KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

dokumen-dokumen yang mirip
KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017

KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017

BPS KABUPATEN MALINAU

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2011

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG.

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013


BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

BADAN PUSAT STATISTIK

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.


TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2017 adalah 514,62 ribu jiwa atau 7,78 persen dari total penduduk.

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011

BPS PROVINSI SUMATERA UTARA PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2011

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET No. 08/07/18/TH.IX, 17 Juli 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Riau pada Maret 2016 adalah 515,40 ribu atau 7,98 persen dari total penduduk.

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

Transkripsi:

No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Maret 2017. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada Maret 2017 sekitar 198,88 ribu jiwa yang turun sekitar 1,4 ribu jiwa dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2016 yang berjumlah sekitar 200,35 ribu. Persentase penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada bulan Maret 2017 sebesar 8,10 persen, turun 0,1 persen dibanding semester sebelumnya (September 2016) yang sebesar 8,98 persen. Tingkat kemiskinan masih lebih tinggi di perdesaan dibandingkan daerah perkotaan. Di perdesaan 10,77 persen (139,05 ribu jiwa) sedangkan perkotaan sebesar 5,14 persen (59,82 ribu jiwa). Tingkat kemiskinan di perkotaan dan perdesaan sama-sama mengalami penurunan pada periode September 2016 - Maret 2017, yaitu sebesar 0,08 di perkotaan dan 0,05 di perdesaan. Garis kemiskinan pada bulan Maret 2017 sebesar Rp 333.510. Peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Dilihat dari Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami sedikit penurunan tetapi sebaliknya Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami sedikit kenaikan pada periode September 2016 - Maret 2017. Gini Ratio Sulawesi Utara Maret 2017 sebesar 0,396, sedikit naik jika dibandingkan dengan September 2016 yang sebesar 0,379. Distribusi pengeluaran 40 persen bawah berdasarkan kriteria World Bank Maret 2017 berada pada angka 16,42 persen. 1. PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI SULAWESI UTARA Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2017 diketahui bahwa tingkat kemiskinan Sulawesi Utara pada Maret 2017 sebesar 8,10 persen atau sebanyak 198,88 ribu jiwa (lihat Tabel 1). Pada Maret 2016 tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebesar 8,34 persen atau 202,82 ribu jiwa. Dengan kata lain tingkat kemiskinan Maret 2017 dibandingkan dengan Maret 2016 turun sebesar 0,24 persen, secara absolut turun sekitar 3,94 ribu jiwa. Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara mengalami penurunan secara berturut-turut selama 4 semester (sejak bulan September 2015). Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 1

Tabel 1 : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Sulawesi Utara, Maret 2016 - Maret 2017 Perkotaan Daerah / Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase (1) (2) (3) Maret 2016 60,62 5,34 September 2016 59,73 5,22 Maret 2017 59,82 5,14 Perdesaan Maret 2016 142,20 10,97 September 2016 140,62 10,82 Maret 2017 139,05 10,77 Perkotaan + Perdesaan Maret 2016 202,82 8,34 September 2016 200,35 8,20 Maret 2017 198,88 8,10 Penduduk miskin di Sulawesi Utara masih didominasi penduduk di daerah perdesaan. Dari 198,88 ribu jiwa penduduk miskin pada Maret 2017, hampir 70 persennya berada di daerah perdesaan. Pola tersebut sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Dari tabel 1 juga terlihat bahwa pada Maret 2017 terdapat gap persentase kemiskinan sebesar 5,63 persen antara perdesaan dan perkotaan. Persentase penduduk miskin di perdesaan dua kali lipat perkotaan. Semakin menegaskan fakta bahwa kantong kemiskinan berada pada daerah perdesaan. Penurunan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Utara terekam turun secara merata, baik di daerah perdesaan maupun perkotaan. Hal tersebut ditunjukkan oleh tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan dan perdesaan sama-sama mengalami penurunan, seiring dengan penurunan kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara. Gambar 1 : Persentase Penduduk Miskin Sulawesi Utara dan Indonesia, Maret 2014 - Maret 2017 12 11 11.25 10.96 11.22 11.13 10.86 10.7 10.64 10 9 8 8.75 8.26 8.65 8.98 8.34 8.2 8.1 7 6 Maret 2014 Sept 2014 Maret 2015 Sept 2015 Maret 2016 Sept 2016 Maret 2017 Sulut Indonesia 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017

