BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG PONOLAWEN PEKALONGAN, UPS WONOYOSO DAN UPCS VETERAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MULTI AKAD DALAM PEMBIAYAAN ARRUM (USAHA MIKRO KECIL) PEGADAIAN SYARIAH (STUDI KASUS DI PEGADAIAN SYARIAH PONOLAWEN KOTA

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

memanfaatkan barang yang telah digadaikan. Hanya akad sewa menunjukkan bahwa lembaga syariah ini mempunyai produk jasa layanan penyimpanan

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

BAB III PENERAPAN PERHITUNGAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS.

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai di istilahkan dengan rahn dan juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

RAHN DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

BAB III PRINSIP KEADILAN TERHADAP AKAD RAHN EMAS DI BMT. transaksi yang menggunakan dua akad, yaitu akad rahn dan akad ijarah.

BAB II KAJIAN TEORITIS. kegiatannya tidak lepas dari proses pencatatan akuntansi yang pada akhir

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah

EVALUASI PENERAPAN AKUNTANSI GADAI SYARIAH (RAHN) PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG MANADO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB IV ANALISA KONSEPTUAL DAN APLIKATIF GADAI EMAS (AR-RAHN) PT. BPRS BHAKTI SUMEKAR SUMENEP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB III PENERAPAN PERHITUNGAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH PEKALONGAN. A. Akad Rahn dan Ijarah di Pegadaian Syariah Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB IV PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Substansi dari jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dan bagi manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan. prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

MAPPING PERBANDINGAN KHES FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Profil Pegadaian KC Syariah Raden Intan Lampung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan yang mendesak atau kekurangan dana dalam memenuhi

AKAD RAHN DAN AKAD-AKAD JASA KEUANGAN

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution.

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Gadai Secara Umum. Beberapa pendapat mengenai definisi gadai dan pegadaian:

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan pinjam-meminjam. Kegiatan pinjam-meminjam terdapat produk yang dapat

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berinteraksi antara satu dengan yang lain. Masing- masing

PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI. Pelaksanaan Gadai dengan Sistem Syariah di Perum Pegadaian. penjagaan dan penaksiran serta dilakukan hanya sekali pembayaran.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, muncul lembaga keuangan syariah yang menjadi kompetitor dari

BAB IV ANALISIS DATA

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Perum Pegadaian Syari ah Cabang Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Tujuan utama

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA A. Analisis Implementasi Ijārah Jasa Simpan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya Dalam Pegadaian Syariah tidak menganut sistem bunga. Namun lebih menggunakan biaya Jasa, sebagai penerimaan dan labanya yang dengan pengenaan biaya Jasa itu paling tidak dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan dalam Operasionalnya. Mekanisme Operasional yang dijalankan menggunakan akad Rahn dan akad Al-Ijārah. Adapun pelaksanaan akad Al-Ijārah ini dilaksanakan secara bersamaan/ secara pararel dengan pelaksanaan akad Rahn. Akad Rahn ini di pakai seperti untuk kepentingan pembiayaan atau hutang piutang yang menggunakan barang jaminan. Beberapa faktor antara lain untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak, biaya pendidikan, kebutuhan usaha dan lain-lain. Sedangkan Akad Al-Ijārah digunakan sebagai alat untuk mendapatkan Fee / keuntungan Pegadaian Syariah berupa Ujrah/ Jasa penyimpan barang yang telah digadaikan. Karena adanya akad Al-Ijārah maka timbul Ujrah. Dari akad ini, di mungkinkan bagi Pegadaian Syariah untuk menarik sewa (Ujrah) atas Jasa pengolahan Marhun, yaitu biaya yang dipungut untuk sewa tempat, pengamanan dan pemeliharaan Marhun, milik 84

