BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

senyawa humat (39,4% asam humat dan 27,8% asam fulvat) sebesar 10% pada babi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan secara sign

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

SISTEM PENCERNAAN. Perlu dipelajari. Harus tahu nasib BM dalam perjalanannya di setiap organ pencernaan: dicerna. diserap. Hidup pokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

Sistem Pencernaan Ruminansia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

tepat untuk mengganti pakan alami dengan pakan buatan setelah larva berumur 15 hari. Penggunaan pakan alami yang terlalu lama dalam usaha pembenihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara peningkatan pemberian kualitas pakan ternak. Kebutuhan pokok bertujuan

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. : Artiodactyla, famili : Bovidae, genus : Ovis, spesies : Ovis aries (Blackely dan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

ISTILAH-ISTILAH. Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia.

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien Pakan Hasil pengamatan konsumsi pakan dan nutrien dalam bahan kering disajikan pada Tabel 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing PE merupakan salah satu ternak yang cukup potensial sebagai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan karena keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipelihara dengan tujuan menghasilkan susu. Ciri-ciri sapi FH yang baik antara

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakan merupakan faktor yang berpengaruh cukup besar terhadap tampilan

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Pejantan Bahan Pakan

TINJAUAN PUSTAKA Keunggulan Rumen Kerbau Potensi Sapi Fries Holland , Performa dan Penyapihan Pedet

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Ubi Kayu menjadi Tepung Tapioka Industri Rakyat Sumber : Halid (1991)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging dan kulit. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering. Jumlah Rata-Rata (menit)

ILMU NUTRISI RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman, 2010). Pakan merupakan suatu bahan pakan yang diberikan kepada ternak secara langsung ataupun melalui tahap pengolahan sehingga ternak dapat melangsungkan kehidupan, bereproduksi serta berproduksi. Pakan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan ternak ruminansia biasanya terdiri dari hijauan dan konsentrat yang diberikan secara terus-menerus. Pemberian pakan yang tidak dilakukan secara teratur menyebabkan gangguan fisiologis yang dapat menghambat pertumbuhan (Ahmad dkk., 2004). Pakan yang diberikan harus memperhatikan kandungan nutrisinya agar kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup pokok maupun produksi dapat terpenuhi. Pemilihan bahan pakan harus memperhatikan beberapa hal seperti tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, tidak mengandung racun dan bernilai ekonomis (Santosa, 2003). Sapi dewasa memerlukan pakan sebanyak 4% bahan kering dari bobot badan yang dimiliki (Firman, 2010). Penyusunan pakan sapi perah harus memperhatikan nilai Total digestible nutriens (TDN), protein dan lemak agar kebutuhan hidup pokok serta kebutuhan produksi dapat terpenuhi (Prihartini, 2013).

5 2.2. Pencernaan Sapi Perah Sapi perah termasuk kelompok hewan ruminansia, yaitu kelompok hewan yang memiliki lambung ganda. Lambung sapi terdiri dari rumen, retikulum omasum dan abomasum. Proses pencernaan pakan terjadi secara mekanis, fermentatif, dan enzimatis. Pakan mengalami penghancuran pertama secara mekanis oleh gigi dan terjadi penambahan saliva di dalam mulut (Sutama dan Budiarsana, 2009). Pakan di dalam rumen dicerna secara fermentatif oleh mikroorganisme hingga membentuk bolus-bolus. Kemudian bolus-bolus dikembalikan ke dalam mulut (regurgitasi) untuk pengunyahan kembali (remastikasi) agar pakan menjadi lembut dan permukaannya lebih luas. Proses remastikasi merangsang pengeluaran saliva di dalam mulut. Saliva merupakan buffer alami yang tersusun atas senyawa bikarbonat (Wester, 2002). Sekresi saliva akan meningkat apabila ransum yang dikonsumsi mengandung bahan kering yang banyak. Saliva berfungsi sebagai buffer dan membantu mempertahankan ph rumen agar tetap berada pada kisaran 6,8 karena adanya proses pembentukan volatile fatty acids (VFA) dan amonia (Afriyanti, 2008). Saliva merupakan alkali yang memiliki ph berkisar 8,2 serta mengandung banyak senyawa bikarbonat dan fosfat (Prihartini, 2013). Setelah terjadi remastikasi pakan kembali menuju rumen dan menghasilkan produk akhir berupa VFA, terutama berupa asam asetat, propionat dan butirat, yang merupakan sumber energi bagi ternak ruminansia (McDonald dkk., 1988). Peningkatan konsentrasi VFA yang terbentuk akan menimbulkan penurunan nilai

