BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kompetitior asing dan dalam negeri, organisasi diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

PENDAHULUAN Latar Belakang

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, pemberlakuan

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

1. Yulianty Widjaja (Direktur DAVINCI); dan 2. Para Hadirin Sekalian Yang Berbahagia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di kawasan timur: China, Vietnam, dan India (Besterfield, 2003:2).

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. baik itu persaingan nasional, regional, maupun internasional. Tahun 2014, indeks

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria kepuasan konsumen seperti ketepatan dalam pengiriman, cost yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN INTERNATIONAL FURNITURE & CRAFT FAIR INDONESIA (IFFINA

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi saat ini telah sampai pada pembentukan pasar tunggal dan pusat produksi tunggal

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Memasuki industri pasar global menjadikan peluang pasar selalu

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Kondisi persaingan saat ini

MRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

Pembahasan Materi #8

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

BAB I PENDAHULUAN. memang ada di mana saja, sejak kita di bangku sekolah, kita bersaing untuk

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Economic Community (AEC) mulai berlaku. Daya saing domestik negara

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

Analisis Penerapan Supply Chain Management di Industri Tas Tanggulangin, Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan teknologi yang semakin pesat membuat

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

Hakikat Rantai Pasokan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri harus mampu bersaing dengan perusahaan asing yang memasuki

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian survey. Penelitian survey. 3.2 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembahasan Materi #1

HUBUNGAN ANTARA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DENGAN SUPPLY CHAIN RESPONSIVENESS DAN COMPETITIVE ADVANTAGE

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

Assalamu alaikum Wr.Wb., Salam sejahtera bagi kita semua,

Perbandingan Daya Saing Indonesia Diantara Negara-Negara ASEAN 1

I. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Jarak geografis dan budaya telah menyempit sehingga memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar yang semakin pesat secara global membuat persaingan usaha antara perusahaan di Indonesia semakin berkembang. Perusahaan perusahaan berusaha untuk meningkatkan daya saingnya untuk menjadi perusahaan yang dapat bertahan menjaga kelangsungan usahanya di pasar. Banyak perusahaanperusahaan yang bersaing dan berkompetisi untuk menciptakan produk yang bernilai jual tinggi, berkualitas baik, sehingga menarik perhatian dan minat para konsumen. Produk yang diciptakan oleh perusahaan juga harus mampu membuat konsumen membutuhkannya atau bahkan bergantung sehingga menciptakan loyalitas dan konsumen berkelanjutan membeli dan mengkonsumsi produk yang dihasilkan perusahan. Pada akhir tahun 2015 Indonesia bersama sama dengan negara - negara di wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau dalam bahasa inggrisnya yaitu ASEAN Economy Community (AEC). 9 Negara lainnya selain Indonesia yang tergabung dalam Masyarakat Economic Asean yaitu, Brunei, Malaysia, Filipina, Singapura. Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.Masyarakat Ekonomi Asean merupakan suatu bentuk integragi ekonomi antara negara negara yang berada di wilayah Asia Tenggara dimana berbasis pada pasar tunggal dan produksi, kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, dan wilayah pembangunan ekonomi yang adil. Hal yang menjadi fokus utama dibentuknya MEA pada akhir tahun 2015 yaitu ingin menjadikan negara negara di Asia Tenggara sebagai wilayah kesatuan pasar dan basis produksi yang akan menyebabkan berkurangnya hambatan arus barang, jasa, investasi, dan faktor faktor produksi dari satu negara ke negara lainnya di wilayah Asia Tenggara atau bahkan tidak memiliki hambatan sama sekali, baik hambatan tarif, maupun non tarif. Dengan dibentuknya MEA memungkinkan untuk dapat memperkecil kesenjangan antara negara negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian. MEA bagi Indonesia atau negara 1

