BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab utama kematian anak-anak di dunia. Pada negara berkembang hampir

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup (Depkes RI,


BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak menjadi salah satu penyakit infeksi masih menjadi masalah bukan

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK BALITA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular mematikan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi pembangunan sumber daya manusia. Bayi merupakan sumber daya manusia pada masa yang akan datang. Kesehatan bayi akan menentukan tingkat kesehatan, intelektual, prestasi dan produktivitas di masa depan. Imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG) merupakan permulaan terbaik di awal kehidupan bayi dalam pencegahan penularan TB. Pada Tahun 2006, secara global terdapat sekitar 9,2 juta kasus baru TB dan 1,7 juta (25/100.000) meninggal karena TB. India, Cina dan Indonesia berkontribusi lebih dari 50% dari seluruh kasus TB yang terjadi di 22 negara dengan beban berat TB: Indonesia menempati peringkat ke-3 setelah India dan Cina. TB pada bayi dan anak adalah fenomena yang sangat mencemaskan. Jumlah kasus TB pada bayi dan anak di Indonesia sekitar seperlima dari seluruh kasus TB (Depkes RI dan WHO, 2008). Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, jumlah kasus baru TB paru Basil Tahan Asam (BTA) positif kelompok umur 0-14 tahun di Indonesia sebesar 1861 kasus. Pada kelompok umur yang sama, Provinsi Sumatera Utara menempati urutan ketiga terbesar di Indonesia untuk kasus baru TB paru BTA positif setelah Jawa Barat dan Jawa Timur sebesar 170 kasus (Depkes RI, 2009).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB, yaitu mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2002). Bayi lebih rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab TB. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh: sistem imunitas/ kekebalan tubuh yang belum sempurna, kontak erat dengan orang dewasa penderita TB di sekitarnya (seperti: orang tua, kerabat dekat, pengasuh dan sebagainya), kurangnya kesadaran orang tua untuk sedini mungkin melakukan imunisasi dengan vaksin BCG pada bayi baru lahir dan buruknya kualitas gizi pada sebagian bayi di Indonesia (Koplewich, 2005). Sistem kekebalan tubuh bayi perlu ditingkatkan melalui imunisasi dengan vaksin BCG agar terhindar dari penyakit TB yang berat, seperti TB milier dan meningitis TB. Vaksin BCG merupakan vaksin yang terdiri dari hasil basil TB hidup yang telah dilemahkan kemampuannya dalam menimbulkan penyakit (virulensinya), sehingga mampu merangsang sel-sel imunitas untuk memberikan kekebalan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis. Ini dilakukan tanpa membuat bayi menjadi sakit (Depkes RI, 2005). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi ini mampu memberikan perlindungan sebesar 80% pada bayi atau anak selama 15 tahun, bila diberikan sebelum bayi terinfeksi Mycobacterium tuberculosis untuk pertama kalinya, yang ditandai oleh uji tuberculin negative. Waktu terbaik pemberian vaksin BCG adalah segera setelah bayi dilahirkan. Bayi yang telah berusia dua bulan atau lebih, perlu dilakukan tes tuberculin terlebih dahulu sebelum dilakukan vaksinasi BCG

karena sudah tidak efektif apabila sudah terpapar oleh bakteri penyebab TB ini (Depkes RI, 2006). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, diketahui bahwa cakupan imunisasi BCG di Indonesia sebesar 86,9%, angka ini belum maksimal walaupun cakupan ini sudah mendekati Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk Universal Child Immunization (UCI) sebesar 100 % (Depkes RI, 2008). Data kementerian Kesehatan (2010), menyatakan bahwa pencapaian Universal Child Imunization (UCI) desa/kelurahan yaitu sebesar 68,2% pada Tahun 2008 dan sebesar 69,2% pada Tahun 2009. Cakupan imunisasi yang rendah salah satunya disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi. Guna mencapai target 100% UCI desa/kelurahan pada Tahun 2014, Kepmenkes mengembangkan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI (GAIN UCI). GAIN UCI merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh masyarakat dan berbagai pihak terkait secara terpadu di semua tingkat administrasi yang meliputi : 1) penguatan PWS (pemantauan wilayah setempat) untuk memetakan setiap wilayah berdasarkan cakupan, analisis masalah dan menyusun langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasi segera permasalahan setempat yang diarahkan terutama pada daerah cakupaan rendah tanpa menurunkan kinerja pada daerah yang tahun sebelumnya telah bisa mencapai target UCI desa/kelurahan serta tetap menjaga mutu pelayanan sesuai standar, 2) menyiapkan sumber daya yang dibutuhkan termasuk tenaga, logistik, biaya, dan sarana pelayanan, 3) pemberdayaan masyarakat melalui tokoh agama (TOGA), tokoh masyarakat

