BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. siswa serta didukung oleh lingkungan belajar mengajar yang kondusif.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. terapan yang bersifat pasti. Hal ini akan menjadikan peserta didik terkadang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang. tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA PEMBELAJARAN PKn MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIRENJA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah yang banyak.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan akhir dari proses pendidikan. dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki sangatlah minim sekali.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan. Undang-Undang tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma. SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

I. PENDAHULUAN. seorang guru itu belumlah terwujud dalam usaha mereka untuk. membelajarkan dengan pertimbangan-pertimbangan yang seksama.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. yang bagus, dibutuhkan proses pendidikan yang bagus pula. Setiap usaha

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan interaksi antara siswa dengan siswa. Pendidikan adalah kebutuhan yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan dalam arti perbaikan pendidikan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa untuk terus maju dan berkembang karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Karena pentingnya bidang pendidikan tersebut maka komponen yang terkait dalam dunia pendidikan baik keluarga, masyarakat, dan juga pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dengan pendidikan kualitas atas setiap warga akan ditingkatkan ke arah yang lebih baik dan kompeten dibidangnya. Negara selaku penjamin pendidikan atas warganya dituntut untuk mampu menyelenggarakan pendidikan yang layak dan merata untuk setiap warga negara. Sesuai dengan tujuan negara yang termuat dalam pembukaan UUD 1945 tersebut, melalui pendidikan diharapkan mampu melahirkan generasi muda yang penuh dengan kemampuan berkualitas yang dapat membawa kehidupan berbangsa dan bernegara secara bermartabat dan mampu untuk bersaing secara sehat menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin. Dengan pendidikan 1

2 diharapkan generasi muda mampu memiliki kekuatan keimanan yang dapat membawa ke kehidupan penuh dengan keharmonisan, perdamaian, dan saling menghargai satu sama lain sehingga menciptakan pola hubungan kehidupan yang selaras. Penyelenggaran pendidikan sendiri tidak terbatas dari pendidikan formal yang erat kaitannya dengan keberadaan sekolah-sekolah formal, pendidikan informal pun sangat berperan penting dalam menunjang pencetakan generasi muda yang berbakat dan memiliki potensi yang kuat. Dalam hal ini pemerintah selaku penyelenggara pendidikan harus benar-benar mampu untuk menjangkau seluruh kalangan agar generasi muda yang terbentur dengan kondisi ekonomi dan sosial masih tetap mendapatkan haknya sebagai warga negara yaitu mendapatkan pendidikan yang bermutu. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak dan verbal yang berbeda dengan ilmu-ilmu terapan yang bersifat pasti. Hal ini akan menjadikan peserta didik terkadang merasa kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. Akibatnya, sering terdapat peserta didik yang menampakkan sikap acuh dan malas dalam proses belajar mengajar sehingga hasil belajar kurang memuaskan karena peserta didik banyak melakukan kekeliruan dan kesalahan. Kekeliruan dan kesalahan yang dilakukan peserta didik ini tidak mutlak disebabkan oleh kurangnya kemampuan peserta didik dalam pembelajaran PPKn tetapi juga karena faktor lain seperti gaya atau metode mengajar guru, lingkungan, sarana dan prasarana belajar, motivasi peserta didik dan lain-lain. Somantri (2001, h. 154) mengatakan Pendidikan

3 Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Pada sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting demi keberhasilan peserta didik di sekolah. Guru juga berperan aktif dalam kaitannya dengan kurikulum, karena gurulah yang secara langsung berhubungan dengan murid. Muhibbin Syah (2004, h. 229) mengatakan bahwa Pada dasarnya, fungsi dan peranan penting guru dalam proses mengajar adalah sebagai director of learning (direktur belajar). Artinya setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar peserta didik yang sifatnya memotivasi agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar. Kenyataannya sangat nampak di dalam kegiatan belajar yang dialami oleh peserta didik bahwa belajar tidak selalu berjalan dengan baik dan tidak semua peserta didik berhasil dalam belajar dikarenakan banyak faktor yang menjadi penyebab kegagalan mereka dalam proses belajar mengajar serta menghilangkan motivasi peserta didik untuk belajar. Faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain: Faktor keluarga, ekonomi, dan lingkungan sosial. Untuk itu, maka sangat dibutuhkan peranan guru guna mendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Guru adalah pribadi kunci di kelas karena besar pengaruhnya terhadap perilaku dan belajar peserta didik, yang memiliki kecenderungan meniru dan

