BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh dan mendalam mengenai gambaran harga diri remaja yang telah melakukan hubungan seks di luar nikah, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Alasannya karena memungkinkan peneliti mempelajari isu-isu secara mendalam dan mendetail, karena pengumpulan data tidak dibatasi pada kategori tertentu saja (Patton dalam Poerwandari, 2009). Pendekatan kualitatif adalah pendekatan sistematis dan subjektif untuk menjelaskan pengalaman hidup dan maknanya (Poerwandari, 2009). Tujuannya untuk mempelajari dinamika permasalahan, memperoleh pemahaman menyeluruh, dan tidak menekankan hubungan statistik. Hal ini sesuai dengan manfaat penelitian bagi peneliti yaitu ingin meneliti dari segi prosesnya (Moleong, 2006). 3.2. Subjek Penelitian Penelitian kualitatif berfokus pada kedalaman, proses penelitian, dan cenderung dengan kasus sedikit (Poerwandari, 2009). Jumlah partisipan tergantung pada apa yang ingin diketahui dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, jumlah subjek yang digunakan adalah sebanyak tiga orang, dimana mereka sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. 3.2.1. Prosedur Pengambilan Subjek Menurut Sarantakos (dalam Poerwandari, 2009), prosedur untuk penentuan subjek dalam penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, tidak ditentukan secara kaku, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, dan tidak diarahkan
pada keterwakilan (dalam arti jumlah/peristiwa acak) melainkan pada kecocokan konteks. 3.2.2. Karakteristik Subjek Menurut Satori & Komariah (2009), penentuan sampel dalam penelitian kualitatif didasarkan pada tujuan atau masalah penelitian. Menggunakan pertimbangan-pertimbangan dari peneliti itu sendiri, untuk memperoleh ketepatan dan kecukupan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan atau masalah yang dikaji. Adapun karakteristik dari subjek penelitian, yaitu : 1. Remaja laki-laki dan perempuan (usia 12-21 tahun). 2. Telah melakukan hubungan seks di luar nikah (intercourse). 3. Berdomisili di Jakarta dengan alasan efisiensi tempat dan waktu untuk wawancara dan observasi. 3.3. Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Wawancara Moleong (2006) menyatakan bahwa wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua orang, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Susan Stainback dalam Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa dengan wawancara, maka peneliti mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, yang tidak bisa ditemukan melalui observasi. Sugiyono (2010) mengungkapkan, wawancara terbagi menjadi wawancara tidak terstruktur, wawancara terstruktur, dan wawancara semi terstruktur.
Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstrukur. Wawancara ini lebih bebas, dan bertujuan menemukan permasalahan secara lebih terbuka. Dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai peneliti yaitu ingin mengetahui gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan hubungan seks di luar nikah. 3.3.2. Observasi Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti melihat dan memperhatikan. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman sebagai alat re-checking atau pembuktian. Observasi merupakan kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 2009). Observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, terutama penelitian kualitatif. Tujuannya adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat, dan makna kejadian dari perspektif mereka (Poerwandari, 2009). Menurut Sugiyono (2010), observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Penelitian ini menggunakan observasi tidak terstruktur, dimana peneliti tidak mempersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat hal menarik, melakukan analisis dan membuat kesimpulan.
3.4. Alat Bantu Penelitian Dalam pengambilan data pada wawancara dan observasi diperlukan alat bantu untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data, yaitu : 1. Pedoman wawancara Pedoman berisi pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan sesuai dengan tujuan penelitian berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan masalah, sehingga wawancara tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Peneliti akan memakai pedoman wawancara umum, yang mencantumkan isu dan fenomena yang harus diungkap. Pedoman tersebut digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus sebagai pengecek apakah aspek-aspek relevan yang ingin dieksplorasi lebih lanjut dalam penelitian tersebut. 2. Alat perekam Alat perekam bisa menjadi alat bantu efektif karena dapat merekam semua pembicaraan. Dengan begitu diharapkan proses wawancara dapat berjalan lancar dan peneliti berkonsentrasi penuh pada isi wawancara. Alat perekam ini baru akan digunakan setelah peneliti mendapatkan izin dari subjek. Karena hal ini menyangkut etika penelitian. 3. Buku catatan Digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi pada subjek wawancara berlangsung. Yang perlu diperhatikan dalam mencatat jangan sampai subjek merasa terganggu atau hilang konsentrasi. 4. Informed Concent
Merupakan lembar persetujuan yang diberikan sebelum diadakannya penelitian dan ditanda tangani oleh subjek yang merupakan tanda kesediaan dari subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian. 3.5. Prosedur Analisis Data Prosedur untuk memudahkan analisis dan interpretasi data adalah: 1. Memilih hasil wawancara yang terekam dalam digital voice recorder kemudian dibuat transkripnya secara verbatim. 2. Membaca hasil verbatim berulang kali untuk memperoleh gambaran diri dari masingmasing subjek sesuai tujuan penelitian. 3. Membuat analisis kasus dan membuat kesimpulan mengenai gambaran untuk setiap subjek. 4. Membuat kesimpulan mengenai gambaran secara umum dan faktor-faktor yang berkaitan, diskusi dari hasil penelitian, dan saran untuk subjek serta penelitian selanjutnya (Poerwandari, 2009).