2 negara ASEAN lainnya dapat memberikan keuntungan, dan juga dapat memberikan tantangan baru bagi masing masing negara. Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam Masyarakat Economic Asean tentunya akan mendapatkan sebuah peluang yang menguntungkan untuk meningkatkan nilai ekspornya. Salah satunya ketika diberlakukannya MEA, maka perusahaan perusahaan di Indonesia berkemungkinan untuk memperoleh sumber daya yang lebih murah dari negara ASEAN lainnya atau dengan kata lain akan meningkatkan nilai impor Indonesia. Dan Indonesia pun akan mendapatkan peluang pasar yang lebih luas bagi produk produknya atau dengan kata lain akan meningkatkan nilai ekspor Indonesia, serta semakin terbukanya peluang untuk kerjasama dengan pelaku bisnis di negara ASEAN lainnya. Dan pada akhirnya dapat meningkatkan GDP Indonesia. Namun dibalik peluang yang menguntungkan itu, Indonesia pun harus bersiap untuk menghadapi tantangan baru ketika terbentuknya Masyarakat Economic Asean. Tantangan utama tersebut yaitu dalam hal persaingan antara produk dalam negeri dengan produk luar negeri. Produk produk dalam negeri tentunya akan menghadapi persaingan yang lebih ketat dengan produk produk yang diimpor dari luar negeri karena tidak dapat dipungkiri ketika terbentuknya Masyarakat Economic Asean tentunya akan menyebabkan lebih banyak produk dari luar negeri yang bermunculan di Indonesia, Persaingan tidak hanya terjadi diantara produk produk di negara negara ASEAN, namun persaingan yang cukup berat yaitu gempuran dari produk China dimana negara China dengan kemampuan teknologinya yang dapat membuat barang dalam jumlah besar dan harga kompetitif sehingga memiliki daya saing khususnya dari segi harga. Hal ini dapat mengancam keberadaan dan keberlangsungan usaha usaha industry dalam negeri apabila produk produk dalam negeri tidak memiliki persiapan dan strategi untuk menghadapi persaingan ini. Persaingan ini bukan berarti menjadi suatu ancaman yang menakutkan bagi perusahaan perusahaan dalam negeri atau bahkan membuat perusahaan perusahaan dalam negeri patah semangat. Menurut Djatmiko Bris Witjaksono, Direktur Kerjasama ASEAN Kemendag pentingnya perubahan cara pandang dalam menyikapi persaingan yang timbul dari AEC bahwa persaingan dari luar tidak lagi dianggap sebagai ancaman, namun sebagai peluang untuk memperbaiki diri dan menjadi lebih baik (www.kemendag.go.id, 2013).

3 Selama 10 tahun terakhir ini dari tahun 2005 sampai tahun 2014, nilai ekpor Indonesia ke negara negara ASEAN mengalami peningkatan dari US$ 15.824.920 sampai US$ 39.695.195 yang dapat dilihat dari Gambar 1.1 Indonesia's Exports to Association of South-East Asian Nations (ASEAN). Gambar 1. 1 Indonesia's exports to Association of South-East Asian Nations Sumber : www.trademap.org (2015) (ASEAN) Dan nilai impor Indonesia dari negara negara ASEAN selama tahun 2005 sampai tahun 2014 juga mengalami peningkatan secara signifikan dari US$ 17329459 sampai US$ 50.903.584 yang dapat dilihat pada Gambar 1.2 Indonesia's Imports from Association of South East Asian Nations (ASEAN).

4 Gambar 1. 2 Indonesia's Imports from Association of South East Asian Nations Sumber : www.trademap.org (2015) (ASEAN) Dari kedua grafik ini dapat dilihat bahwa nilai impor Indonesia dari negara negara ASEAN lebih besar dibandingkan dengan nilai ekspornya ke negara negara ASEAN. Seiring berjalannya waktu ketika telah diberlakukannya MEA, maka nilai impor dan ekspor Indonesia dan negara negara anggota ASEAN lainnya akan terpengaruh. Naik / turun nilai ekspor dan impor negara Indonesia tergantung dari persaingan di antara perusahaan perusahaan Indonesia dengan perusahaan dari luar negeri di kawasan ASEAN.