4 beridentifikasi. Hal-hal yang berpengaruh itu antara lain otoritas akademis dan non akademis, kesehatan mental, kesenangan, cita-cita dan sikap dan suasana kelas yang diciptakan oleh guru serta tindakan-tindakannya. Pengaruh itu terjadi juga pada perkembangan intelek dan peningkatan motivasi belajar karena terpenuhinya berbagai kebutuhan peserta didik kendatipun dalam beberapa hal dapat juga menjadi hambatan seperti rasa cemas atau tindakan guru yang keliru. Menurut M. Uzer Usman (1995, h. 7) Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memilki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Dari penjelasan di atas, tampaklah bahwa belajar mengajar akan mencapai hasil yang maksimal jika ditunjang oleh guru yang berkualitas. Artinya bahwa guru harus memiliki kemampuan dasar dalam merencpeserta didikan dan melakspeserta didikan program pengajaran, mengingat guru adalah faktor utama dalam proses pendidikan. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar mengajar yang maksimal. Tetapi sebaliknya, ditangan guru yang cekatan fasilitas dan sarana yang kurang memadai dapat diatasi. Guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan memperhatikan prinsip-prinsip bahwa peserta didik akan bekerja keras kalau ia punya minat dan perhatian terhadap pekerjaannya, memberikan tugas

5 yang jelas dan dapat dimengerti, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik, menggunakan hadiah dan hukuman secara efektif dan tepat. Lingkungan serta sarana dan prasarana belajar juga perlu diperhatikan untuk mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas yang nyaman. Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginankeinginan atau kebutuhannya sendiri. Minat adalah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik, pada dasarnya merupakan hal yang sangat fundamental dalam diri manusia, karena minat merupakan modal yang sangat pokok dalam melakspeserta didikan suatu aktifitas. Manusia akan berhasil aktifitasnya apabila aktifitas itu dibarengi dengan minat yang tinggi, karena minat itu sendiri adalah gejala kejiwaan yang selalu berhubungan erat dengan sikap dan tingkah laku terhadap objek yang dihadapinya. Menurut Bernard (Sardiman, 2011, h. 76) minat timbul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh salah satu perubahan tingkah laku yang relatif tetap, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan proses pembelajaran tersebut, tidak jarang ditemukan kesulitan-kesulitan dan problem yang dapat mempengaruhi belajar. Moh. Surya (1981, h. 32) mendefinisikan belajar adalah

6 suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peserta didik kesulitan dalam belajar. Salah satunya ialah faktor peserta didik. Hal ini adalah berkenaan dengan pribadi peserta didik. Intelegensi yang kurang baik dapat menjadi penyebab kesulitan dalam belajar, faktor emosional yang kurang stabil, misalnya; mudah tersinggung, pemurung, pemarah dan sebagainya, aktivitas belajar yang kurang, latar belakang pendidikan yang di masuki dengan sistem sosial dan kegiatan belajar mengajar di kelas yang kurang baik Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar salah satunya dapat diketahui dari prestasi yang diperoleh seorang peserta didik semasa belajarnya, yang berupa penambahan pengetahuan dan kemahiran menuju arah kemajuan dengan demikian, prestasi peserta didik adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam belajar. Motivasi Intrinsik peserta didik adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kesadaran untuk belajar, kesadaran tersebut yang dapat membangkitkan semangat peserta didik untuk melakspeserta didikan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah kegiatan belajar demi mencapai tujuan. Menurut Siagian (2004, h. 76) motivasi instrinsik bersumber dari dalam individu. Motivasi ini menghasilkan integritas dari tujuan-tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan individu dimana keduanya dapar terpuaskan.

7 Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah/semangat peserta didik sehingga mempunyai motivasi kuat dan memiliki energi yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar, dengan adanya motivasi tersebut proses pembelajaran akan mudah mencapai tujuannya seperti dalam memahami ajaran Islam dan ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam prinsip-prinsip motivasi belajar, motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik, peserta didik yang mempunyai motivasi intrinsik mempunyai semangat belajar yang kuat, dengan motif bahwa dia belajar bukan mengharap pujian dari orang lain, atau mengharap hadiah berupa benda, tetapi karena ingin memperoleh ilmu slebanyak-banyaknya sehingga pengetahuan peserta didik menjadi luas dan menjadikan peserta didik tersebut berprestasi dalam belajar. Berdasarkan studi pendahuluan yang saya lakukan ketika praktek kerja lapangan (PPL) II di SMP Pasundan 1 Bandung, ternyata banyak siswa yang belum bisa berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, serta belum memiliki minat yang besar dalam dirinya dalam mempelajari mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Hal ini bisa di buktikan dari rendahnya tingkat kemampuan peserta didik dalam mengetahui isi materi pendidikan kewarganegaraan dan masih rendahnya prestasi belajar pendidikan kewarganegaraan. Semua ini dapat dipengaruhi oleh bermacammacam latar belakng siswa, baik dari latar belakang pendidikan, keluarga, serta lingkungannya. Oleh karena itu, permasalahan ini dianggap penting dan layak untuk diteliti. Karena peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang

