Analisis Fungsi Organ-organ Penginderaan dan Pengembangannya bagi Individu Tunanetra

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Fungsi Organ-organ Penginderaan

ANALISIS FUNGSI ORGAN-ORGAN PENGINDERAAN DAN PENGEMBANGANNYA BAGI INDIVIDU TUNANETRA

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/

Faktor Manusia. Aspek2 Penting IMK. Aspek Manusia Aspek Komputer Aspek Lingkungan Kerja (ergonomik)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

PRINSIP DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ORIENTASI BAGI TUNANETRA Irham Hosni

Sensasi dan Persepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Inj

Otak melakukan Integrasi (penggabungan), rekognisi, reorganisasi & interpretasi informasi sensoris yg lebih kompleks Makna

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Kendala Umum yang Dihadapi Penyandang Disabilitas dalam Mengakses Layanan Publik

02FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

ASPEK MANUSIA DALAM IMK. Muhamad Alif, S.Kom UTM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

Pengantar Psikologi Fungsi-Fungsi Psikis. Dosen Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

KONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA. Irham Hosni PLB FIP UPI

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

STRATEGI PEMBELAJARAN ABK Ishartiwi, PLB-FIP- UNY

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

KONSEP DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KTSP SLB TUNANETRA

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang

SENSASI PERSEPSI Biopsikologi

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan

Putri Nur Hakiki, Endro Wahyuno. Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Malang, Malang

Dari pengertian WHO diatas tentang Low Vision dapat ditangkap hal sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar ini, menurut Bovee dalam Asyhar (2011: 4),

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN BAB I : KONSEP DASAR PSIKOLOGI FAAL 1

MODEL SILABUS. Standar Kompetensi : 1. Memahami gambaran konsep tubuh dengan benar berikut lokasi, dan fungsi serta gerakannya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dalam memperoleh pengetahuan untuk digunakan dalam

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara

Basic Quantum Teaching & Accelerated Learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pokok Bahasan 5a PENGAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II PENGAJARAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN TONGKAT OLEH GURU ORIENTASI DAN MOBILITAS (O&M) PADA SISWA TUNANETRA

PRAKTEK BERGERAK DILINGKUNGAN SEKTAR SEKOLAH DAN UMUM

Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera

TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI

FAKTOR MANUSIA. Chalifa Chazar Modul :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI SISWA TUNANETRA. Yuni Astuti ABSTRAK

Pusat Komunitas Tunarungu: Mata yang Mendengar

BAB III METODE PENELITIAN. yang terjadi antara kondisi ideal dengan kenyataan yang ada di lapangan. Kondisi

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

PENGEMBANGAN ALAT DAN MEDIA PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF IRHAM HOSNI PLB FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia telah mempunyai naluri untuk bergaul dengan sesamanya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ORIENTASI DAN MOBILITAS (O&M)

Aspek Interaksi Manusia dan Komputer

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. IV, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

Indra manusia: penglihatan, suara, sentuhan, rasa, dan bau memberikan kami informasi penting berfungsi dan bertahan Robot sensor: mengukur

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Modul #4 Sistem Representasi Darmawan Aji Page 1

BAB V ANALISIS SINTESIS

INTERVENSI DINI (EARLY INTERVENTION) ANAK MDVI (MULTIPLE DISABILITY VISUALY IMPAIRMENT) Sukinah

HAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK. Mohamad Sugiarmin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dasar Dasar Desain 1. Modul ke: 04FTPD. Unsur Rupa : Obyek Visual. Fakultas. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Program Studi Desain Produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kajian Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Seni Budaya Smp Tahun 2013

Kinestetik dibedakan dari proprioseptik berdsarkan aspek keseimbangan (balance). Contoh :

ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK TUNANETRA

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB 2 FAKTOR MANUSIA - PENGELIHATAN - PENDENGARAN - SENTUHAN. Interaksi Manusia dan Komputer Faktor Manusia 8

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan

Profil Pemakai (Manusia)

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

terlampau banyak dan entah mengapa aku bisa menjawab nya, sesuai kehendaknya, itu pun jika mereka ingin mendengarnya. Kadang aku bertemu dengan