(TOMA), aparat desa, dan kader, dan 4) pemerataan jangkauan terhadap semua desa/kelurahan yang sulit atau tidak terjangkau pelayanan (Kepmenkes RI, 2010). Program imunisasi BCG sebagai salah satu program imunisasi diharapkan dapat berperan besar dalam menurunkan angka penularan TB di kabupaten/kota. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara (2009), Tapanuli Utara menempati urutan ke-5 terendah dari 28 kabupaten/kota untuk angka cakupan BCG. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara, jumlah bayi pada Tahun 2009 sebanyak 6.782 dengan jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan imunisasi BCG sebanyak 56,50 %, angka ini belum maksimal dan terlihat juga dari penemuan penderita TB paru klinis pada balita sebesar 41 kasus. Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari 15 kecamatan dan memiliki puskesmas sebanyak 18 unit. Puskesmas Aekraja merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara yang berjarak 24 km dari Kota Tarutung, dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Wilayah kerja Puskesmas Aekraja terdiri dari 5 desa, memiliki luas wilayah 257,35 km 2 yang secara geografis dikelilingi oleh bukit dengan jumlah penduduk 6.909 jiwa (1.151 kepala keluarga). Puskesmas Aekraja memiliki bayi sejumlah 183 orang dengan proses persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 71,70%. Puskesmas Aekraja merupakan puskesmas yang memiliki cakupan imunisasi BCG rendah di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu 48,63% (Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara, 2010). Berikut ini merupakan data cakupan imunisasi BCG dari 5 (lima) desa di wilayah kerja Puskesmas Aekraja pada Tahun 2010:

Tabel 1.1. Jumlah Cakupan Imunisasi BCG di Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010 NO Desa Bayi Target BCG 1 Aekraja 45 31 2 Hutatinggi I 48 23 3 Lobusunut 40 14 4 Sisordak 30 12 5 Horisan 20 9 Total 183 89 Persentase (%) 100 48,63 Sumber: Laporan Bulanan Januari-Desember Puskesmas Aekraja Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 1.1. dapat diketahui bahwa cakupan imunisasi BCG pada wilayah kerja Puskesmas Aekraja hanya mencapai 48,63%. Hasil laporan cakupan imunisasi BCG tersebut juga masih sangat jauh dari yang diharapkan, seperti dari Standar Pelayanan Minimal kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO.741/PER/VII/2008 sebesar 100%. Pelaksanaan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Aekraja tidak terlepas dari Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI (GAIN UCI), pelaksanaan imunisasi BCG dilakukan secara rutin satu kali dalam satu bulan di setiap posyandu dan dilaporkan oleh puskesmas dalam bentuk laporan (Laporan Bulanan Januari- Desember Puskesmas Aekraja Tahun 2010). Berdasarkan hasil observasi penulis di wilayah kerja Puskesmas Aekraja, kegiatan imunisasi BCG dilakukan setiap bulannya di setiap posyandu oleh bidan desa dan dibantu oleh kader, di mana dalam kegiatan posyandu tersebut dilakukan penyuluhan mengenai imunisasi BCG dan juga penyuntikan vaksin BCG. Dari keseluruhan ibu yang memiliki bayi di wilayah kerja posyandu tersebut hanya

beberapa ibu yang datang dan mau mengikuti kegiatan penyuntikan vaksin BCG pada bayinya, sementara sebagian ibu lainnya tidak datang dikarenakan berbagai alasan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa ibu bayi tentang alasan ibu tidak membawa bayinya untuk diimunisasi BCG, diantaranya disebabkan oleh karakteristik ibu di mana rendahnya pendidikan ibu mengakibatkan kurangnya pemahaman mengenai pentingnya pencegahan penyakit, pengetahuan ibu tentang imunisasi BCG masih rendah, kurangnya kesadaran ibu bayi untuk mencegah penyakit dan kesibukan bekerja di ladang membuat ibu tidak sempat membawa bayinya untuk diimunisasi BCG. Beberapa ibu juga menyatakan bahwa ada larangan dari suami untuk membawa bayinya untuk di imunisasi BCG. Menurut Green yang dikutip Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan adalah faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, faktor pendukung ketersediaan fasilitas kesehatan dan faktor penguat mencakup dukungan keluarga. Menurut hasil penelitian Septenia di Kabupaten Langkat (2010), dinyatakan bahwa terdapat pengaruh pendapatan terhadap pemberian imunisasi campak sedangkan pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan kepercayaan tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi campak. Hasil penelitian Irfani di Kabupaten Serdang Bedagai (2010), menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan dan pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap sedangkan

umur, pekerjaan, pendapatan dan sikap tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap. Berdasarkan data-data dan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis apakah ada pengaruh karakteristik ibu dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana pengaruh karakteristik ibu (meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menjelaskan pengaruh karakteristik ibu (meliputi: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap) dan dukungan suami terhadap pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara dalam pengambilan kebijakan guna meningkatkan cakupan imunisasi BCG.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya kepada penyedia pelayanan kesehatan dalam meningkatkan cakupan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Aekraja. 3. Bagi peneliti lain, khususnya mahasiswa peminatan Adminstrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK), agar dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta keterampilan dalam melakukan penelitian dan pembuatan kebijakan di dunia kerja.