BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SISTEM PENILAIAN KTSP. Sosialisasi KTSP

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayu Pipit Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Kualitas proses belajar berimplikasi tidak langsung pada tingkat

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan adalah Sekolah Dasar (SD). Sesuai dengan Undangundang

Prinsip dalam Pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Sains SMP umumnya belum menggunakan metode/strategi. yang dapat menarik minat belajar siswa. Pembelajaran Sains di SMPN 1

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan kelak. Ini berakibat poses pembelajaran matematika harus

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. 1. Kegiatan evaluasi ranah kognitif sudah dilakukan dengan baik oleh guru

BAB II MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MATERI SUMBER DAYA ALAM. 1. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan manusia unggul, karena salah satu kriteria manusia unggul

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses

BAB I PENDAHULUAN. Matematika bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai

BAB II MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI KONSEP KONSEP GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dengan pendidikan. Pentingnya pendididkan itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

Yusuf Gafur Guru Biologi, SMP Negeri 2 Sano Nggoang -

TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

BAB I PENDAHULAUN. Dunia pendidikan sekarang ini dihadapkan pada tantangan-tantangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditetapkan berdasarkan tingkat

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses yang harus dilalui oleh setiap individu. Pendidikan laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Pendidikan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang dan menuntut perubahan untuk mencapai masyarakat madani. Bahkan, berbagai upaya dan inovasi-inovasi baru telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama perbaikan mengenai proses pembelajaran. Dalam menempuh proses pembelajaran di sekolah-sekolah termasuk di Sekolah Dasar, siswa diharus mengikuti beberapa mata pelajaran yang telah ditentukan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu perencanaan menyeluruh yang mencakup kegiatan pengalaman untuk memberikan kesempatan secara luas bagi siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu mata pelajaran yang harus diikuti oleh siswa dalam proses pembelajaran khususnya di Sekolah dasar adalah mata pelajaran Matematika. Hal ini dikarenakan mata pelajaran Matematika adalah dasar dari beberapa mata pelajaran yang ada di sekolah baik dari jenjang sekolah dasar, menengah maupun di perguruan tinggi. Dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 dijelaskan bahwa perlunya mata pelajaran Matematika diberikan kepada semua siswa termasuk siswa Sekolah Dasar adalah untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analistis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan untuk bekerja sama. Adapun, karakteristik matematika salah satunya adalah memiliki objek yang bersifat abstrak, sehingga masih ada anggapan bahwa mata pelajaran matematika menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Hal ini pun ternyata tidak dapat dipungkiri, karena berdasarkan permasalahan di lapangan terbukti dari hasil belajar matematika baik secara klasikal, kelompok maupun individual belum menggembirakan. Bahkan, dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika belum bermakna di dalam benak siswa, sehingga pengetahuan dan pemahaman siswa tentang konsep matematika sebagian besar masih lemah.

2 Permasalahan ini juga terungkap dari hasil diskusi dengan guru kelas IV SD Negeri Cibitung 2 Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur yang mengajar pada tahun sebelumnya, diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika masih rendah terutama pada materi pengukuran satuan panjang. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar Matematika pada materi pengukuran satuan panjang itu masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 60,33, sedangkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan di sekolah tersebut adalah 65,00. Berdasarkan hasil tes prasiklus yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SD Negeri Cibitung 2 Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, ternyata hasil belajar siswa yang paling rendah adalah pada materi Pengukuran Satuan Panjang. Siswa belum memahami konsep pengukuran secara baik. Akhirnya dengan ketidak pahaman siswa tentang pengukuran satuan panjang ini tentu akan terbawa ke jenjang pendidikan selanjutnya. Padahal banyak aspek Matematika yang berkaitan dengan konsep pengukuran satuan panjang yang diperlukan dalam kehidupan nyata maupun dalam pendidikan formal. Oleh sebab itu, konsep tentang pengukuran satuan panjang perlu dikuasai siswa. Faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya faktor guru kelas yang lebih cenderung aktif dibandingkan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam proses pembelajaran tersebut guru kelas hanya memberikan demonstrasi serta secara langsung menggunakan soal-soal tanpa menggunakan benda nyata sebagai media pembelajaran, karena dengan benda yang nyata dianggap membingungkan siswa dan menyi-ta banyak waktu dalam proses pembelajaran yang terjadi. Setelah memberikan demonstrasi, siswa langsung diberikan tugas sehingga siswa kurang dilibatkan dalam setiap pembelajaran yang berlangsung dan akhirnya siswa hanya diberikan rumus yang harus dihapal dan diujicobakan ke soal-soal latihan. Sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya untuk mengungkapkan kreativitasnya dalam menemukan pengetahuan baru. Lingkungan dan pengalaman memiliki pengaruh yang besar dalam mendidik siswa. Comenius (dalam Yamin, 2009: 8) mengatakan bahwa betapa besar fungsi pengalaman untuk mengubah perilaku manusia. Pengetahuan yang didapat oleh siswa diperoleh dari pengalaman-pengalamannya di dalam lingkungan sebelum siswa tersebut belajar secara formal sehingga akan merubah cakrawala anak tersebut.

