BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

BAB I PENDAHULUAN. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini (TK) perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik,

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UNP KEDIRI.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI IMITASI DALAM GERAK TARI DI TAMAN KANAK KANAK AL HIKMAH LUBUK BASUNG FIRMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PGPAUD. Oleh : SHOHIFATUL MUNIROH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan hendaknya di bangun dengan empat pilar, yaitu : learning to know,

2015 UPAYA TUTOR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (3-4 TAHUN) MELALUI PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI MELIPAT (ORIGAMI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

Artikel Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PG-PAUD.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tria Nurhasanah, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, setiap manusia akan melalui tahap perkembangan yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. eksperimen guru hanya menjelaskan dengan metode tanya jawab. Dengan. sehingga dia hanya terbengong-bengong di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN PAPAN PASAK KARET GELANG DI PAUD MAWADDAH KOTA PADANG PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK JURNAL. Oleh

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

PENGGUNAAN PERMAINAN BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL KAUSAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

(Penelitian Tindakan Kelas di Taman Kanak-kanak Riyadush Sholihin Margahayu Kota Bandung) Oleh: Devi Nawang Sasi

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar

JURNAL. Oleh: MUIN DWI ASTUTI NPM P. Dibimbing oleh : 1. DEMA YULIANTO, M.Psi. 2. ANIK LESTARININGRUM, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai aspek perkembangan anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara tepat di usia dini akan menjadi penentu bagi perkembangan individu pada masa selanjutnya. Menurut Froebel dalam Solehuddin, (1997) pada umumnya Anak Usia Dini ini adalah di bawah usia enam tahun yaitu masa sebelum menempuh pendidikan Sekolah Dasar. Masa anak itu merupakan suatu fase yang sangat berharga dan dapat dibentuk dalam periode kehidupan manusia (a noble and malleablle phase of human life). Anak TK berada pada masa lima tahun pertama yang disebut usia keemasan (The Golden Years) yang merupakan masa yang sangat pesat dalam periode perkembangannya. Anak pada usia tersebut mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk perkembangan keterampilan. Menurut Soegeng dan Yudha (2002: 4) bahwa, Perkembangan keterampilan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Dengan kata lain terdapat hubungan yang saling memengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan anak TK. Keterampilan anak TK tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan. Beberapa faktor yang memengaruhi keterampilan anak, yaitu: keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial, jenis kelamin, dan rangsangan dari lingkungan. Berbagai manfaat dapat diperolah anak ketika akan makin terampil menguasai gerakan. Selain kondisi badan makin sehat karena sering bergerak, anak juga akan lebih mundur dan percaya diri. Sebagai mana Yudha dan Amung (2000: 4) bahwa, Anak yang baik perkembangan keterampilannya biasanya memengaruhi keterampilan sosial yang positif.

Frobel (1782), ahli pendidikan anak di Jerman menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan landasan terpenting bagi perkembangan anak selanjutnya. Selain ini, ia pun merumuskan bahwa aktivitas bermain merupakan alat pendidikan yang menjadikan pusat dari seluruh kegiatan anak. Montesori (1870), ahli pendidikan anak dari italia yang menekankan pentingnya masa peka yaitu masa di mana anak telah siap melakukan berbagai kegiatan yang ia butuhkan dan merupakan faktor yang perlu di perhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Masa usia Taman Kanak-kanan adalah masa di mana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sifat anak yang terlihat jarang sekali terlihat lelah. Dalam kegiatan sehari-harinya mereka membutuhkan gerakan-gerakan berbagai otot-ototnya baik itu motorik kasar maupun halus terutama dalam kegiatan bermain. Dalam hal ini dunia pendidikan di harapkan mampu untuk mengarahkan dunia bermain mereka dengan kegiatan motoriknya keterampilan-keterampilan motorik yang ada dalam diri anak, agar meningkat sehingga keterampilan motorik itu berkembang sesuai dengan perkembangan motorik anak usia Taman Kanak-kanak melalui pembelajaran yang menyenangkan. Melalui bermain gerakan motorik anak terlatih secara baik. Berbagai manfaat di peroleh anak ketika terampil menguasai gerakan-gerakan motorik. Selain kondisi badan semakin sehat karena banyak bergerak, anak juga menjadi lebih mandiri dan percaya diri. Anak memperoleh keyakinan untuk mengerjakan sesuatu karena menyadari kemampuan fisik yang dimiliki. Anak-anak yang perkembangan motorik baik, biasanya mempunyai keterampilan sosial yang positif. Anak memperoleh kesenangan bermain berasama teman-teman sebayanya. Menurut Hurlock (1978: 150) perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. 2