Pada periode Maret 2014 Maret 2017 tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu di bawah angka nasional. Tren kemiskinan di Provinsi Sulawesi Utara pada periode Maret 2014 Maret 2017 berfluktuasi dengan angka yang relatif kecil dan berada pada range 8,1 8,98 persen (lihat Gambar 1). Pada periode yang sama, tingkat kemiskinan Maret 2017 adalah yang terkecil. Penurunan terbesar terjadi pada Maret 2016. Tingkat kemiskinan secara nasional menurut data Maret 2017 tercatat sebesar 10,64 persen atau setara dengan 27.771,22 ribu jiwa. Gambar 2 : Perbandingan Persentase Penduduk Miskin di Wilayah Pulau Sulawesi, Maret 2017 Sulawesi Utara 8.10 Sulawesi Selatan 9.38 Sulawesi Barat 11.30 Sulawesi Tenggara 12.81 Sulawesi Tengah 14.14 Gorontalo 17.65 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara pada Maret 2017 dibandingkan dengan 34 provinsi lainnya di Indonesia, berada di peringkat ke-14 terendah, namun di wilayah Pulau Sulawesi, kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara berada di urutan teratas. 2. PERUBAHAN DAN PERGESERAN GARIS KEMISKINAN Penduduk dikatakan miskin jika penduduk tersebut memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Oleh karenanya, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin jika tidak terjadi peningkatan pendapatan penduduk. Pada periode September 2016 ke Maret 2017 terjadi kenaikan garis kemiskinan sebesar Rp 14.526 yaitu dari Rp 318.984 per kapita per bulan pada September 2016 menjadi Rp 333.510 per kapita per bulan pada Maret 2017. Artinya, jika ada rumah tangga yang mempunyai 2 anggota rumah tangga (Ayah dan Ibu) akan dikatakan miskin jika pengeluaran rumah tangga tersebut kurang dari Rp 667.020. Penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis (chronic poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis adalah penduduk miskin yang berpenghasilan jauh di bawah garis kemiskinan dan biasanya tidak memiliki akses yang cukup terhadap sumber daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk miskin yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan dalam ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin sementara ini bisa meningkat dan statusnya berubah menjadi penduduk tidak miskin. Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 3

Tabel 2 : Garis Kemiskinan, Jumlah dan persentase Penduduk Miskin menurut Daerah di Sulawesi Utara, Maret 2016 Maret 2017 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah Penduduk Persentase Daerah / Tahun Miskin Non Penduduk Miskin Makanan Total (000) Makanan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Perkotaan Maret 2016 232.497 79.831 312.328 60,62 5,34 September 2016 234.016 79.988 314.004 59,73 5,22 Maret 2017 246.204 83.126 329.330 59,82 5,14 Perdesaan Maret 2016 255.577 66.408 321.985 142,20 10,97 September 2016 255.908 66.457 322.366 140,62 10,82 Maret 2017 267.178 69.659 336.837 139,05 10,77 Perkotaan + Perdesaan Maret 2016 246.007 71.471 317.478 202,82 8,34 September 2016 246.173 72.811 318.984 200,35 8,20 Maret 2017 257.489 76.021 333.510 198,88 8,10 Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan September 2016, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,17 persen, sedangkan pada bulan Maret 2017, peranannya mengalami sedikit peningkatan menjadi 77,21 persen. 3. INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman kemiskinan (Poverty Gap) dan keparahan kemiskinan (Poverty Severity). Pada periode September 2016 - Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) mengalami penurunan, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) mengalami sedikit kenaikan. Nilai indeks (P 1 ) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan atau hidupnya semakin jauh dari kesejahteraan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P 2 ) menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Dengan turunnya indeks P 1 selama periode September 2016 - Maret 2017 mengindikasikan bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin terhadap garis kemiskinan relatif menurun dibandingkan periode yang lalu. Sedangkan kenaikan pada indeks P 2 menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi antar penduduk miskin relatif meningkat dibandingkan dengan periode lalu. 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017

