BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014

terus berjuang, meskipun kadang-kadang banyak rintangan dan masalah dalam kehidupan. Kesuksesan dapat dirumuskan sebagai tingkat di mana seseorang

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006). Ketika mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan bagian dari civitas akademika yang sedang

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil penelitian Horn & Berger (dalam Papalia dkk, 2007) menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).


BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, mencari pekerjaan bukan lagi hal yang mudah. Persaingan yang ketat, membuat masing-masing individu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. mata, bahkan tak sedikit yang mencibir dan menjaga jarak dengan mereka. Hal

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN ADVERSITY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan dan ketakukan adalah sinyal peringatan. dan bertindak sebagai peringatan atas ancaman dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang di hadapi. Self efficacy (kemampuan diri) sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah penulisan tugas akhir (Iswidharmanjaya, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kenaikan jumlah penumpang secara signifikan setiap tahunnya. Tercatat hingga

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lembaga penyedia pendidikan yang berbasis islami, dan pengembangan ketrampilan yang dimiliki. Tujuan Pendidikan baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia

BAB 1 PENDAHULUAN. mengidentifikasi kemungkinan faktor pemicu stres pada remaja. Bidang akademik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pekerjaan merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan stress. Banyak

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan suatu jenjang pendidikan yang dapat dijalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres merupakan bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan. 1 Setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan baru semakin memperburuk suasana. Dalam sebuah survei yang dilakukan Princeton Survey Research

BAB I PENDAHULUAN. stress. Seperti kehidupan normal pada umumnya, kehidupan di perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. 1 Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Praktik klinik dalam keperawatanadalah kesempatan kepada semua. yang sesungguhnya(emilia, 2008). Pembelajaran klinik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa dimasa yang akan datang. Untuk itu diharapkan mahasiswa perlu memiliki cara pandang yang baik, jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang mahasiswa mampu menguasai permasalahan sesulit apapun, mempunyai cara berfikir positif terhadap dirinya dan orang lain, mampu mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang menyerah pada keadaan yang ada. Problematika mahasiswa seringkali memberikan konsekuensi psikologis yang berat bagi seseorang. Dan yang membuat mahasiswa stres harus melalui tugas akhir, yaitu skripsi. Skripsi merupakan perwujudan dari kemampuan meneliti calon ilmuwan pada jenjang program sarjana (S1). Penulisan skripsi memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa dalam menyelesaikan setiap persoalan secara ilmiah. Keharusan menulis skripsi dimaksudkan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan kemampuan sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki pada kenyataan yang dihadapi. Selain itu, skripsi merupakan tolak ukur sejauhmana tingkat pemahaman mahasiswa terhadap ilmu yang dimilikinya (Puspitasari, 2013). 1

2 Berdasarkan studi pendahuluan peneliti bahwasannya telah melakukan wawancara pada mahasiswa PMT (Pendidikan Matematika) di UIN Sunan Ampel Surabaya, bahwa mereka merasakan kecenderungan stres dalam menyelesaikan skripsi karena banyak mata kuliah yang baru bisa diambil waktu semester delapan, ada ujian pada mata kuliah lain yang masih dilakukan, belum juga dosen pembimbing yang sulit untuk ditemui, pikiran mereka harus dibagi-bagi antara menyelesaikan skripsi dengan mata kuliah yang ada (Hasil wawancara, tanggal 24 April 2015). Berdasarkan studi pendahuluan peneliti bahwasaannya telah melakukan wawancara pada alumni PMT (pendidikan matematika) di UIN Sunan Ampel Surabaya, mereka merasakan kecenderungan stres dalam menyelesaikan skripsi karena mereka masih di bebani beberapa mata kuliah yang harus diambil pada semester delapan dari itu banyak mahasiswa UIN Sunan Ampel yang lulus semester sembilan pada jurusan PMT (pendidikan matematika) (Hasil wawancara, tanggal 25 April 2015). Skripsi bagi sebagian mahasiswa dianggap sebagai momok yang menakutkan dan beban yang berat. Tidak jarang banyak mahasiswa yang tidak bisa menyelesaikan skripsi pada waktu yang telah ditentukan. Banyak faktor yang mungkin menyebabkan hal ini terjadi. Salah satunya adalah mahasiswa tersebut merasa bahwa pembuatan skripsi itu adalah sulit, sehingga mereka membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang diberikan. Selain itu juga adanya hambatan dalam penyelesaian skripsi seperti proses pengerjaan skripsi yang rumit, adanya mis-komunikasi mahasiswa dengan dosen

