1.1. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dana pensiun dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan nya.

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penerapan Good Corporate Governance di beberapa negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA YANG BAIK BAGI DANA PENSIUN

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja Heru Setyawan Ella Rizky Aisah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Perasuransian. disampaikan dalam acara WORKSHOP Manajemen Risiko Perusahaan Perasuransian

Hubungan Kerja Direksi dan Dewan Pengawas. Good Governance is Commitment and Integrity

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Made 2016). Berdasarkan Financial Accounting Standards Boards (FASB)

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN & TATA TERTIB KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

STIE DEWANTARA GCG Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PT REPUBLIKA MEDIA MANDIRI MALA MUHARYA SARI EKONOMI / AKUNTANSI

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA DANA PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan harus menyajikan informasi yang berintegritas tinggi (PSAK no. 1,

Jamsostek, ditemukan penyimpangan dengan nilai di atas Rp 7 triliun. empat temuan BPK atas laporan keuangan 2011 Jamsostek yang tidak taat aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menurut Dibyo, dalam beberapa hal ambivalensi kedua fungsi tersebut seringkali

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan publik besar dan kantor akuntan publik (KAP) besar pada

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.04/2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA KOMITE AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.04/2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan perbankan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan, khususnya oleh beberapa pihak seperti kreditor, investor,

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

KOMITE AUDIT ( PIAGAM KOMITE AUDIT )

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu program pensiun yang cukup populer adalah Program Pensiun Manfaat Pasti. Dimana ada iuran dari karyawan dan kontribusi dari perusahaan yang berbeda setiap tahunnya, tergantung pada hasil perhitungan aktuaria dari aktuaris independen. Dana yang diterima dari karyawan dan perusahaan dikelola dan dikembangkan melalui berbagai instrumen investasi yang diperbolehkan oleh ketentuan yang ada, dan juga dibatasi oleh Arahan Investasi yang dikeluarkan oleh Pendiri. Pengelolaan dan pengembangan dana tidak dapat dilakukan secara sembarangan, karena jika melanggar, bisa terkena sanksi 5 tahun penjara dan denda Rp 5 milyar. Hal ini memang tidak mudah sebab dari setiap keputusan yang diambil selalu saja terkandung sebuah risiko. Tidak seperti diperbankan. Ada kesalahan yang diperbolehkan dan dicadangkan, yang dikenal dengan NPL (non performing loan). Tapi di Dana Pensiun, yang juga mengandung risiko tidak dikenal istilah tersebut. Tanggungjawab pengelolaan sepenuhnya ada pada Pengurus. Itulah sebabnya, dana pensiun harus dikelola oleh orang yang profesional dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Peraturan dana Pensiun. Diantaranya ia harus mempunyai pengetahuan dasar dibidang Dana Pensiun dan harus lulus sertifikasi pengurus dana pensiun yang dilakukan oleh Lembaga Standar Profesi Dana Pensiun. Dalam pengelolaan Dana Pensiun cukup banyak pihak yang terlibat dalam hal pengawasan, agar penggunaannya benar, terarah dan hati-hati. Pengawasan langsung dari lingkungan internal melibatkan bagian internal audit (bila ada) dan juga Dewan Pengawas. Sementara pengawasan tidak langsung dari pihak luar, melibatkan auditor independen dan Direktorat Dana Pensiun Departemen Keuangan selaku Pembina. Dalam rangka pelaksanaan Paket Kebijakan Sektor Keuangan (PKSK) pada sektor Dana Pensiun, pada tanggal 21 Desember 2006, Badan Pengawas Pasar Modal 1