3 Pembelajaran yang dilaksanakan dengan menekankan pada proses, yang selalu melibatkan siswa secara penuh dan selalu menampilkan pembelajaran secara nyata sesuai dengan pengalaman siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta mendorong siswa untuk menerapkannya di dalam kehidupan mereka. Pada dasarnya siswa sekolah dasar berada pada tahap berpikir yang masih konkret dan memasuki tahap semi konkret atau berupa gambar karena tahap perkembangan siswa di sekolah dasar pada dasarnya adalah tahap berpikir operasioanal konkret sehingga dengan menghadirkan benda atau contoh-contoh nyata yang ada di sekeliling siswa, siswa akan lebih paham tentang materi pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan suatu upaya perubahan pembelajaran terutama pada materi pengukuran satuan panjang ke arah yang lebih melibatkan siswa, sehingga siswa diharapkan dapat menerapkan matematika dalam kehidupan mereka. Adapun, upaya tersebut dapat dilakukan oleh guru dalam proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai pembelajaran matematika pada materi pengukuran satuan panjang dengan menerapkan metode atau model belajar Peer Lesson, yaitu suatu model yang mengarahkan kemampuan siswa untuk mengajar teman sebayanya, karena dalam psikologi anak akan lebih leluasa belajar dengan teman sebayanya sehingga tidak ada rasa canggung untuk mengungkapkan permasalahan yang belum siswa pahami. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil judul Penerapan Model Belajar Peer Lesson dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Pembelajaran B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang cukup luas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini, diantaranya adalah: 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran matematika tentang materi Pengu-kuran Satuan Panjang dengan menerapkan model pembelajaran Peer Lesson terhadap siswa kelas IV SD Negeri Cibitung 2?

4 2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibitung 2 dalam pembelajaran matematika materi Pengukuran Satuan Panjang dengan menerapkan model pembelajaran Peer Lesson? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang: 1. Pelaksanaan pembelajaran matematika tentang materi pengukuran satuan panjang dengan menerapkan model pembelajaran Peer Lesson terhadap siswa kelas IV SD Negeri Cibitung 2 2. Peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibitung 2 dalam pembelajaran matematika materi pengukuran satuan panjang dengan menerapkan model pembelajaran Peer Lesson D. Manfaat Hasil Penelitian Hasil kegiatan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat yang positif bagi guru, siswa, dan pihak-pihak lain yang terkait, sebagai berikut. 1. Bagi siswa a. Tumbuhnya proses belajar aktif dalam diri siswa setelah menerapkan model pembelajaran Peer Lesson b. Adanya keterlibatan siswa secara langsung selama proses belajar melalui kegiatan pengamatan dengan menggunakan alat peraga dan sarana prasarana yang tersedia dengan model pembelajaran peer lesson c. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebagai indikasi ketercapaian tujuan 2. Bagi guru pembelajaran a. Sebagai salah satu variasi model pembelajaran yang dapat diaplikasikan oleh guru di kelas b. Sebagai motivasi guru untuk membuat penelitian tindakan kelas 3. Bagi Sekolah a. Sebagai inovasi pembelajaran bagi guru di lingkungan sekolah