5 Tabel 1. 1 Indeks Kompetitif Global 2013/2014 Negara Rangking (dari 148 Rangking (dari 148 Nilai 2013 Negara) 2012-2013 Negara) 2013-2014 2014 (skala 1-7) Singapura 2 2 5.61 Malaysia 25 24 5.03 Brunei 28 26 4.95 Thailand 38 37 4.54 Indonesia 50 38 4.53 Filipina 65 59 4.29 Vietnam 75 70 4.18 Laos --- 81 4.06 Kamboja 85 88 4.01 Myanmar --- 139 3.21 Timor Leste 136 138 3.25 Sumber : www.aai.or.id (2015) Menurut Gambar 1.3 Indeks Kompetitif GLOBAL periode tahun 2013-2014, Singapore menduduki peringkat 1 diantara negara negara anggota ASEAN lainnya, sedangkan Indonesia menduduki peringkat ke 5 di antara negara negara anggota ASEAN lainnya, dan peringkat ke 38 di Dunia. Saat diberlakukannya MEA, maka persaingan diantara negara negara khususnya negara anggota ASEAN akan semakin meningkat atau membuat Perusahaan / pelaku bisnis di Indonesia akan menghadapi persaingan yang lebih ketat dibandingkan dengan sebelumnya ketika MEA belum berlaku. MEA secara tidak langsung mengharuskan perusahaan/pelaku bisnis di Indonesia harus siap untuk bersaing dan berkompetisi dengan produk produk dari negara negara anggota MEA lainnya yang nantinya masuk ke Indonesia. Hasil dari persaingan dan kompetisi ini akan menentukan apakah Indonesia secara garis besar menjadi negara pengekspor ataukah negara pengimpor. Menjelang diberlakukannya MEA 2015, Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono menyarankan untuk pelaku industri permebelan dan kerajinan mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan salah satu caranya yaitu memperkuat jalinan kerjasama dengan para pengusaha di negara-negara ASEAN, terutama dalam bidang pemasarannya. Meskipun Indonesia mempunyai potensi bahan baku yang melimpah, perjuangan yang tanpa kerjasama akan tetap berat. Oleh karena itu ketika diberlakukannya AEC

6 2015, perusahaan berkesempatan untuk meperkokoh jalinan bisnis semua ASEAN. Kerja sama diantara industri furniture Indonesia dengan pengusaha pengusaha dari negara ASEAN diharapkan dapat mampu saling mendukung dan meningkatkan daya saing guna menghadapi gempuran dari produk China. Tujuan lain dari kerja sama ini juga untuk bisa saling mengisi pangsa pasar yang semakin terbuka lebar (www.kemendag.go.id, 2013). Pemerintah Indonesia juga tidak hanya tinggal diam pada saat akan menjelang diberlakukannya MEA. Beberapa badan pemerintah telah merencanakan dan bahkan ada yang telah mengambil tindakan dalam persiapan jelang diberlakukannya MEA. Salah satu badan pemerintah yang ikut mengambil bagian yaitu yaitu Komisi Pengawasa Persaingan Usaha. Tindakan yang dilakukan KPPU jelang MEA yaitu bertujuan untuk menciptakan persaingan yang sehat. Wakil Ketua Mahkamah Agung RI Bidang Yudisial, Mohammad Saleh mengatakan bahwa KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha )telah melakukan berbagai upaya dan advokasi untuk agar pelaku usaha di Indonesia bersaing dengan sehat. Adanya persaingan yang sehat, diharapkan produsen dalam negeri pun terpacu untuk menciptakan produkproduk yang berkualitas, dan berinovasi. Badan pemerintah lainnya yang juga ikut mengambil bagian jelang diberlakukannya MEA yaitu KKP ( Kementerian Kelautan dan Perikanan). Dalam hal ini KKP berencana untuk melakukan sertifikasi produk khususnya dalam produk perikanan Indonesia. Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut P. Hutagalung mengatakan bahwa untuk melakukan harmonisasi sertifikasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah meningkatkan koordinasi pembinaan dan pengawasan produk yang beredar di masyarakat. Harmonisasi sertifikasi ini guna untuk meningkatkan kualitas produk dalam negeri yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperkuat daya saing (www.liputan6.com, 2015). Beberapa badan badan pemerintah yang telah berencana atau bahkan telah mengambil tindakan dalam rangka persiapan jelang diberlakukanya MEA. Tindakan tindakan ini tentunya guna mendorong perusahaan perusahaan dalam negeri untuk siap mengikuti persaingan yang semakin meningkat jelang MEA, sehingga dapat mengambil peluang peluang yang menguntungkan dan siap menghadapi tantangan yang akan timbul. Namun apabila pada dasarnya perusahaan tidak mempunyai keunggulan bersaing atau tidak ada keunggulan bersaing yang dapat diciptakan oleh perusahaan tersebut, maka langkah langkah yang dipersiapakan