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

Pertemuan 03 ERGONOMIK

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh

PERAN PERCEPTUAL MOTORIC TERHADAP PERKEMBANGAN GERAK ANAK

2016 PENGEMBANGAN PROGRAM LATIHAN ORIENTASI DAN MOBILITAS TEKNIK PENDAMPING AWAS BAGI KELUARGA SISWA TUNANETRA

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

Interaksi Manusia dan Komputer. Aspek Manusia dalam IMK

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan menulis sebagai sesuatu yang menyenangkan. permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di

2. Banyak sekolah yang tidak memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dengan baik

Transkripsi:

Analisis Fungsi Organ-organ Penginderaan dan Pengembangannya bagi Individu Tunanetra

I. Pendahuluan Benarkah?: 1) Bila orang kehilangan penglihatannya, maka hilang pulalah semua persepsinya. 2) Secara otomatis orang tunanetra akan mengembangkan indera keenam untuk menggantikan fungsi indera penglihatan. YANG BENAR: Sumber informasi non-visual tersedia bagi semua orang, dan hanya apabila sumber informasi visual itu berkurang maka sumber lain itu menjadi lebih dihargainya dan keterampilan berdasarkan informasi non-visual itu terasah. orang tunanetra dapat belajar mengunakan indera-indera lain dengan cara yang berbeda dari yang dipergunakan oleh orang awas pada umumnya sehingga mereka dapat meningkatkan informasi yang diperolehnya untuk dapat berfungsi secara memadai di dalam dunia awas.

II. Proses Penginderaan Organ-organ penginderaan berfungsi memperoleh informasi dari lingkungan dan mengirimkannya ke otak untuk diproses, disimpan dan ditindaklanjuti. Masing-masing organ penginderaan bertugas memperoleh jenis informasi yang berbeda-beda: visual, auditer, taktual, thermal, olfaktori, pengecap, proprioseptik. Semua informasi yang dipersepsi melalui organ-organ penginderaan itu melewati tiga prosesor dan dikodekan dalam bentuk linguistik, nonlinguistik, atau afektif.

Gambar Alur Informasi

III. Latihan Keterampilan Penginderaan Indera pendengaran Indera perabaan Indera penciuman Sisa indera penglihatan

3.1. Indera pendengaran Indera pendengaran dapat memberikan informasi tentang kemajuan hari. Pengembangan keterampilan mendengarkan juga secara bertahap akan membuat anda sadar akan pola perilaku tetangga anda. Dengan dilatih, pendengaran juga akan menjadi peka terhadap bunyi-bunyi kecil di lingkungan anda. Dari bunyinya, anda juga dapat memperkirakan apa yang tengah dilakukan oleh orang-orang di sekitar anda. Dengan sedikit imaginasi dan kreativitas, anda dapat memanfaatkan indera pendengaran ini untuk memberikan informasi tentang hal-hal yang normalnya tidak diperoleh secara auditer. Dengan teknologi, berbagai peralatan dapat dimodifikasi agar memberikan informasi auditer.

3.2. Indera perabaan Indera perabaan dapat memberikan informasi yang biasanya anda peroleh melalui indera penglihatan. Dengan meraba perbedaan bentuk kemasannya atau teksturnya, anda dapat membedakan bermacam-macam bahan makanan yang akan anda masak. Anda juga dapat menggunakan indera perabaan untuk mengenali pakaian anda. Arus udara yang menerpa wajah anda dapat menginformasikan bahwa pintu atau jendela telah dibiarkan terbuka. Kaki anda dapat belajar mendeteksi berbagai macam permukaan jalan/lantai. Bagi individu tunanetra, tongkat merupakan perpanjangan fungsi indera perabaan. Daya imaginasi dan kreativitas orang telah membantu para tunanetra mengakses berbagai peralatan yang normalnya diakses orang secara visual.

3.3. Indera penciuman Betapa banyaknya bahan makanan yang dapat anda kenali melalui indera penciuman. Indera penciuman juga dapat membantu anda mengenali lingkungan.