85 Rahin selama digadaikan dengan tarif per 10 hari. Karena Pegadaian Syariah telah menyimpan dan merawat barang jaminan yang dititipkan nasabah. Pegadaian Syariah bertanggung jawab (amanah) atas barang tersebut agar tidak mengalami kehilangan atau kerusakan. Jadi, biaya Jasa Simpan (Ujrah/ Fee) bukan bunga (riba) atas uang pinjaman yang diberikan, melainkan kompensasi atas Jasa yang telah dilakukan oleh Pegadaian Syariah dalam menyimpan, dan memelihara barang jaminan yang telah dititipkan tersebut. Dalam posisi ini Pegadaian Syariah bertindak sebagai (Mu jir) sedangkan pengadai bertindak sebagai Musta jir (Penyewa jasa). Kedua belah pihak telah memenuhi unsur dalam akad, yaitu cakap melakukan tindak hukum. Hal ini dibuktikan dengan keharusan menyerahkan identitas diri lengkap yang berupa: KTP, SIM atau Paspor dll. Dalam proses akad Al-Ijārah dilaksanakan dalam bentuk kontrak tertulis. Bahwa pihak Mu jir (pemberi sewa) ini menyimpan barang (Marhun) milik Musta jir (pengadai). Yang memuat klausula akad sebagai berikut: Pertama, parah pihak yang terlibat dalam kontrak adalah Mu jir dan Musta jir. Kedua, obyek transaksi berupa penyewaan Mu jir (pemberi sewa). Ketiga, tarif Ujrah. Besarnya tarif Ujrah di tentukan berdasarkan nilai taksiran barang yang diperoleh nasabah bukan dilihat dari besarnya nilai hutang. Berdasarkan tarif Ujrah ini dihitung per 10 (sepuluh) hari, untuk 1 (satu) hari sampai dengan 10 (sepuluh) hari, dihitung sama dengan 10 (sepuluh) hari.

86 Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pengenaan Ujrah ini tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman/ nilai hutang, tetapi berdasarkan nilai barang yang di jaminkan. Sedangkan besarnya jumlah pinjaman tergantung pada nilai jaminan yang diberikan, semakin besar nilai barang maka semakin besar pula jumlah pinjaman yang diperoleh nasabah. Kemudian pendapatan diskon disini diberikan kepada nasabah kerena nasabah meminjam dibawah pinjaman maksimun setelah barang gadai ditaksir. Mekanisme Al-Ijārah di Pegadaian Syariah ini berdasarkan pada produk yaitu ARRUM (ar- Rahn) yaitu merupakan pembiayaan bagi para pengusaha mikro kecil, untuk pengembangan usaha dengan berprinsip syariah. B. Analisis Hukum Islam Terhadap Implementasi Ijārah Jasa Simpan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya Pegadaian Syariah salah satu bentuk jasa pelayanan lembaga keuangan non bank yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan hutang. Pembiayaan Ra@hn merupakan salah satu bentuk tolong-menolong yang berupa menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan dengan sistem gadai secara Syariah. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) menetapkan fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Ra@hn, yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk Ra@hn dibolehkan.

87 Dalam istilah Hukum Islam akad akan dinyatakan sah manakala memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun yang diperlukan dalam pembentukan akad. Adapun rukun- rukun tersebut adalah ar-rahin (yang menggadaikan), Murtahin (penerima gadai), Marhun (barang yang digadaikan), dan Sighat (ijab dan qobul): 1. Rahin: Seorang Rahin harus mencapai umur tamyiz yang menyadari dan mengetahui dengan apa yang dilakukannya (berakal sehat). Di Pegadaian Syariah sendiri ketika akan melakukan akad maka Rahin harus memberikan fotocopy KTP (kartu tanda penduduk) atau SIM (surat izin mengemudi). Dalam hal ini Rahin dianggap cakap melakukan tindakantindakan hukum serta mengetahui akibat yang dapat ditimbulkan dari tindakannya tersebut dan seorang Rahin juga dianggap berkemampuan dan layak untuk melakukan transaksi. 2. Murtahin: Murtahin dalam hal ini adalah pihak Pegadaian Syariah cabang Blauran Surabaya. Dipercaya Rahin untuk mendapatkan modal atau utang dengan jaminan barang, sementara untuk pihak pegadaian dilakukan oleh Manajer Cabang yang mempunyai wewenang tertinggi pada tingkat cabang, dan ditingat unit dilakukan oleh kasir sendiri. 3. Marhun: Berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI No.25/ DSN-MUI/III/2002, tanggal 22 Juni 2002, bahwa semua barang dapat diterima sebagai agunan pinjaman.