8 mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi, usaha guru dalam meningkatkan motivasi intrinsik terhadap peserta didik yang kurang serta, mengetahui strategistrategi yang di gunakan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar peserta didik serta faktor penghambat dan pendukungnya. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui dan mengkaji penelitian dengan judul: Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Meningkatkan Motivasi Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ( Studi Kasus di Kelas VIII E di SMP Pasundan 1 Bandung) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai beikut:: 1. Partisipasi belajar peserta didik tidak muncul saat pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sedang berlangsung. 2. Pengaruh motivasi dari dalam diri peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik. 3. Peserta didik cenderung merasa jenuh dan bosan ketika pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sedang berlangsung. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Dari uraian identifikas masalah tersebut diatas, maka runusan masalah dalam penelitian ini adalah:

9 Bagaimana upaya yang dilakukan guru pendidikan kewarganegaraan untuk meningkatkan motivasi intrinsik peserta didik dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan? 2. Pertanyaan Penelitian Agar lebih spesifik, maka rumusan itu dijabarkan lagi dalam pertanyaan penelitian, adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana upaya yang dilakukan guru PKn dalam meningkatkan motivasi intrinsik peserta didik dalam proses pembelajaran? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan guru PKn dalam mengembangkan motivasi intrinsik untuk meningkatkan potensi belajar peserta didik di luar kelas? 3. Hambatan apa saja yang dialami guru pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan motivasi intrinsik terhadap prestasi peserta didik? D. Batasan Masalah Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang muncul tetapi waktu dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka dalam penelitian ini penulis batasi pada: 1. Upaya guru pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan motivasi intrinsik peserta didik dalam proses pembelajaran. 2. Upaya guru pendidikan kewarganegaraan dalam mengembangkan motivasi intrinsik untuk meningkatkan potensi belajar peserta didik di luar kelas. 3. Hambatan-hambatan yang dialami guru pendidikan kewarganegaraan

10 dalam meningkatkan motivasi intrinsik terhadap prestasi peserta didik. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana upaya guru pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan motivasi intrinsik terhadap prestasi peserta didik kelas VIII-E di SMP Pasundan 1 Bandung. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui upaya guru pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan motivasi intrinsik peserta didik dalam proses pembelajaran. b. Untuk mngetahui upaya guru pendidikan kewarganegaraan dalam mengembangkan motivasi intrinsik untuk meningkatkan potensi belajar peserta didik di luar kelas. c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami guru pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan motivasi intrinsik terhadap prestasi peserta didik. F. Manfaat Penelitian Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peserta didik, agar prestasi belajar dapat meningkat pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

11 2. Bagi guru, agar menambah upaya-upaya yang dapat meningkatkan prestasi peserta didik melalui motivasi intrinsik. 3. Penelitian ini juga berguna bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman sebelum terjun sebagai guru, khususnya yang berkaitan tentang motivasi belajar peserta didik. G. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, kerangka pemikiran akan menjadi landasan untuk menjelaskan bagaimana lingkungan keluarga dan motivasi belajar mempengaruhi prestasi belajar. Untuk itu akan dijelaskan bagaimana rasionalisasi kerangka berfikir sebagai berikut : Motivasi intrinsik sangat penting ditumbuhkan di dalam diri peserta didik agar mereka semua memperoleh kesuksesan dalam mencapai kompetensi yang diharapkan, baik berupa pengetahuan, sikap ataupun keterampilan. Dorongan yang berasal dari dalam diri peserta didik akan memberikan kekuatan yang luar biasa untuk membuat mereka gigih dalam belajar. Jika peserta didik telah memiliki motivasi intrinsik yang kuat dalam dirinya, maka ia tidak terlalu membutuhkan dorongan dari luar (motivasi ekstrinsik) lagi. Memang sebaiknya motivasi ekstrinsik tetap diberikan untuk menjaga agar motivasi intrinsik tetap bersemayam dalam diri peserta didik. Misalnya, dengan memberikan pujian, penghargaan, atau hadiah, atau hal-hal lainnya. Motivasi ekstrinsik yang diberikan dengan tepat akan memperkuat motivasi intrinsik yang telah ada, atau dapat menumbuhkan motivasi intrinsik yang sebelumnya tidak peserta didik miliki.