7 dan dilakukan oleh pemerintah menjadi sia sia. Seperti halnya tindakan yang dilakukan oleh KPPU bertujuan untuk dapat menciptakan persaingan yang sehat, namun tidak menjamin bahwa perusahaan perusahaan dalam negeri dapat bersaing dengan produk impor. Menurut Jack Welch dalam Rangkuti, Fredy (2006 : 37), apabila perusahaan tidak memiliki keunggulan bersaing, maka jangan mencoba untuk bersaing. Maka Salah satu kunci keberhasilan suatu perusahaan ialah kemampuannya untuk memiliki dan mempertahankan satu atau beberapa keunggulan bersaing. Perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang mampu turut serta dalam persaingan di pasar. Perusahaan tidak hanya berusaha untuk dapat bertahan tetapi juga berusaha untuk memenangkan persaingan di pasar dengan memiliki keunggulan kompetitif yang menjadi senjata perusahaan tersebut untuk bersaing. Menurut Porter (1980) dalam Siagian, Yolanda (2005: 20), suatu perusahaan memiliki keunggulan bersaing jika perusahaan tersebut mampu melakukan differensiasi, biaya yang rendah, dan respon yang lebih dibandingkan pesaingnya. Kemudian menurut Soeryanto ( 2010 : 362), keunggulan bersaing dapat diperoleh dengan jalan menawarkan kepada pembeli nilai yang lebih tinggi, apakah melalui harga yang lebih rendah atau dengan memberikan manfaat yang lebih besar untuk membenarkan harga yang lebih tinggi,dan perusahaan memiliki bauran pemasaran pesaing. Keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan membantu perusahaan untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan terhadap konsumen. Sehingga terdapat banyak perusahaan yang berusaha menciptakan keunggulan bersaing untuk dapat berkompetisi dengan terus berusaha dan berinovasi dalam menciptakan produk yang mempunyai nilai kompetitif. Menurut Rangkuti (2006: 37), terdapat hubungan positif yang sangat erat antara kinerja suatu bisnis dan keunggulan bersaing yang berarti semakin baik kinerja suatu perusahaan, semakin kuat keunggulan bersaing yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin buruk kinerja suatu perusahaan, keunggulan bersaingnya semakin berkurang. Upaya peningkatkan daya saing pada perusahaan diperlukan manajemen yang baik secara internal ataupun eksternal perusanghaan, sehingga kinerja perusahaan mempengaruhi keunggulan bersaing perusahaan. Hubungan antara perusahaan dengan supplier dan customer harus terjalin dan dibina dengan benar sehingga