Sedangkan menurut Hester dalam Haditono, (1991) perkembangan motorik merupakan perkembangan kemampuan melakukan/merespon suatu hal, jadi bertambahnya usia bertambah pula kemampuan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah gerakan tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Bredekamp (1987) dalam M.Solehudin (2000) mengemukakan: bagi anak gerakan-gerakan fisik tidak hanya penting untuk mengembangkan keterampilanketerampilan fisik, melainkan juga dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dam perkembangan aspek kognitif. Kurang optimalnya keterampilan motorik halus anak yang dikuasai, berdampak pada rendahnya penerimaan diri anak, anak mudah putus asa, cepat prustasi, dan akhirnya enggan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya seperti memakai dan membuka sepatu sendiri, memakai baju sendiri, dan memasangkan kancing baju sendiri. Karena merasa tidak mampu dibandingkan dengan teman-temannya. Akhirnya anak menarik diri dari lingkunangan dimana seharunya lingkungan tersebut merupakan tempat dan nyaman bagi anak untuk belajar dan mempelajari hidup dan kehidupan. Keterampilan motorik halus merupakan salah satu kemampuan yang penting bagi anak TK karena mereka memerlukan hal itu untuk untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam kegiatan bermain dengan teman sebaya. Karena dengan menguasai keterampilan motorik halus, anak bisa menggerakkan otot-otot kecilnya supaya terampil dan lentur misalnya dalam kegiatan menggunting, melipat dan menulis. Desmita (2010: 99) menyatakan bahwa, keterampilan motorik halus meliputi otot-otot kecil yang ada di seluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang. Bayi dilahirkan dengan dilengkapi seperangkat komponen penting yang kelak akan menjadi gerakan-gerakan lengan, tangan, dan jari yang 3

terkoordinir dengan baik. Meskipun demikian, pada saat baru dilahirkan, bayi masih mengalami kesulitan dalam mengontrol keterampilan motorik halusnya. Hurlock (1978: 162) menyatakan bahwa, penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena sering makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi disekolah. Keadaan ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Sujiono (2005: 7) bahwa, seorang anak yang mempunyai kemampuan motorik halus yang baik akan mempunyai rasa percaya diri yang besar. Lingkungan teman-temannya pun akan menerimanya dengan sangat baik, sedangkan anak yang tidak memiliki keterampilan motorik halus anak akan kurang diterima teman-temannya. Oleh sebab itu, sebaiknya saat usia keemasan ini mereka dapat mulai mempelajari berbagai jenis kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus secara bebas sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Untuk memaksimalkan peningkatan keterampilan motorik halus anak diperlukan stimulus dari orang dewasa dan guru. Selain itu pendidik juga harus mampu memberikan rangsangan pada anak dalam meningkatkan kegiatan motorik halusnya dengan baik karena hal ini akan membuat anak mau melakukan berbagai kegiatan dengan senang hati tanpa rasa takut dan malu. Sujiono (2008: 3) bahwa, gerakan yang dilakukan anak sesederhana apa pun khususnya gerakan motorik halus yang memerlukan gerakan otot-otot kecil adalah merupakan hasil pola interaksi yang telah dikontrol otak anak, dengan kata lain segala aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak, kemudian otak akan mengolah informasi yang diterima melalui penglihatan dan pendengaran anak kemudian otak anak akan mendiktekan, mengatur dan mengontrol kepada setiap gerakan (motorik halus) anak. Mayke (2007) menyatakan bahwa, motorik halus penting karena ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Seperti untuk menulis, menjiplak, menggunting, mewarnai, melipat, menggambar hingga menarik garis. Setelah mengetahui permasalahan secara umum di atas jika melihat pada kenyataan di lapangan, sebagian Taman Kanak-kanak dalam pembelajaran motorik halus terkadang guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat 4

konvensional maksudnya kurangnya keterlibatan anak secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung, kurangnya media pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak, dan guru kurang memotivasi untuk memberi kesempatan dan kebebasan anak untuk bergerak pada usia muda terutama pada perkembangan keterampilan gerak anak. Lebih lanjut dampak dari permasalahan dalam pembelajaran motorik halus anak yang diungkapkan oleh Yudha (2004) bahwa, permasalahan yang mungkin terjadi apabila keterampilan motorik halus ini kurang dilatih, diperbaiki dan ditingkatkan, dikhawatirkan anak akan kurang mampu memfungsikan otot-otot kecil dalam menggerakkan jari dan kedua tangannya, anak kurang mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dan mata, dana anak kurang mampu mengendalikan kesabaran dan emosi dalam pembelajaran motorik halus. Hasil dari pengamatan di TK Nurul Falah menunjukkan bahwa, anak kelompok B memiliki berbagai permasalahan yang berkaitan dengan motorik halus diantaranya, anak belum dapat memegang pensil dengan benar saat menulis, tidak beraturan dalam menulis dan mewarnai suatu gambar, kurangnya kordinasi mata, gerakan tangan, dan tidak adanya keseimbangan otot tangan. Hambatan yang dialami masing-masing anak yaitu, siswa kelompok B mengalami kesulitan dalam memegang pensil, tidak adanya keseimbangan otot tangan, terlalu kuat dalam menggerakan pensil, sehingga tulisan yang dihasilkan terlalu tandas, mengakibatkan ada bagian kertas yang berlubang dan tidak beraturan dalam menulis, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk membentuk goresan atau tulisan, biasanya tulisan yang dapat dibacanya hanya pada tulisan yang ada di bagian awal atau depan. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa, anak kelompok B sedang mengalami kelambatan dalam perkembangannya, baik intelegensi maupun konsentrasi serta sensomotoriknya lemah. Anak kelompok B memerlukan berbagai kecakapan-kecakapan, dimulai dari yang sederhana untuk melakukan aktivitas sehari-har, sesuai kemampuan yang dimiliki oleh anak, seperti bina diri, bermain, dan beberapa kecakapan hidup lainnya di rumah maupun di sekolah. 5