12 Motivasi intrinsik mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Seorang peserta didik yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan berdampak terhadap prestasi belajarnya dimana peserta didik akan memacu dirinya untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya, sebaliknya jika motivasi peserta didik rendah maka akan cenderung menjadi peserta didik yang malas dan ini akan berdampak pada menurunnya prestasi peserta didik di sekolah. Menurut Permana (2009, h. 16) mengutip dari Nawawi memberikan pendapat bahwa motivasi Intrinsik adalah pendorong kerja yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran mengenai pentingnya pekerjaan yan dilakspeserta didikan. Motivasi intrinsik sangat penting ditumbuhkan di dalam diri peserta didik agar mereka semua memperoleh kesuksesan dalam mencapai kompetensi yang diharapkan, baik berupa pengetahuan, sikap ataupun keterampilan. Dorongan yang berasal dari dalam diri peserta didik akan memberikan kekuatan yang luar biasa untuk membuat mereka gigih dalam belajar. Jika peserta didik telah memiliki motivasi intrinsik yang kuat dalam dirinya, maka ia tidak terlalu membutuhkan dorongan dari luar (motivasi ekstrinsik) lagi. Memang sebaiknya motivasi ekstrinsik tetap diberikan untuk menjaga agar motivasi intrinsik tetap bersemayam dalam diri peserta didik. Misalnya, dengan memberikan pujian, penghargaan, atau hadiah, atau hal-hal lainnya. Motivasi ekstrinsik yang diberikan dengan tepat akan memperkuat motivasi intrinsik yang telah ada, atau dapat menumbuhkan motivasi intrinsik yang sebelumnya tidak peserta didik miliki.

13 Dengan demikian peneliti mengambil kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Upaya Guru PKn (Variabel X) Motivasi Terhadap Prestasi Peserta Didik (Variabel Y) H. Definisi Operasional Adapun beberapa penjelasan istilah dalam penelitian ini adalah: 1. Guru: Ahmadi (1977, h. 109) guru adalah sebagai peran pembimbing dalammelakspeserta didikan proses belajar mengajar. Menyediakan kondisikondisi yang memungkinkan peserta didik merasa aman dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapai mendapat penghargaan dan perhatian sehingga dapat meningkatkan motivasi berprestasi peserta didik. 2. Sekolah: Salah satu lembaga pendidikan, tempat belajar dimana peserta didikatakan berusaha membina, mengembangkan, dan menyempurnakan potensi dirinya serta dunia kehidupan masa depan. Sekolah merupakan salah satu tempat mempersiapkan generasi muda dengan menjadi manusia dewasa dan berbudaya(djahiri, 1976, h. 64). 3. Menurut Siagian (2004, h. 76) motivasi instrinsik bersumber dari dalam individu. Motivasi ini menghasilkan integritas dari tujuan-tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan individu dimana keduanya dapar terpuaskan.

14 4. Menurut Sarwono (2007, h. 62) peserta didik adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di dunia pendidikan. I. Struktur organisasi Supaya dalam penulisan ini lebih sistematis, maka perlu peneliti sajikan sistematika pembahasan sebagai gambaran umum laporan penelitian, adapun sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bab I Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah identifikasi masalah, rumusan masalah batasan masalah tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi. 2. Bab II membahas mengenai kajian teori, analisis dan pengembangan materi pelajaran yang diteliti (meliputi ruang lingkup guru pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan motivasi intrinsik, karakteristik guru pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan motivasi intrinsik, bahan dan media, strategi pembelajaran, sistem dan evaluasi, serta yang terakhir penelitian terdahulu). 3. Bab III Pada bagian bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian, desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, analisis data. 4. Bab IV Bagian ini membahas mengenai deskripsi hasil dan temuan penelitian, dan pembahasan penelitian.

15 5. Bab V Simpulan dan Saran Pada bagian ini berisi kesimpulan dan saran yang membahas mengenai penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

16