BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TENTANG STRATEGI KONSELING KARIR PADA ANAK USIA SMP UNTUK MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA DI YAYASAN AL-MADINAH SURABAYA DENGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

Selamat Membaca dan Memahami Materi e-learning Rentang Perkembangan Manusia II

PERENCANAAN KARIER DAN PENGEMBANGAN KOMITMEN PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Informan pertama bernama Prayoga yang usianya 17 tahun. Informan memeluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat tertentu juga seseorang bisa menyelesaikan masalahnya berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

BAB V HASIL PENELITIAN

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesiapan Kerja. mempraktekkan sesuatu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Kartono dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bimbingan dan konseling yang lebih dikenal dengan nama BK adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang pada umumnya memerlukan lapangan kerja untuk bertahan

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa,

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Individu dengan beragam potensi yang dimilikinya melakukan berbagai

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

PILIHAN PENDIDIKAN LANJUTAN DAN PEKERJAAN SERTA FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

Ketika Anda memutuskan untuk mendaftar di sebuah perguruan tinggi, berarti Anda sudah tahu konsekwensi yang mesti Anda hadapi. Anda telah memilih

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana utama dalam pembentukan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB II PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dalam pemilihan karir. Dengan adanya masalahmasalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komprehensif sebelum mengambil keputusan menentukan pilihan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB III TEORI TENTANG BIMBINGAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia mendominasi sekitar 41,8% dari total jumlah penduduk (bps.go.id, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

5. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. semua harapan atau impian yang ingin dicapai oleh setiap mahasiswa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

Transkripsi:

95 BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR A. Analisis tentang Pola Bimbingan Karir bagi Santriwati Pondok Pesantren Al- Falah Sumber Gayam Secara teoretis seperti yang disebutkan Winkel dalam bukunya, tujuan dari bimbingan karir itu tidak hanya untuk memahami sisi dunia kerja atau faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memilih program/jurusan secara tepat, selain dari itu bimbingan karir juga untuk memiliki sifat positif dan pandangan yang objektif terhadap dunia kerja, serta membuat keputusan yang realistis tentang karir yang dipilih sesuai dengan kemampuannya. Semua tujuan tersebut secara nyata memang terdapat dalam diri santriwati Pondok Pesantren Al-Falah Sumber Gayam yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler. Setelah diamati, tujuan dari mereka tidak jauh dari keinginan mereka sendiri untuk memberi bekal dirinya menghadapi dunia baru yang akan mereka alami selanjutnya, salah satunya adalah dunia kerja. Keinginan mereka untuk menguasai suatu keahlian tertentu tidak terlepas dari harapan demi harapan yang harus mereka raih setelah mereka menyelesaikan pendidikannya di Pesantren. Bimbingan karir yang diterapkan pada santriwati di Pondok Pesantren Al-Falah Sumber Gayam meliputi beberapa kegiatan; pertama, bimbingan komputer, dimaksudkan agar santriwati dapat menguasai teknologi komputer sejak dini, agar setelah mereka menyelesaikan pendidikannya di pesantren 95

96 bisa mudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada di luar pesantren. Dengan demikian, santriwati dapat mempunyai keahlian dibidang komputer dan mereka tidak kaget ketika harus dihadapkan dengan teknologi tersebut. Dalam kegiatan bimbingan komputer ini santriwati diajari materi dasar berupa Microsoft Word dan Microsoft Excel, juga diajari designe grafis sebagai materi tambahan, untuk mencegah agar peserta tidak jenuh disela-sela kegiatan santriwati diajak nonton film-film inspiratif sebagai hiburan. Kedua, bimbingan seni baca al-quran, dengan adanya bimbingan ini santriwati diharapkan bisa memiliki kemampuan dalam hal seni baca al-quran yang indah yang bisa diaplikasikan ketika terjun ke masyarakat luas, disamping itu dengan memahami seni baca al-quran juga bisa melestarikan syiar-syiar islam. Dengan belajar seni baca al-quran santriwati merasa lebih percaya diri ketika harus tampil di depan umum, bahkan ada pula santriwati yang sudah bisa menjuarai perlombaan dan mengharumkan nama pesantren. Hal ini juga memicu semangat peserta yang lain agar lebih berkembang, bahkan ada yang sampai punya keinginan untuk menjadi qari nasional maupun internasional. Ketiga, bimbingan penguasaan bahasa, penguasaan bahasa yang dimaksud disini adalah bahasa arab dan bahasa inggris. Dengan mengikuti kegiatan penguasaan bahasa tersebut diharapkan agar santriwati bisa mempunyai kemampuan lebih dalam berkomunikasi secara global, sebagai mana kita ketahui bahwa bahasa inggris merupakan bahasa internasional yang biasa digunakan oleh banyak Negara untuk saling berkomunikasi, sedangkan