dan Lembaga Keuangan melalui Keputusan Ketua Nomor: KEP-136/BL/2006 menerbitkan Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun / Good Pension Fund Governance (GPFG). Dalam lampirannya, penerbitan GPFG didukung tiga pilar yang berhubungan yaitu regulator, dana pensiun dan peserta. Agar pengelolaan Dana Pensiun dapat memenuhi harapan para Stakeholder atau Shareowners (meminjam istilah CalPERS) maka Dana Pensiun perlu dikelola secara professional dan memiliki pedoman pelaksanaan yang baik. Pedoman GPFG ini mengatur kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Dana Pensiun yaitu Pendiri, Mitra Pendiri, Dewan Pengawas, Pengurus, Peserta, Pegawai dan Mitra Bisnis lainnya. Dengan adanya GPFG ini dapat menjadi dasar bagi Dana Pensiun untuk mendorong pengembangan lembaga, pengelola sumber daya dan risiko secara efisien dan efektif serta pertanggungjawaban Pengurus Dana Pensiun kepada Peserta, Pendiri/Pemberi Kerja dan pihak terkait lainnya. Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun tersebut wajib disusun dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang meliputi keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency), serta kesetaraan dan kewajaran (fairness). Salah satu unsur penunjang GPFG yang cukup penting peranannya adalah Dewan Pengawas. Dewan Pengawas merupakan organ yang dimaksudkan untuk mengawasi pengelolaan dana pensiun secara langsung. Mengingat bahwa Pendiri / Pemberi Kerja, peserta aktif dan juga peserta pasif (pensiunan) berkepentingan untuk mengetahui kinerja pengelolaan dana pensiun, maka Dewan Pengawas ditunjuk oleh Pendiri. Unsur Dewan Pengawas terdiri dari wakil Pendiri / Pemberi Kerja, peserta aktif dan juga peserta pasif (apabila jumlah pensiunan minimal 50 orang). Kewajiban utama Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan pengelolaan dana pensiun oleh Pengurus, termasuk juga mengevaluasi kinerja investasi dana pensiun dan menyetujui rencana investasi tahunan yang disusun Pengurus. Hasil pengawasan Dewan Pengawas disampaikan kepada Pendiri dan salinannya juga disampaikan kepada Peserta. Selain memiliki kewajiban, Dewan Pengawas juga memiliki wewenang lain seperti menunjuk Akuntan Publik dan Aktuaris. Dengan segala kewajiban dan kewenangan yang dimiliki Dewan Pengawas, maka peranan Dewan 2

Pengawas Dana Pensiun Perum Peruri (Dapetri) dalam pencapaian Good Pension Fund Governance menjadi suatu hal penting. 1.2. Permasalahan Fokus dari Karya Akhir ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peranan Dewan Pengawas Dapetri dalam menegakkan prinsip-prinsip GPFG pada model Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) yang menjalankan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP). Walaupun Bapepam-LK mensyaratkan bahwa GPFG baru akan diterapkan pada 1 Januari 2008, peranan Dewan Pengawas Dana Pensiun sangat penting untuk menjaga terselenggaranya tata kelola yang baik dalam kegiatan operasional sehari-hari. Pokok permasalahan yang menjadi fokus pembahasan adalah : a. Bagaimanakah praktik yang berjalan saat ini (current practices) dari Dewan Pengawas Dapetri? b. Seberapa jauh Dewan Pengawas dapat berperan aktif dalam penegakan Good Pension Fund Governance (GPFG) di Dapetri, ditinjau dari kesesuaiannya terhadap standar dan aturan yang berlaku di Indonesia termasuk praktek Komisaris bank umum maupun Best Practices dana pensiun internasional? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Permasalahan yang dihadapi oleh Dana Pensiun adalah penerapan GPFG ini merupakan suatu hal yang relatif baru sehingga memerlukan proses adaptasi antar unsur yang terlibat di dalamnya agar dapat tercipta hubungan yang harmonis diantara para Stakeholder, terutama terkait dengan pengawasan kegiatan manajerial oleh Dewan Pengawas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis peranan dan hal-hal lain yang sudah dilakukan Dewan Pengawas Dana Pensiun dalam mengawasi pengelolaan Program Pensiun dan antisipasi Dewan Pengawas 3