88 4. Marhun bih: Setelah perjanjian disepakati, maka Marhun bih diserahkan kepada Rahin, marhun bih dalam perjanjian di Pegadaian Syariah berbentuk uang sehingga memungkinkan pemanfaatanya. 5. Sighat ( ijab dan qobul): Kesepakatan yang dicapai oleh Rahin (nasabah) dan murtahin (pihak pegadaian) dalam melakukan transaksi dituangkan dalam Surat Bukti Rahn (SBR), yang didalamnya memuat identitas kedua belah pihak, serta ketentuan-ketentuan yang harus disepakati oleh kedua belah pihak. Sedangkan, Al-Ijārah ini menerangkan rukun dan syarat Al-Ijārah yakni, yang mana ada Mu jir sebagai (penyewa jasa), Musta jir sebagai (pengadai) dan Shighat (Ijab dan Qabul) antara Mu jir dan Musta jir, Jasa/ Manfaat barang dan Ujrah (Upah). Dalam bentuk kontrak tertulis ini dapat dianggap sah sesuai dengan rukun dan syarat yang terdapat dalam fiqih Islam. Pada Mekanisme Al-Ijārah dalam permasalahan ini memakai produk yaitu ARRUM (ar- Rahn) yaitu merupakan pembiayaan bagi para pengusaha mikro kecil, untuk pengembangan usaha dengan berprinsip syariah. Sistem pengembalian secara angsuran, dan menggunakan jaminan BPKB mobil atau motor dan jangka waktu pembiayaannya fleksibel. Dalam pemanfaat barang/ benda tersebut wajib pula menyerahkan uang sewa sebagai Jasa Simpan yakni berupa Ujrah (Upah) selama barang yang telah digadaikan dengan tarif per 10 hari. Karena Pegadaian Syariah telah menyimpan dan merawat barang jaminan yang dititipkan nasabah.

89 Dalam perjanjian kontrak Akad Al-Ijārah ini bersifat konsensual (kesepakatan) yang mana telah mempunyai kekuatan hukum, yaitu pada saat Jasa Simpan berlangsung. Apabila akad sudah berlangsung, pihak Mu jir (penyewa jasa) wajib menyerahkan Ma jur (barang jaminan) kepada Musta jir (pengadai). ketentuan akad Al-Ijārah dipandang sah jika para subyeknya memenuhi syarat. Pertama, jangka waktu maksimum 120 hari, kedua waktu jatuh tempo pembayaran tepat waktu, ketiga: permintaan penundaan lelang sebelum jatuh tempo, keempat: pengambilan Marhun harus menyerahkan SBR asli dan menunjukkan KTP. Telah di jelaskan oleh Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh Sunnah, para ulama menfatwakan tentang kebolehan mengambil Ujrah (upah), kalau itu dianggap sebagai perbuatan baik. Dengan demikian dasar hukum Al-Ijārah ini dapat dilihat dari ketentuan hukumnya. Pada surah (QS. Al-Baqarah (2): 233). Artinya : "Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah :233)

90 Sedangkan landasan sunnahnya dapat dilihat pada sebuah hadits yang diriwayatkan Para ulama menyempurnakan alasan diperbolehkannya sewa menyewa (Al-Ijārah). Hadits Nabi yang berbunyi: عه ابه عباس رضي هللا عنهما أن رسى ل هللا صلى هللا عليه وسلم قال: إن أ حق ما أ خذ تم عليه أ جزا كتا ب هللا Artinya :"Dari Ibn Abbas bahwa Rasulullah bersabda: Sesungguhnya perbuatan yang paling berhak untuk mengambil upah adalah kitabullah. (HR. Al-Bukhari). Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab III bahwa Pegadaian Syariah dalam hukum Islam seharusnya menentukan besaran Ujrah pada pembiayaan Ra@hn didasarkan pada haraga barang/ nilai taksiran Marhun dan lamanya penitipan/ pinjaman. Bahwa pengenaan Ujrah melalui taksiran memenuhi unsur keadilan, yaitu Marhu@n (barang) yang memiliki nilai tinggi, memiliki resiko biaya lebih tinggi sehingga dikenakan Ujrah lebih tinggi. Namun dalam praktek yang terjadi, penentuan prosentase tarif diskon Ujrah di Pegadaian Syariah Blauran Surabaya ini perhitungannya masih dikaitkan dengan besarnya jumlah pinjaman nasabah (sebagaimana dalam contoh kasus di atas). Dalam perhitungan pemberian diskon Ujrah, penentuan tarif diskon Ujrah di Pegadaian Syariah didasarkan pada prosentase pinjaman dari nilai taksiran Marhun (Prosentase pinjaman= Pinjaman/ Taksiran x 100%) dan perhitungan tarif pada Ujrah awal (sebelum diskon), juga dihitung berdasarkan jumlah pinjaman nasabah.