3 pembimbing, kurangnya dukungan, dan ketidakmampuan mengatur waktu serta adanya permasalahan secara sistemik dalam mengerjakan skripsi. Belum lagi mendapat tuntutan untuk cepat menyelesaikan skripsi, persiapan untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus, tuntutan orang tua dan universitas yang terlalu tinggi bagi mahasiswa semua itu membuat mahasiswa mengalami kecenderungan stress dalam menyelesaikan skripsi. Bahkan sumber stress bisa muncul dari kekhawatiran serta pikiran-pikiran negatif yang ada dalam dirinya. Menurut Grifiths (2000, dalam Putra, 2010) Stress adalah suatu kondisi yang dialami oleh seseorang ketika mereka menghadapi tuntutan dan tekanan pekerjaan yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuannya. Dalam bahasa sehari-hari stres dikenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan prenyesuaian. Lazarus dan Folkman, (1984,dalam Arilia, 2007) menyatakan, stres psikologis adalah sebuah hubungan antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai hal yang membebani atau sangat melampaui kemampuan seseorang dan membahayakan kesejahteraannya. Penyebab stres biasanya disebut sumber stres atau stressor yang menurut Lazarus dan Folkman (1984) terdiri dari dua jenis sumber stres yaitu sumber internal dan eksternal. Tuntutan internal merupakan penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, yaitu tuntutan dari diri sendiri seperti keinginan untuk selalu menjadi yang terbaik dan kepribadian masing-masing individu, sedangkan tuntutan eksternal bisa bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk

4 berhasil dalam perkuliahan dan penyesuaian sosial dilingkungan kampusnya (Arilia, 2007). Menurut Santrock (2003) stress merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya. Baron dan Byrne menyatakan stress adalah respon terhadap persepsi kejadian fisik atau psikologis dari individu sebagai sesuatu yang profesional menimbulkan bahaya atau tekanan emosional. Menurut Atkinson (1983) Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi stres yaitu: pertama, Kemampuan menerka. kedua, Kontrol atas jangka waktu. Ketiga, Evaluasi kognitif. Keempat, Perasaan mampu. Kelima, Dukungan masyarakat. Dari salah satu faktor yang mempengaruhi stres yaitu perasaan mampu. Perasaan mampu adalah Kepercayaan seseorang atas kemampuannya menanggulangi situasi penuh stres merupakan faktor utama dalam menentukan kerasnya stres. Jika seseorang tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi situasi penuh stres, maka seseorang dapat kehilangan semangat. Semua tuntutan yang ada pada mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi membuat mahasiswa cenderung mengalami stress. Sebagai seorang mahasiswa harus mempunyai kemampuan untuk mengatasi hambatan, mengubah hambatan menjadi peluang, menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan penyelesaian skripsi mahasiswa. Kemampuan mengatasi hambatan atau kesulitan ini dinamakan Adversity Quotient.