3.4. Sisa indera penglihatan Kondisi fisik secara keseluruhan, jenis gangguan mata yang dialami, bentuk pengaruh cahaya terhadap mata, dan durasi baiknya penglihatan, sangat berpengaruh terhadap seberapa baik individu yang low vision dapat menggunakan sisa penglihatannya. Kebanyakan orang low vision dapat merespon secara baik terhadap warna-warna kontras, dan mereka harus memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya untuk mempermudah orientasi lingkungan, pemilihan alas benda kerja, membedakan benda-benda yang serupa. Untuk mempertinggi kekontrasan dan meningkatkan lingkungan visual pada umumnya, pertimbangkanlah pengaturan pencahayaan ruangan: intensitas, arah sumber, jenis cahaya. Bagi anggota keluarga yang lain, perbaikan kondisi pencahayaan ini dapat meningkatkan kenyamanan, tetapi bagi individu low vision lebih dari itu: menentukan apakah dia dapat melaksanakan tugas atau tidak, mencegah terjadinya hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan dirinya. Pertimbangan juga harus dilakukan untuk memodifikasi alat-alat bantu belajar/kerja agar sisa penglihatan dapat lebih fungsional: buku bertulisan besar, kaca pembesar yang tepat, program magnifikasi.

IV. Visualisasi, Ingatan Kinestetik, dan Persepsi Obyek

4.1. Visualisasi Setelah berorientasi dengan baik dengan memanfaatkan semua indera dengan sebaikbaiknya, individu tunanetra dapat menggambarkan lingkungannya dalam bentuk visualisasi / peta mental. Penting untuk mengingat letak tombol lampu agar dapat menyalakan/mematikannya pada saat yang tepat. Hal yang sama berlaku untuk gorden jendela. Visualisasi perkakas dan barang-barang agar mudah menemukannya bila diperlukan. Keteraturan penyimpanan barang-barang sangat penting untuk visualisasi. Visualisasi juga penting bila individu tunanetra bertemu dengan orang lain dan bercakapcakap dengannya: jabatan tangan dan suara memberi banyak informasi. Dalam bercakap-cakap, tunanetra harus tetap melakukan "kontak mata" dan menunjukkan ekspresi wajah. Bila memasuki ruang pertemuan, individu tunanetra perlu diberikan gambaran singkat tentang ruangan itu, dan harus dapat membedakan antara sumber suara pengeras dan posisi pembicara. Tunanetra perlu terus waspada terhadap pergerakan orang di dalam ruangan itu agar visualisasinya tentang ruangan itu beserta kegiatan yang berlangsung di dalamnya senantiasa tepat. Sedapat mungkin, individu tunanetra perlu memaksakan ingatan visualnya agar tetap waspada juga bila sedang berjalan atau berkendaraan ke suatu tempat.

4.2. Ingatan Kinestetik Ingatan kinestetik adalah ingatan tentang kesadaran gerak otot yang dihasilkan oleh interaksi antara indra perabaan (tactile), propriosepsi dan keseimbangan (yang dikontrol oleh sistem vestibular). Ingatan kinestetik hanya terbentuk sesudah orang melakukan gerakan yang sama di daerah yang sama secara berulang-ulang.

4.3. Persepsi Obyek Persepsi obyek (object perception) adalah kemampuan yang memungkinkan individu tunanetra menyadari bahwa suatu benda hadir di sampingnya atau di hadapannya meskipun dia tidak memiliki penglihatan sama sekali dan tidak menyentuh benda itu. Kemampuan persepsi obyek terbentuk karena tunanetra mendengar gema langkah kakinya sendiri atau bunyi lain yang ditimbulkannya, yang dipantulkan oleh benda penghambat, atau melalui penginderaan yang dihantarkan oleh kulitnya. Kemampuan persepsi obyek biasanya dikembangkan oleh mereka yang buta total dan mungkin tidak dapat dimiliki oleh mereka yang mengalami gangguan pendengaran. Eksperimen latihan persepsi obyek. Kemampuan persepsi obyek perlu dilatihkan kepada anak tunanetra untuk keselamatan.