dalam penerapan GPFG seperti yang disyaratkan oleh aturan Tata Kelola dan aturan regulator/bapepam-lk. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, seperti : a. Bagi Dana Pensiun, dapat memberikan gambaran mengenai peranan Dewan Pengawas dalam menegakkan GPFG. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Dana Pensiun dalam menetapkan berbagai kebijakan terkait GPFG di masa yang akan datang. b. Bagi peserta Dana Pensiun, dapat menambah wawasan mengenai pentingnya GPFG dan berbagai komponen pendukungnya, terutama Dewan Pengawas, dalam mengawasi dan menjaga kelancaran pengelolaan Program Pensiun yang diikutinya. c. Bagi akademisi, diharapkan dapat menambah telaahan ilmiah mengenai pentingnya peranan Dewan Pengawas di dalam Dana Pensiun dan keterkaitannya dengan GPFG. 1.4. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Penelitian ini bersifat studi kasus deskriptif dan eksploratif yang bertujuan mendapatkan gambaran mengenai peranan Dewan Pengawas dalam pencapaian Good Pension Fund Government (GPFG) yang merupakan suatu hal baru dalam konteks dana pensiun. Menurut Consuelo (1988), penelitian dengan metode studi kasus merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya. Selanjutnya peneliti berusaha menemukan hubungan antara faktorfaktor tersebut satu dengan yang lain. Metode deskriptif sendiri menurut Gay (1976) bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada waktu berlangsungnya proses penelitian. Sedangkan penelitian dapat dikatakan eksploratif karena dilakukan pada suatu fenomena yang relatif baru dan belum banyak diketahui khalayak umum (Sekaran, 2003; 119). Metode penelitian yang digunakan dimulai dengan melakukan evaluasi dan menilai kesesuaian antara uraian pekerjaan ataupun praktek Dewan Pengawas Dapetri 4

dengan berbagai standar dan aturan yang berlaku di Indonesia, termasuk benchmarking pada kegiatan usaha yang mirip dengan Dana Pensiun, dalam hal ini praktek komisaris bank umum. Analisis kemudian dilanjutkan dengan melakukan evaluasi kesesuaian standar dan aturan yang berlaku di Indonesia dengan International Best Practises for pension governance. Kriteria yang dijadikan dasar untuk menilai kesesuaian adalah menggunakan unsur-unsur tata kelola dana pensiun yang dikeluarkan OECD dan CAPSA. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi atas praktek yang telah dilakukan Dewan Pengawas dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan para pihak yang terlibat dalam pengelolaan dana pensiun. Para pihak tersebut terdiri dari anggota Dewan Pengawas, Pengurus, Sekretaris dan karyawan dana pensiun. Berdasarkan metode pengumpulan data di atas maka data yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai data primer dan data internal yang bersumber dari dalam dana pensiun yang menjadi objek penelitian (Umar, 1997;69). 1.5. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan karya akhir ini disusun secara saling terkait antara satu bagian dengan bagian lainnya sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas. Penulisan dibagi menjadi lima bab pembahasan sebagai berikut : 1. BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan gambaran umum mengenai latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan pengumpulan data serta sistematika pembahasan. 2. BAB II : LANDASAN TEORITIS Bab ini akan membahas konsep-konsep dasar mengenai pengertian, tujuan, manfaat, prinsip-prinsip, faktor yang berpengaruh, organ pendukung dan stakeholder lain dari Good Corporate Governance (GCG) maupun Good Pension Fund Governance (GPFG); peran dan tanggung jawab, syarat-syarat keanggotaan, rapatrapat dari Dewan Komisaris Bank dan Dewan Pengawas Dana Pensiun. 5

3. BAB III : GAMBARAN UMUM DANA PENSIUN Bab ini akan membahas mengenai sejarah singkat, struktur organisasi serta kegiatan yang terdapat dalam Dapetri, terutama yang berkaitan dengan keberadaan Dewan Pengawas. 4. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH Bab ini berisi uraian hasil penelitian lapangan yang dilakukan penulis mengenai peranan Dewan Pengawas dalam mendukung implementasi GPFG pada Dana Pensiun yang diteliti. Hasil penelitian lapangan tersebut kemudian diperbandingkan dengan berbagai kriteria standar yang ada maupun Best Practices. 5. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil membandingkan kondisi dan kriteria. Selanjutnya, apabila kesimpulan mengindikasikan adanya deviasi yang signifikan, perlu disampaikan saran secara akademis maupun pragmatis. 6