5 Adversity Quotient (AQ) pertama kali diperkenalkan oleh Stoltz yang disusun berdasarkan hasil riset lebih dari 500 kajian diseluruh dunia. Kecerdasan adversitas ini merupakan terobosan penting dalam pemahaman tentang apa yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan. Stolz mengatakan bahwa sukses tidaknya seseorang individu dalam pekerjaan maupun kehidupannya ditentukan oleh kecerdasan adversitas, dimana kecerdasan adversitas dapat memberitahu : seberapa jauh manusia mampu mengatasi kesulitan dan kemampuan untuk mengatasinya, siapa yang akan mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang akan hancur, siapa yang akan melampaui harapan atas kinerja dan potensi mereka serta siapa yang akan gagal, dan siapa yang akan menyerah dan siapa yang akan bertahan (Stoltz, 2000). Menurut Stoltz, (2000 dalam puspitasari, 2013) adversity quotient berakar pada bagaimana seseorang merasakan dan menghubungkan dengan tantangantantangan dalam hidup. Situasi sulit dan tantangan dalam hidup dapat diatasi dengan adversity quotient yang baik. Karena jika seseorang memiliki adversity quotient yang tinggi akan menjadikan seseorang memiliki kegigihan dalam hidup dan tidak mudah menyerah. Seseorang yang memiliki adversity quotient yang tinggi ia akan meniliki kekebalan atas ketidakmapuandirinya menghadapai masalah dan tidak akan mudah terjebak dalam kondisi keputusasaan. Namun sebaliknya, jika seseorang memiliki adversity quotient yang rendah maka seseorang akan mudah rapuh dan menyerah pada keadaan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Hubungan antara Adversity Quotient dengan

6 kecenderungan stress dalam menyelesaikan tugas Akhir (Penulisan Skripsi) Pada Mahasiswa B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka pertanyaan penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara Adversity Quotient dengan kecenderungan stress dalam menyelesaikan Tugas Akhir (Penulisan Skripsi) Pada Mahasiswa? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui hubungan antara Adversity Quotient dengan kecendeungan stress dalam menyelesaikan tugas Akhir (Penulisan Skripsi) Pada Mahasiswa. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan pada latar belakang penelitian maka manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan secara teoritis yang berhubungan dengan psikologi klinis baik kepada masyarakat maupun kepada peneliti sendiri tentang ada atau tidaknya hubungan antara Adversity Quotient dengan kecenderungan stress dalam menyelesaikan tugas Akhir (Penulisan Skripsi) Pada Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. 2. Manfaat Praktis

7 Sebagai pengetahuan dan wawasan tentang khazanah ilmu yang berkaitan dengan kecenderungan stress, serta dapat mengetahui tentang Adversity Quotient dalam mengangani stres yang muncul. E. Keaslian Penelitian Peneliti Adversity Quotient sebelumnya sudah dilakukan oleh setyabudi (2011) dalam jurnal yang berjudul hubungan antara Adversiti dan Intelegensi dengan Kreativitas Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adversiti dan inteligensi dengan kreativitas. Subyek penelitian adalah siswasiswi di Sekolah Menengah Umum Tujuh Belas Agustus 1945 sebanyak 142 orang siswa yang diambil melalui teknik random sampling.hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada korelasi antara adversiti dan inteligensi dengan kreativitas, koefisien korelasi sebesar R = 0.264 dan harga F = 5.191, db = 2 ; 139 dengan p = 0.003 ( < 0.010 ). Hasil analisis dengan menggunakan korelasi parsial diperoleh nilai r = 0.141 dan p = 0.045 yang berarti ada korelasi yang signifikan antara adversiti dengan kreativitas dengan mengendalikan inteligensi. Korelasi antara inteligensi dengan kreativitas diperoleh nilai r = 0.225 dan p = 0.003, yang berarti ada korelasi antara inteligensi dengan kreativitas. Penelitian Adversity Quotient sebelumnya dilakukan oleh Puspitasari (2013) yang berjudul Adversity Quotient Dengan Kecemasan Mengerjakan Skripsi Pada Mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat adversity quotient yang tinggi memiliki tingkat kecemasan mengerjakan skripsi yang rendah, sedangkan mahasiswa yang memiliki

