BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2004 (Dieren et al., 2010). DM merupakan kelompok penyakit degeneratif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang penduduk di dunia. Saat ini prevalensi DM di dunia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan dipengaruhi dari pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olahraga dan stress.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta dan diprediksikan meningkat hingga 1,5 miliar pada tahun Lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka fertilitas. Perubahan struktur demografi ini. menyebabkan peningkatan populasi lanjut usia (lansia).

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi. viii. x x xi xii xiii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai


UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang. diperkirakan prevalensi di seluruh dunia akan meningkat

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis merupakan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang bersifat kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. keduanya (American Diabetes Association, 2007; Perkeni, 2006). Secara klinis terdapat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) termasuk dalam kelompok 8 besar penyakit yang menyumbang kematian di dunia. Terdapat 2,3 juta kematian yang diakibatkan oleh DM di tahun 2004 (Dieren et al., 2010). DM merupakan kelompok penyakit degeneratif yang prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah kasus diabetes dewasa di dunia mencapai 171 juta orang di tahun 2000, meningkat 11% dari estimasi sebelumnya. Diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita DM di dunia akan sebesar 366 juta (Wild et al., 2004). Di Asia, lebih dari 110 juta orang menderita diabetes di tahun 2007 (Chan et al., 2009). Peningkatan jumlah penderita DM juga terjadi di Indonesia. Indonesia menempati urutan ke 9 negara dengan penderita DM terbesar di dunia. Sebanyak 7 juta penduduk di Indonesia tercatat menderita DM (International Diabetes Federation, 2009). Di tahun 2030, jumlah penderitanya diperkirakan mencapai 21,3 juta orang (Wild et al., 2004). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 menunjukkan prevalensi DM di Indonesia adalah sebesar 2,1 persen. Data nasional ini menunjukkan peningkatan hampir dua kali lipat apabila dibandingkan data RISKESDAS 2007 yang sebesar 1,1 persen (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI, 2013) 1

Hampir 80% kasus DM adalah DM tipe 2 (Kementrian Kesehatan RI, 2009). Peningkatan Prevalensi DM tipe 2 (DMT2) terjadi di hampir semua provinsi di Indonesia. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 3% penduduk dewasanya menunjukkan gejala-gejala DM (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI, 2013). Sebagian pasien dengan gejala DM akan mendatangi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul memperlihatkan diagnosis DM selalu masuk dalam 10 besar penyakit di puskesmas. Tahun 2012, terdapat 8.068 kasus DM di puskesmas wilayah Kabupaten Bantul, sedangkan sebanyak 11.730 kasus dilayani di RSUD (Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2013). Diabetes adalah penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan dan perawatan jangka panjang. Depresi merupakan salah satu masalah yang timbul akibat tidak terkendalinya kadar gula darah (Al-muzien & Al-sowielem, 2014). Tingginya jumlah penderita DM diiringi dengan peningkatan kasus depresi pada penderita DM. Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi depresi pada penderita DM yang melebihi prevalensi di populasi umum. Penelitian Anderson et al. (2001) menyimpulkan bahwa prevalensi depresi mayor pada penderita DM sebesar 11%. Angka yang hampir sama ditunjukkan oleh Collins et al., (2009) yakni sebesar 10,4-11,2 %. Di wilayah Asia prevalensinya beragam, antara lain 30% di Bangladesh (Asghar et al., 2007) dan 14,7% di Pakistan (Zahid et al., 2008), Kondisi depresi pada pasien DM akan meningkatkan kejadian komplikasi mikro dan makrovaskuler, disabilitas, serta mortalitas (Black et al, 2003). Untuk mencegah 2

