dengan kategori peningkatan tinggi, aspek menafsirkan data memiliki nilai <g>0,91 dengan kategori peningkatan tinggi, aspek membuat kesimpulan sementara (inferensi) 27

Nilai <g> Unesa Journal of Chemical Education ISSN : 2252-9454 memiliki nilai <g>1 dengan kategori peningkatan tinggi, aspek mengkomunikasikan memiliki nilai <g>0,47 dengan kategori peningkatan sedang, dan aspek membuat model memiliki nilai <g>0,58 dengan kategori peningkatan sedang. Adapun peningkatan tiaptiap aspek keterampilan proses siswa dapat dilihat pada Gambar 3. 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 A B C D E F G H I J K Aspek Keterampilan Proses Keterangan: A. Mengamati G. Mengelompokkan B. Merumuskan masalah H. Menafsirkan data C. Membuat hipotesis I. Menyusun kesimpulan D. Memanipulasi variabel sementara (Inferensi) E. Membuat definisi operasional J. Mengkomunikasikan F. Merencanakan percobaan K. Membuat model Gambar 3 Grafik Peningkatan Aspek- Aspek Keterampilan Proses Setelah Pembelajaran Berdasarkan Masalah Secara umum, keterapilan proses siswa pada tiap-tiap aspeknya telah meningkat setelah menerima pembelajaran berdasarkan masalah, sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran berdasarkan masalah dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan proses siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Roth and Roychoudhury yang menyatakan bahwa keterampilan proses siswa berkembang ketika percobaan yang dilakukan dalam konteks yang bermakna [7]. Belajar bermakna adalah belajar yang menghubungkan informasi atau konsep yang dimiliki siswa, artinya informasi baru dihubungkan dengan struktur pengetahuan yang sudah dimiliki siswa yang sedang menerima pembelajaran [8]. Konsep baru harus dikaitkan dengan konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dalam pemecahan masalah pada pembelajaran berdasarkan masalah siswa dapat menghubungkan konsep baru dengan konsep lainnya yang sudah dimiliki oleh siswa, konsep tersebut juga dapat dihubungkan dengan konsep-konsep pada mata pelajaran lainnya sehingga akan terjadi keterkaitan antar disiplin ilmu. Hal ini merupakan salah satu karakteristik dari pembelajaran berdasarkan masalah [9]. Ausabel menyatakan bahwa belajar bermakna hanya terjadi bila peserta didik menemukan sendiri pengetahuannya [10]. Pada pembelajaran berdasarkan masalah, siswa dilibatkan dalam penelitian yang memungkinkan mereka untuk menginterpretasikan dan menjelaskan berbagai fenomena dan untuk mengkonstruksikan pemahaman mereka sendiri tentang fenomena tersebut [11].Terlebih lagi pembelajaran berdasarkan masalah mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna [10]. Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, terdapat penguatan teori terhadap peningkatan kemampuan keterampilan proses yang dicapai siswa melalui penerapan pembelajaran berdasarkan masalah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses siswa telah terlatih setelah menerima pembelajaran berdasarkan masalah yang ditunjukkan adanya peningkatan nilai pretes dan postes dengan g 0,65 yang termasuk kategori peningkatan sedang. Untuk tiap aspek keterampilan proses juga mengalami peningkatan, yakni: a. aspek mengamati nilai g 0,88 dengan kategori peningkatan tinggi, b. aspek merumuskan masalah nilai g 0,55 c. aspek membuat hipotesis nilai g 0,56 d. aspek memanipulasi variabel nilai g 0,7 dengan kategori peningkatan tinggi, 28

e. aspek membuat definisi operasional nilai g 0,62 dengan kategori peningkatan sedang, f. aspek merancang percobaan nilai g 0,63 g. aspek mengelompokkan nilai g 0,91 dengan kategori peningkatan tinggi, h. aspek menafsirkan data nilai g 0,91 dengan kategori peningkatan tinggi i. aspek membuat kesimpulan sementara (inferensi) nilai g 1 untuk dengan kategori peningkatan tinggi, j. aspek mengkomunikasikan nilai g 0,47 k. aspek membuat model nilai g 0,58 dengan kategori peningkatan sedang. DAFTAR PUSTAKA 1. Semiawan, Conny., Tangyong, A.F., Bellen, S., Matahelemual, Yulaelawati., dan Suselorejo, Wahjudi. 1990. Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: Gramedia. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 3. Masiahussyifa, R. Kur aini. 2012. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berorientasi Keterampilan Proses Pada Pokok Bahasan Sistem Pernapasan Manusia. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 4. Mustami, Muh. Khalifah. 2009. Inovasi Model-Model Pembelajaran Bidang Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa. Lentera Pendidikan. Vol. 12 No. 2 Desember 2009: 125-137. 5. Riduwan. 2011. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. 6. Hake. 1998. Interactive-Engagement Vs Traditional methods: A six-thousand- Student Survey of Mechanics Test Data For Introductory Physics Courses. http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv 3i.pdf. Diakses pada tanggal 17 April 2013. 7. Roth,W. and Roychoudhury, A. (1993) The Development of Science Process Skills in Authentic Contexts, Journal of Research in Science Teaching. http://onlinelibrary.wiley.com. Diakses pada 15 Mei 2013. 8. Nur, Mohamad.,Wikandari, Prima Retno., Sugiarto, Bambang. 2008. Teori Pembelajaran Kognitif Cetakan 3. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 9. Ibrahim, Muslimin dan Nur, Moham. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 10. Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Referensi. 11. Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach. Penerjemah Helly Prajitno Soetjipto da Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Belajar 29