8 adversity quotient yang rendah memiliki tingkat kecemasan mengerjakan skripsi yang tinggi. Sumbangan efektif dari adversity quotient terhadap kecemasan mengerjakan skripsi pada mahasiswa sebesar 36,6%, sedangkan sumbangan sebesar 63,4% diperoleh dari faktor lain. Tingkat adversity quotient tinggi yang dimiliki oleh mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi akan menyebabkan mahasiswa mampu bertahan mengatasi kecemasan dalam mengerjakan skripsi sehingga mereka yang memiliki tingkat adversity quotient yang tinggi akan lebih terdorong untuk dapat mengerjakan skripsi dengan baik. Mahasiswa yang mempunyai adversity quotient yang tinggi, ia akan cenderung mempunyai sikap optimisme, motivasi yang tinggi, ulet, tekun. Sehingga dengan begitu ia akan mampu menyelesaikan suatu kesulitan dengan baik atau mampu keluar dari hambatan tersebut. Beberapa aspek inilah yang mampu untuk meminimalisir kecemasan mahasiswa dalam mengerjakan skripsi. Penelitian Adversity Quotient sebelumnya dilakukan oleh Parvathy (2014) yang berjudul Hubungan antara Adversity Quotient dan Masalah Akademik antara Guru Mahasiswa. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat masalah akademik dan adversity quotient antara guru siswa. Penelitian ini juga menganalisis hubungan antara adversity quotient dan masalah akademik di kalangan guru siswa. Seorang guru dapat mentransfer / kemampuannya untuk generasi berikutnya dan menanamkan sifat seperti di siswa. Metode yang digunakan adalah survei dan sampel adalah sampel acak dari 300 guru siswa dari Negara Bagian Kerala di India. Nilai korelasi co-efisien diperoleh untuk

9 adversity quotient dan masalah akademik (r = -0,52, signifikan pada level 0,01) menunjukkan bahwa kedua variabel berhubungan erat. Penelitian stres sebelumnya sudah dilakukan oleh Busari (2012) yang berjudul Mengidentifikasi Selisih Persepsi Stres Akademik dan Reaksi Tekanan Berdasarkan gender antara Mahasiswa Tahun Pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria dan wanita responden berbeda secara signifikan dalam persepsi mereka frustrasi, keuangan, konflik dan harapan diri stres tapi tidak secara signifikan berbeda dalam persepsi mereka dari tekanan dan perubahan-stres terkait. Penelitian stres sebelumnya sudah dilakukan oleh Thawabieh (2012) yang berjudul Menilai Stres antara Mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat stres yang dialami oleh mahasiswa. Pendekatan kuantitatif telah dilakukan untuk menilai stres siswa. Sampel terdiri dari 471 mahasiswa dari Tafila Technical University. Hasil menunjukkan bahwa siswa mengalami tingkat moderat stres. Penelitian stres sudah dilakukan oleh Vilaseeni & Surya (2013) yang berjudul Gambaran Tingkat Stres Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil Tahun Akedemik 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU semester ganjil tahun akademik 2012/2013. Dengan menggunakan metode deskriptif cross sectional, data diperoleh menggunakan alat ukur berupa kuesioner Daily Hassles and Stress Rating Scale kepada 100 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel pada

10 penelitian ini adalah dengan menggunakan metode stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukan dari 100 mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, sebanyak 35 orang (35%) mengalami stres tingkat rendah, 61 orang (61%) mengalami stres tingkat sederhana dan 4 orang (4%) mengalami stres tingkat tinggi. Berdasarkan usia, kelompok usia 19 dan 20 tahun merupakan kelompok usia yang paling banyak mengalami stres. Jika dibandingkan antara pria dan wanita, pria mempunyai stres yang lebih tinggi. Dari beberapa pemaparan penelitian diatas, dapat dijelaskan bahwa memang telah ada penelitian yang membahas tentang variabel Adversity Quotient dan kecenderungan stress. Namun yang membedakan penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian kali ini ingin mengetahui hubungan antara Adversity Quotient dengan kecenderungan stress dalam menyelesaikan tugas akhir (penulisan skripsi) pada mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya oleh sebab itu peneliti dapat menjamin keaslian penelitian ini.