91 Pegadaian Syariah tidak menjelaskan mengenai pemberian bonus/ diskon Ujrah dalam akad awal. Diskon Ujrah diberikan oleh pihak Pegadaian Syariah kepada nasabah karena melakukan pinjaman lebih kecil/ dibawah nilai pinjaman maksimal, Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional MUI no. 25 tahun 2002. Karena pemberian bonus/ diskon Ujrah kepada nasabah sebagai bentuk karena nasabah telah melakukan pinjaman lebih kecil/ dibawah nilai pinjaman maksimal, sehingga resiko perusahaan terhadap Marhun bih tidak dikembalikan oleh nasabah menjadi berkurang. Selain itu, untuk meringankan biaya yang harus ditanggung oleh nasabah. Pemberian bonus/ diskon Ujrah ini tidak dilarang, tetapi dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan hal ini merupakan kebijakan dari bank/lembaga keuangan bersangkutan yang bersifat sukarela. Jadi, dapat diartikan bahwa berapapun pinjaman yang dilakukan oleh nasabah, baik ketika ada dua penggadai. yakni: Samsul Huda dan Nur Rois yang mana telah menggadaikan barang dengan jenis sepeda motor Beat tahun 2012 dengan barang yang sama, nilai taksiran yang sama, maka besaran Ujrahnya tidak boleh dikaitkan dengan jumlah pinjaman nasabah tersebut. Sedangkan yang membedakan biaya Ujrah yang dikenakan antara bapak Samsul Huda an Nur Rois yang telah menggadaikan Marhun (barang) dengan nilai taksiran Marhun yang sama tetapi jumlah pinjaman yang dilakukan nasabah tersebut berbeda adalah adanya pemberian diskon Ujrah.

92 Penentuan prosentase Marhun bih terhadap taksiran setiap golongan berbeda-beda, sebab ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh Pegadaian Syariah dalam penentuannya, diantaranya: 1. Ada korelasi dengan prosentase Ujrah, karena Ujrah setiap golongan pinjaman berbeda-bada. 2. Mempertimbangkan resiko bisnis, yaitu: a. Mempertimbangkan resiko nilai jual ketika barang tidak ditebus atau dilelang. b. Resiko apabila suatu saat ada penurunan nilai jual atau harga pasar menurun. Jadi persoalan pada skripsi ini adalah dalam hukum Islam menjelaskan bahwa biaya Ujrah Jasa Simpan harus memenuhi syariat Islam dan menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002. Bahwa besar biaya administrasi dan penyimpanan Marhu@n tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. (jadi perhitungan biaya yang ada bukan dilihat dari jumlah pinjaman nasabah, tetapi dari nilai barang yang digadaikan). Inilah letak kesyariahan Pegadaian Syariah karena biaya Ujrah yang diterapkan adalah biaya sewa yang dihitung sesuai nilai Marhu@n (barang jaminan) tersebut. Sebaliknya pemberian bonus menggunakan dasar fatwa DSN no. 23/2002 dan fatwa DSN no. 46/2005 tentang bonus dalam akad Mura@bahah. Sedangkan faktor yang membedakan besarnya tarif Ujrah adalah adanya diskon. Diskon ini diberikan sesuai resiko yang akan diterima Pegadaian

93 Syariah. Jika resiko lebih tinggi maka pemberian diskon akan semakin sedikit begitupun sebaliknya jika resiko yang akan diterima Pegadaian Syariah semakin kecil maka diskon yang akan diberikan semakin besar. Seharusnya juga pemberian bonus (diskon Ujrah) juga harus diberitahukan kepada nasabah waktu akad.