Tabel 3 : Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di Provinsi Sulawesi Utara menurut Daerah, Maret 2016 Maret 2017 Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (1) (2) (3) (4) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2016 0,784 2,191 1,534 September 2016 0,791 1,892 1,377 Maret 2017 0,794 1,885 1,368 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2016 0,168 0,708 0,456 September 2016 0,192 0,462 0,336 Maret 2017 0,197 0,490 0,351 Pada Maret 2017 indeks kedalaman kemiskinan di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan terlihat dari nilai indeks P 1 yakni masing-masing 1,885 berbanding 0,794. Sedangkan dari sisi keparahan kemiskinan, penduduk miskin di perdesaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perkotaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai indeks P 2 dimana di perdesaan mencapai 0,490 sedangkan di perkotaan 0,197. Nilai indeks P 1 di perdesaan pada periode September 2016 - Maret 2017 mengalami penurunan sementara indeks P 2 -nya meningkat. Di perkotaan nilai indeks P 1 dan P 2 mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode ini di perkotaan terjadi penurunan daya beli dari penduduk miskin dan variasi pengeluaran konsumsi antar penduduk miskin membesar. 4. KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan berguna untuk mendeteksi sebaran antar penduduk miskin. Kedua indeks tersebut tidak mampu menggambarkan ketimpangan Gini Ratio atau Rasio Gini menunjukkan ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Menurut Menurut Antonio Carrales, seorang profesional ekonomi di Universitas College London, Gini Ratio menyediakan indeks untuk mengukur ketimpangan. Lebih lanjut Gini Ratio dimaknai sebagai sebuah alat untuk mengukur tingkat kesenjangan sosial di masyarakat. Indeks ini menggunakan ukuran skala 0 sampai dengan 1. Angka 0 menunjukkan tidak adanya kesenjangan sosial di masyarakat. Skala 1 menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan sosial yang ekstrim di masyarakat. Tabel 4 : Gini Ratio Provinsi Sulawesi Utara menurut Daerah, September 2016 Maret 2017 Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (1) (2) (3) (4) September 2016 0,388 0,350 0,379 Maret 2017 0,405 0,355 0,396 Gini Ratio Provinsi Sulawesi Utara Maret 2017 berada pada angka 0,396. Indeks ini meningkat dibandingkan September 2016, sebesar 0,379. Artinya, jarak pengeluaran antara si kaya dan si miskin semakin melebar. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Gini Ratio Indonesia. Kondisi Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 5

ketimpangan Maret 2017 masih dikategorikan ke dalam kelompok ketimpangan sedang. Suatu wilayah dikatakan mempunyai ketimpangan yang tinggi jika Gini Ratio melebihi angka 0,5. Selain Gini Ratio, ketimpangan pengeluaran penduduk juga dapat dilihat dari persentase peengeluaran. Hal tersebut merupakan pengukuran ketimpangan yang digunakan oleh World Bank atau Bank Dunia. Tingkat ketimpangan penduduk menurut Bank Dunia terpusat pada 40 persen penduduk yang mempunyai pengeluaran terendah. Tabel 5 : Distribusi Pengeluaran menurut Kriteria Bank Dunia, September 2016 Maret 2017 Tahun 40 % bawah 40 % tengah 20 % atas (1) (2) (3) (4) September 2016 17,63 37,44 44,93 Maret 2017 16,42 37,46 46,12 Menurut Bank Dunia, pengeluaran penduduk Sulawesi Utara Maret 2017 berada dalam kategori ketimpangan sedang. Hal tersebut di tunjukkan oleh persentase penduduk 40 % bawah sebesar 16,42. Seiring dengan interpretasi yang ditunjukkan oleh Gini Ratio, ketimpangan penduduk Sulawesi Utara juga meningkat jika dibandingkan dengan September 2016, gap antara si kaya dan si miskin semakin lebar. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017

PENJELASAN TEKNIS DAN SUMBER DATA Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padipadian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi dasar non makanan di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2017 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan Maret 2017. Angka-angka yang disajikan merupakan pengolahan dengan mengunakan hasil proyeksi penduduk. angka yang dihasilkan lewat Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 7

BPS PROVINSI SULAWESI UTARA Informasi lebih lanjut hubungi: Ahmad Azhari, SSi Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Sulawesi Utara Telepon: 0431-847044 Fax.: 0431-862204 E-mail: bps7100@bps.go.id Homepage : http://sulut.bps.go.id 8 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Utara No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017