8 menciptakan suatu hubungan yang baik. Hubungan yang baik dan jangka panjang dengan supplier dan customer bertujuan untuk pendistribusian produk dari hulu ke hilir secara tepat waktu dan tepat sampai ke pengguna akhir. Perusahaan seringkali tidak peduli dengan hubungan dengan supplier, karena menganggap supplier yang lebih membutuhkan perusahaan. Pemikiran ini timbul dari posisi supplier sebagai penjual dan perusahaan sebagai pembeli, dimana seringkali pembeli dianggap sebagai raja. Pemikiran seperti ini akan menyebabkan perusahaan tidak memperhatikan hubungan perusahaan dengan supplier. Supplier tentunya tidak merasa ikut bertanggungjawab atau bahkan tidak peduli apabila hubungan antara perusahaan dan supplier tidak terjalin dengan baik. Padahal kenyataannya perusahaan dan supplier memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Dan dengan pengambilan keputusan yang tepat dalam memilih supplier maka perusahaan akan terhindar dari kekosongan barang (restock) ataupun barang yang rusak/cacat. Pemasok yang baik akan selalu siap menyediakan bahan baku dalam jumlah yang besar, sehingga proses produksi dari perusahaan manufaktur ataupun jasa dapat berjalan lancar sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen. Bagi Perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dan memproduksi dalam jumlah yang besar mengharuskan perusahaan tersebut melakukan pendistribusian, dan penyampaian barang dapat berjalan lancer dan tepat waktu. Tujuan perusahaan dapat dicapai apabila perusahaan memiliki kinerja yang terstruktur dan efektif. Hal ini harus diperjuangkan oleh perusahaan karena telah menjadi tuntutan bagi setiap perusahaan. Dilihat dari kondisi pada saat ini, konsumen umumnya akan menuntut kualitas yang baik dan harga yang ekonomis. Sehingga tidak mengherankan perusahaan perusahaan bersaing untuk menciptakan produk produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen yang semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya, dan memiliki persyaratan persyaratan terhadap produk yang dipilihnya menjadi suatu pendorong bagi perusahaan perusahaan untuk memaksimalkan nilai kompetitif pada produknya. Perkembangan pesat teknologi informasi, komunikasi, maupun proses pabrikan mengakibatkan pendeknya siklus hidup produk. Sehingga perusahaan memanfaatkan perkembangan teknologi ini untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, pelayanan yang cepat, mudah, dan terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan bertahan di pasar. Selain produktivitas dan efisiensi yang perlu

9 ditingkatkan, perusahaan juga harus memahami dan mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh konsumen. Pujawan dan Mahendrawati (2010) menjelasakan bahwa pentingnya peran semua pihak mulai dari supplier, manufacturer, distributor, retailer, dan customer dalam menciptakan produk yang murah, berkualitas, dan cepat inilah yang kemudian melahirkan konsep baru yaitu Supply Chain Management. Disinilah pengelolaan perlu dilakukan. Terjadi sebuah kesalahan pada distribusi barang dan jasa akan membuat kualitas barang dan jasa menurun. Dan ini berakibat daya saing melemah, Dalam upaya peningkatan pendistribusian dan penyampaian barang maka diperlukan manajemen yang baik.. Penerapan supply chain management dalam penyediaan barang dan jasa juga sangat diperlukan oleh perusahaan untuk berperan dalam kinerja dan daya saing perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik supply chain management dengan judul penelitian Identifikasi pengaruh Supply Chain Management terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1. Apakah terdapat pengaruh antara Supply Chain Management Terhadap Kinerja Perusahaan? 2. Apakah terdapat pengaruh antara Supply Chain Management Terhadap Keunggulan Bersaing? 3. Apakah terdapat pengaruh antara Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Perusahaan? 4. Apakah terdapat pengaruh langsung antara Supply Chain Management Terhadap Kinerja Perusahaan? 5. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara Supply Chain Management terhadap Kinerja Perusahaan melalui Keunggulan Bersaing?

10 1.3 Fokus Penelitian Fokus penelitian yang akan dibahas oleh penulis yaitu 1. Penulis membahas mengenai pengaruh supply chain management terhadap keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan. 2. Unit analisis pada penelitian ini adalah perusahaan di Indonesia yang menerapkan supply chain management. 3. Anggota Asosiasi Indonesia yang memiliki profesi sebagai pekerja di Perusahan yang menerapkan supply chain management. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan yaitu : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Supply Chain Management terhadap Kinerja Perusahaan. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Supply Chain Management terhadap Keunggulan Bersaing. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Perusahaan. 4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh langsung antara Supply Chain Management terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Keunggulan Bersaing 5. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh tidak langsung antara Supply Chain Management terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Keunggulan Bersaing. 1.5 Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah : 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan untuk dapat mengetahui seberapa berpengaruh supply chain management terhadap kinerja dan keunggulan kompetitif perusahaan. 2. Bagi Penulis, Diharapkan dapat memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir di semester 7 tahun 2015. 3. Bagi Pembaca, Diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca, dan dapat menjadi referensi dan acuan untuk penelitian selanjutnya bagi yang ingin lebih