5 b. Peningkatan keprofesian guru sebagai kunci sekolah c. Dapat digunakan acuan bagi guru lain dalam maningkatkan kualitas pembelajaran. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan suatu dugaan awal yang bakal terjadi jika suatu tindakan di lakukan (Sukidin, dkk, 2010:70). Atas dasar tersebut, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika model pembelajaran Peer Lesson diterapkan dengan tepat dalam proses pembelajaran matematika pada materi pengukuan satuan panjang, maka hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Cibitung 2 akan meningkat. Hipotesis ini dikembangkan berdasarkan permasalahan yang dihadapi di lapangan. F. Definisi Operasional Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu model pembelajaran peer lesson dan variabel terikat yaitu hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Cibitung 2 tentang pokok bahasan Pengukuran Satuan Panjang. 1. Model Pembelajaran Peer Lesson Model pembelajaran Peer Lesson yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengarahkan kemampuan siswa mengajarkan materi kepada teman sebayanya dalam kegiatan belajar (Zaini, 2008:62). Adapun langkah-langkah dalam mengaplikasikan model pembelajaran Peer Lesson tersebut sebagai berikut. a. Guru menyampaikan materi pengukuran satuan panjang b. Siswa diberi waktu untuk mempelajari mateeri tentang pengukuran satuan panjang dari buku sumber ; c. Guru memberikan tes berupa pertanyaan seputar materi pengukuran panjang untuk memilih siswa yang akan menjadi peer disetiap kelompok d. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok e. Siswa secara berkelompok mendiskusikan soal LKS dibantu oleh peer tentang mengukur benda dengan mamnggunakan alat ukur baku seperti meteran, dan penggaris ; f. Guru berkeliling ke setiap kelompok untuk membimbing siswa yang menjadi peer, kemudian mengkonfirmasi penjelasan siswa apabila ada kesalahan ; g. Setiap kelompok menuliskan hasil pengukuran dan mempresetasikan didepan kelas; h. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti

6 i. Guru dan siswa membuat kesimpulan dan guru mengklarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa 2. Hasil Belajar Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan-kemampuan siswa setelah pembelajaran pada ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilana) dengan menerapkan model pembelajaran peer lesson. Hal ini sesuai dengan pendapat Benyamin Bloom bahwa aspek yang diukur dalam penilaian hasil belajar sebagai berikut. 1. Aspek Kognitif mencakup: pengetahuan (recaling) atau kemampuan mengingat, pemahaman (comprehension) atau kemampuan memahami, Aplikasi (application) atau kemampuan penerapan, analisi (anazilysis) atau kemampuan menganalisa informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil, sintesis (synthesis) atau kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan, Evaluasi (evaluating) atau kemampuan mempertimbangkan man yang baik dan mana yang buruk memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu. 2. Aspek Afektif mencakup: menerima (receiving) termasuk kesadaran keinginan untuk menerima stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar, menanggapi (responding) atau reaksi yang diberikan ketepatan aksi, perasaan, kepuasan dan lain-lain, menilai (evaluating) atau kesadaran menerima norma, sistem nilai dan lainlain, mengorganisasi (organization) atau pengorbanan norma dan nilai, membentuk watak (characterization) atau sistem nilai yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku. 3. Aspek Psikomotor: psikomotor merupakan tindakan seseorang yang dilandasi penjiwaan atas dasar teori yang dipahami dalam satu pelajaran. Ranah psikomotor mencakup; meniru (perception), menyusun (manipulating), melakukan dengan prosedur (precision), melakukan dengan baik dan tepat (articulating), melakukan tindakan secara alami (naturalization). Adapun kemampuan siswa tersebut diukur dengan menggunakan teknik tes tertulis berbentuk uraian, dan pemberian LKS disertai dengan diskusi kelompok. Kemampuan

7 tersebut merupakan kemampuan siswa tentang materi Pengukuran Satuan Panjang yang terdiri dari satuan panjang baku.