6 ph di dalam rumen dan berdampak pada terhambatnya aktivitas fermentasi oleh mikroorganisme. 2.3. Penggunaan Baking Soda pada Ternak Natrium bikarbonat (NaHCO3) atau biasa disebut baking soda merupakan suatu senyawa kimia berbentuk kristal putih mudah larut dalam air yang memiliki sedikit rasa alkali dan dapat digunakan dalam ransum sapi perah sebagai buffer. Natrium bikarbonat merupakan suatu senyawa yang terbentuk dari reaksi basa kuat (NaOH) dan asam lemah (H 2 CO 3 ) (Hashemi dkk., 2012). Natrium bikarbonat (NaHCO 3 ) biasa diaplikasikan sebagai alternatif untuk senyawa buffer alami yang dapat menstabilakan ph rumen (Erdman, 1988 dalam Hashemi dkk., 2012). Na + - O C O OH Ilustrasi 1. Rumus Bangun Natrium Bikarbonat (Keenan dkk., 1990) Peningkatan konsentrasi VFA di dalam rumen menyebabkan penurunan ph yang bersifat asam. Kondisi asam di dalam rumen menyebabkan kematian protozoa. Protozoa merupakan salah satu mikroorganisme di dalam rumen yang berperan memperlambat proses konversi karbohidrat menjadi asam laktat yang dihasilkan dari aktivitas mikroba rumen. Kondisi tersebut harus segera diatasi agar tidak mengalami asidosis yang dapat menyebabkan kematian ternak. Salah satu cara

7 mengatasi kondisi tersebut yaitu dengan pemberian larutan penyangga alternatif seperti baking soda. Penambahan narium bikarbonat dapat memacu peningkatan konsumsi ransum karena cairan rumen mengalami kenaikan ph diatas 7 (Arora, 1995). Penambahan natrium bikarbonat pada sapi perah dapat meningkatkan produksi susu yang ditandai dengan meningkatnya persentase lemak susu (Wester, 2002). Konsentrasi penambahan natrium bikarbonat harus diperhatikan. Senyawa natrium yang terlalu banyak menyebabkan toksik bagi tubuh. Peningkatan natrium di dalam tubuh secara berlebih akan menyebabkan cairan masuk ke dalam mitokondria sel dan terjadi pembengkakan sehingga menimbulkan keracunan akut yang ditandai dengan edema dan hipertensi (Darmono, 2007). Homeostatis natrium berguna untuk mempertahankan volume cairan di dalam tubuh. Tubuh memiliki regulasi pengaturan natrium di dalam hati dan ginjal dengan menggunakan hormon aldostreon. Apabila terjadi peningkatan kebutuhan natrium maka hormon aldostreon akan meningkat dan menstimulasi ginjal untuk lebih banyak menyerap kembali natrium (Sukariada dkk., 2014). Natrium dalam jumlah yang banyak akan disaring oleh organ hati, kemudian di buang melalui urine dan keringat. 2.4. Fungsi Organ Hati Hati merupakan organ yang berperan sangat penting, salah satunya adalah sebagai sistem pertahanan tubuh yang dapat mencegah bakteri pantogen menginfeksi tubuh dan menyaring serta membuang senyawa toksik

8 (detoksifikasi) yang masuk melalui mulut. Proses detoksifikasi di hati dilakukan dengan bantuan beberapa enzim hati yang dapat melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat yang kemungkinan membahayakan, dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif (Laili, 2013). Serum Glutamat Piruvat Transminase (SGPT) dan Serum Glutamat Oksaloasetat Transminasi (SGOT) merupakan enzim yang berfungsi sebagai indikator kondisi hati (Abdullah dkk., 2015). Kondisi hati yang mengalami kerusakan dapat ditandai dengan meningkatnya konsentrasi SGPT dan SGOT yang melebihi standar pada hewan dengan kondisi sehat. Sekresi SGPT akan terjadi ketika membran sel hati mengalami penurunan aktivitas permiabilitas yang diakibatkan kerja hati yang terlalu berat, sedangkan sekresi SGOT terjadi ketika sel hati mengalami nekrosis sehingga aktivitas regenerasi sel tidak berjalan maksimal. Pada ternak sapi nilai konsentrasi SGPT diketahui antara 7-76,8 IU/l dan enzim SGOT antara 18-93,0 IU/l (Coles, 1980). Enzim ini dilepaskan melalui darah pada saat hati mengalami kerusakan sel. Kondisi hati yang sehat ini akan mendorong peningkatan efektifitas metabolisme di dalam tubuh. Faktor yang berkaitan erat terhadap perubahan kadar SGPT dan SGOT yaitu laju metabolisme protein, laju regenerasi sel serta tingkat aktivitas fisik dan efek dari pemberian obat, toksik yang dihasilkan dari aktivitas bakteri maupun senyawa kimia yang menyerang sel-sel dekat vena sentralis (Suarsana dkk., 2006)