mengetahui lebih banyak mengenai peforma supply chain management pada perusahaan. 11 1.6 State Of Art (Tinjauan Pustaka) Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) No Nama Jurnal Metode Keterangan 1. Diana Bratić (2011) Achieving a Competitive Advantage by SCM International Journal of Business Management Kualitatif Deskriptif Jurnal ini membahas mengenai peranan supply chain management pada perusahaan grafis Kroasia. Dua dimensi utama dalam penelitian ini adalah praktek SCM dan keunggulan bersaing. Praktek SCM terdiri dari strategic supplier, partnership, customer relationship, level of information sharing, dan quality of information sharing, postponement. Sedangkan keunggulan bersaing terdiri dari price dan cost, quality, delivery dependability, product innovation, dan time to market. Sumber : Penulis (2015)

12 Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) (Lanjutan) No Nama Jurnal Metode Hasil 2. P. Madhu Sudana Kualititatif Isi dari jurnal ini membahas Rao (2014) Supply Chain Management for Sustainable Competitive Advantage (SCA) International Journal of Business Management & Social Sciences Research Deskriptif mengenai pengaruh manajemen rantai pasokan didalam sebuah perusahaan terhadap keunggulan bersaing perusahaan tersebut. Sistem manajemen rantai pasokan yang dikelola dan dirancang oleh suatu perusahaan dapat memaksimalkan perolehan manfaat di pasar. Jurnal ini menyimpulkan pentingnya perencanaan rantai pasokan yang secara efektif oleh perusahaan untuk mencegah timbulnya masalah pada salah satu bagian rantai pasokan yang dapat mengganggu seluruh aliran manajemen rantai pasokan. Sumber : Penulis (2015)

13 Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) (Lanjutan) No Nama Jurnal Metode Hasil 3. Ebrahim Karimi Kuantitatif Isi dari jurnal ini membahas dan Mahmoud Rafiee (2014) Analyzing the Impact of Supply Chain Management Practices on Organizational Peformance through Competitive Priorities (Case Study : Iran Pumps SEM mengenai dampak dari praktek supply chain management pada kinerja perusahaan melalui keunggulan bersaing. Metode analisis dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Penelitian ini membuktikan bahwa praktek supply chain management mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui keunggulan bersaing. Company) International Journal of Academic Research in Accounting, Finance, and Management Sciences Sumber : Penulis (2015)

14 Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) (Lanjutan) No Jurnal Metode Hasil 4. Regina Suharto Kuantitatif Isi jurnal ini menjelaskan dan Devie (2013) SEM PLS Analisa Pengaruh Supply Chain Management terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan Journal of Business Accounting tentang pengaruh antara supply chain management terhadap keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan. Penelitian ini berhasil membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara supply chain management terhadap keunggulan bersaing, supply chain management terhadap kinerja perusahaan, dan keunggulan bersaing terhadap kinerja perusahaan. Sumber : Penulis (2015)

15 Tabel 1. 2 State of Art (Tinjauan Pustaka) (Lanjutan) No Nama Jurnal Metode Hasil 5. Lisda Rahmasari Kuantitatif Pengaruh Supply AMOS 5 Chain Management Terhadap Kinerja perusahaan dan Keunggulan Bersaing Journal of Business Management Isi jurnal ini membahas mengenai pengaruh manajemen rantai pasokan dan dampaknya terhadap peningkatan kinerja dan keunggulan kompetitif perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel yang diambil dari 105 perusahaan dari industri kreatif di Jawa Tengah. Hasil analisis pada jurnal ini menunjukkan bahwa manajemen rantai pasokan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja dan keunggulan bersaing perusahaan. Sumber : Penulis (2015)

16