morbiditas dan mortilitas akibat DM, dibutuhkan penanganan yang terus menerus dan multispesialistik, dikombinasi dengan edukasi,manajemen mandiri pasien, serta dukungan keluarga (American Diabetic Association, 2010). Mendeteksi depresi pada pasien diabetes berarti mencegah komplikasi penyakit yang diakibatkan ketidaktaatan pasien terhadap terapi. Gejala depresi yang ditemui pada seorang pasien diabetes hendaknya ditindaklanjuti dengan monitoring yang lebih ketat serta pendampingan baik oleh keluarga maupun dokter yang merawat (Dimatteo et al., 2000). Keluarga memiliki peran penting dalam kesembuhan penyakit, terutama penyakit kronis. Penilaian terhadap fungsi keluarga pada pasien dengan penyakit kronis penting di lakukan oleh dokter keluarga. Hal ini bertujuan untuk membuat perencanaan terapi serta membantu keluarga tersebut mengatasi permasalahan yang dihadapi (McWhinney, 1997). Mengetahui adanya disfungsi dalam sebuah keluarga dapat membantu dokter keluarga dalam mencegah kejadian depresi pada pasien DM. Fungsi keluarga dapat diukur menggunakan beberapa alat ukur. Salah satu yang telah digunakan selama puluhan tahun adalah kuesioner APGAR keluarga. Kuesioner ini telah dikenal luas di kalangan praktisi dan mahasiswa kedokteran keluarga. APGAR keluarga menilai persepsi pasien terhadap 5 fungsi keluarga, yaitu Adaptability, Partnership, Growth, Affection, and Resolve. Kuesioner ini banyak digunakan karena dapat dikerjakan dengan mudah dan cepat (Smilkstein, 1978). Kuesioner APGAR keluarga memiliki reliabilitas dan validitas yang cukup baik (Smilkstein, 1978; 3

Shortridge-baggett, 2004). Meskipun begitu, penelitian beberapa tahun terakhir mulai mempertanyakan apa yang sebenarnya diukur oleh kuesioner ini (Gardner et al., 2001). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka disusunlah pertanyaan penelitian sebagai berikut : Adakah hubungan antara skor APGAR keluarga dan tingkat depresi pada pasien DMT2 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara skor APGAR keluarga dan tingkat depresi pada pasien DMT2 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan rekomendasi penggunaan skor APGAR keluarga di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama sebagai langkah awal untuk mengenali potensi kejadian depresi pada pasien DMT2. Hal ini merupakan salah satu penerapan prinsip holistik pelayanan dokter keluarga. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai hubungan skor APGAR keluarga dan tingkat depresi pasien DMT2 di fasilitas kesehatan tingkat pertama belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian serupa yang pernah dilakukan disajikan dalam tabel berikut : 4

Tabel 1 Penelitian serupa yang pernah dilakukan Judul Persamaan Perbedaan Hasil Hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia (Sutikno, 2011) Menggunakan kuesioner APGAR untuk meniai fungsi keluaraga Variabel : Fungsi keluarga dan Kualitas hidup lansia Terdapat hubungan positif sangat kuat dan signifikan antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia Family functioning among depressive and dissociative (conversion) patients (Aamir et al., 2009) Meneliti peran fungsi keluarga dalam kejadian depresi Depresi diukur menggunakan skala hamilton Subyek penelitian pasien umum bukan DMT2 Keluarga yang disfungsional berperan dalam perkembangan penyakit mental seperti depresi dan gangguan disosiatif Family issues and family functioning of Japanese outpatients with type 2 diabetes (Takenaka, H. et al., 2013) Meneliti peran fungsi keluarga pada pasien diabetes Variabel : Fungsi keluarga dan pengendalian gula darah Instrumen : FACESKGIV-16 Fungsi keluarga yang seimbang mempengaruhi pengendalian gula darah The relationship between depressive symptoms and family functioning in institutionalized elderly (Oliveira,S.C. et al, 2014) Meneliti hubungan skor APGAR dan deepresi Gejala depresi diukur menggunakan GDS (Geriatric Depression Scale) Terdapat hubungan signifikan antara fungsi keluarga dan gejala depresi 5