Berkaitan dengan pembelajaran di sekolah terdapat banyak metode pengajaran yang mendukung terhadap pengembangan motorik halus anak. Salah satu kegiatan yang diharapkan bisa membantu mengatasai permasalahan mengenai motorik halus yaitu dengan bermain recorder. Recorder selain digunakan untuk bermain musik kuno atau kontemporer, recorder juga dapat digunakan dalam pendidikan terutama dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Selain itu masih banyak manfaat recorder untuk anak, seperti anak akan mendapatkan pengalaman tentang bermain recorder, dan yang paling penting yaitu, anak dapat melatih koordinasi mata, dan juga dapat menggerakan pergelangan tangan. Nandeziegiealakay (2010:12) bahwa, recorder merupakan alat musik yang masuk dalam kelompok AEROPHONE atau alat musik tiup. Atau disebut juga Blockflute adalah suling diagonal (block=tongkol) termasuk dalam kelompok alat musik tiup kayu. Dalam bentuk secara umum sebuah recorder adalah berupa tabung dengan sumber suara yang dilengkapi dengan lubang-lubang yang berfungsi sebagai pengatur tinggi rendah nada. Nandeziegiealakay (2010:12) bahwa, recorder termasuk dalam jenis musik tiup kayu (aerophone) dengan sumber bunyi dan getaran udara di dalam alat yang berasal dari mulut yang meniup. Recorder sering di mainkan anak-anak dikarenakan harganya murah, mudah didapat, dan mudah dimainkan.. Sehubungan dengan pentingnya meningkatkan keterampilan motorik halus bagi anak TK maka dilakukan penelitian di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung kelas B, dengan judul penelitian Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder di TK. 6

B. Rumusan Masalah Secara umum penelitian ini di arahkan untuk menjawab pertanyaan Bagaimana Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain Recorder di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung? Rumusan masalah diatas secara khusus dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi objektif keterampilan motorik halus anak di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung? 2. Bagaimana implementasi kegiatan bermain recorder dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung? 3. Bagaimana peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung setelah kegiatan bermain recorder? C. Tujuan Penelitian 1. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain recorder di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. 2. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah: a. Mengetahui sejauh mana kondisi objektif keterampilan motorik halus di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung sebelum kegiatan bermain recorder. b. Mengetahui kegiatan bermain recorder dalam keterampilan motorik halus anak di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. c. Mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung setelah kegiatan bermain recorder. 7

D. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis terhadap peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK melalui kegiatan bermain recorder. 1. Manfaat Teoretis Secara seoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengembangan keilmuan tentang dunia anak usia TK, khususnya tentang kegiatan bermain recorder di TK. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagia berikut: a. Bagi anak TK Dapat lebih mengembangkan keterampilan motorik halusnya melalui kegiatan-kegiatan yang diberikan guru. b. Bagi Guru Taman Kanak-Kanak Dapat meningkatkan pemahaman guru mengenai pentingnya peningkatan keterampilan motorik halus anak TK melalui kegiatan bermain recorder. Sebagai acuan guru dalam meningkatakan motorik halus di TK melalui kegiatan bermain recorder. Guru memiliki keahlian bermain recorder c. Bagi Lembaga Pendidik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk lembaga penyelenggara pendidikan dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran. d. Bagi Peneliti Dapat di jadikan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya mengenai aspek yang sama secara lebih mendalam. 8

E. Definisi Operasional 1. Menurut Mahendra (1998: 143), keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Keterampilan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini di batasi pada masalah yang meliputi: a. Dapat mengkoordinasikan mata b. Dapat menggerakkan ibu jari dan telunjuk c. Dapat menggerakkan otot-otot tangan 2. Jamalus dan Busroh, (1992) dalam Soemirat (2000) menyatakan bahwa: Untuk mempermudah mengenal alat musik sebaiknya dimulai dengan memperkenalkan jenis recorder. Recorder adalah jenis alat musik aerophone (bunyi yang dihasilkan oleh getaran udara) yang merupakan salah satu anggota keluarga fipple flute yaitu alat musik pada bagian mouth piecenya terdapat fipple atau block. F. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain recorder di TK Nurul Falah Jl. Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. Maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Nurul Falah yang beralamatkan di Jalan Gegerkalong Girang No. 92 Bandung. Adapun subjek penelitiannya adalah anakanak kelompok B yang berjumlah 10 orang yang terdiri dari lima anak perempuan dan 5 anak laki-laki. Menurut Elliot PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan dimaksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982: 6). Seluruh prosesnya telah diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Tanggart, yang menyatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif 9

yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Tanggart, 1988). Lebih lanjut dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau untuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berfikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab menangani pelaksanaan tugasnya secara profesional. Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realitas, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan aksi nya masih terdapat kekurangan dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggung jawabnya tidak terjadi permasalahan. 10