97 bahasa arab adalah bahasa al-qur an yang harus dilestarikan, dan pesantren tidak akan pernah terlepas dari bahasa arab yang selalu digunakan dalam mengkaji kitab kuning. Santriwati yang mengikuti kegiatan penguasaan bahasa ini tidak terlepas dari kebutuhan mereka untuk bisa berkembang dan tidak ketinggalan jika harus bergaul dengan dunia luar, selain itu dengan memahami bahasa asing dapat membekali mereka untuk belajar atau berkarir di luar negeri. Keempat, bimbingan keterampilan menjahit, adanya kegiatan bimbingan menjahit ini diharapkan bagi santri yang mengikutinya dapat memiliki kemampuan dan bisa dikembangkan ketika pulang ke rumah masing-masing atau terjun ke masyarakat luas, dengan memiliki keterampilan menjahit santriwati tidak hanya memudahkan dirinya dalam mendapatkan busana yang diinginkannya, melainkan dapat juga membuka usaha untuk menambah penghasilan dan bahkan juga dapat mengurangi pengangguran dengan cara membuka lapangan kerja. Kelima, bimbingan kerajinan tangan, kerajinan tangan yang diajarkan sebagai kegiatan ekstra di pondok pesantren Al-Falah meliputi kerajinan tangan menyulam dan merajut. Dengan adanya kegiatan kerajinan tangan ini agar santriwati memiliki keterampilan dan bisa menjadi pilihan usaha, baik sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha pokok. Menyulam dan merajut merupakan keterampilan yang sangat membutuhkan kesabaran dan ketelitian, dengan mengikuti kegiatan tersebut, secara tidak langsung santriwati sudah belajar lebih sabar dan lebih teliti lagi.

98 Keenam, keterampilan membatik, sama halnya dengan beberapa kegiatan di atas, membatik ini juga diharapkan menjadi bekal bagi santriwati yang mengikutinya untuk terjun ke dunia usaha atau bisnis, maka sangat bagus jika sebelum terjun ke masyarakat santriwati sudah menguasai keahlian tertentu. Kegiatan-kegiatan keterampilan yang dikemas dalam kegiatan bimbingan karir tersebut dilaksanakan sebagai inisiatif dari jajaran pengurus melalui persetujuan pengasuh untuk membekali santriwati dengan berbagai keterampilan yang bisa digunakan ketika keluar dari pesantren. Adanya kegiatan tersebut juga didasarkan pada anggapan dasar bahwa tidak semua lulusan atau alumni pesantren akan menjadi ulama atau kiai, dan memilih lapangan pekerjaan di bidang agama, maka keahlian-keahlian lain seperti pendidikan keterampilan perlu diberikan kepada santri sebelum santri itu terjun ke tengah-tengah masyarakat yang sebenarnya. Di pihak lain, guna menunjang suksesnya pembangunan, diperlukan partisipasi semua pihak, termasuk pihak pesantren sebagai suatu lembaga yang cukup berpengaruh di tengah-tengah masyarakat ini merupakan potensi yang dimiliki oleh pesantren secara historis dan tradisi. Sejalan dengan beberapa tujuan diatas tidak jauh berbeda dengan fungsi bimbingan karir sebagaimana yang disebutkan oleh Bimo Walgito dalam bukunya, bahwa bimbingan karir berfungsi agar para siswa tingkat SMA pada akhir semester dua perlu menjalani pemilihan program studi atau penjurusan, penjurusan ini jelas akan menentukan masa depan siswa. Oleh

99 karena itu, dalam pemilihan ini diperlukan kecermatan dan perhitungan yang matang dan tepat. Oleh karena itu siswa memerlukan adanya bimbingan. Selain fungsi tersebut, bimbingan karir dibutuhkan karena tidak semua siswa yang tamat studinya di pesantren akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Siswa yang akan langsung terjun ke dunia kerja tentu memerlukan bimbingan karir ini agar siswa dapat bekerja dengan senang dan baik. Siswa SMA atau yang sederajat merupakan angkatan kerja yang potensial, merekalah yang akan menentukan bagaimana keadaan negara yang akan datang. Mereka merupakan sumber daya manusia dalam pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang sebaik-baiknya untuk menghadapi masa depan, serta menyiapkan dengan baik pekerjaan-pekerjaan atau jabatanjabatan yang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Pada kenyataannya, para siswa SMA atau yang sederajat yang sedang menjalani masa remaja pada umumnya mereka belum dapat mandiri sehingga memerlukan bantuan dari orang lain untuk menuju kemandirian. Sehubungan dengan itu mereka memerlukan bimbingan, termasuk bimbingan karir untuk menyiapkan kemandirian dalam hal pekerjaan. Siswa SMP atau sederajat juga membutuhkan bimbingan, baik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk mencari pekerjaan karena suatu sebab tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Dengan kondisi yang seperti itu, maka pesantren mengadakan beberapa kegiatan bimbingan karir seperti yang disebutkan di atas. Namun demikian, walaupun di pesantren diadakan bimbingan karir tersebut tidak

100 berarti semua santriwati harus mengikuti kegiatan, akan tetapi santriwati diberi kebebasan memilih kegiatan bimbingan karir mana yang akan diikutinya, santriwati juga boleh memilih lebih dari satu kegiatan selama mereka bisa fokus dan konsisten dalam mengikuti kegiatan tersebut. Dan antusias santriwati dalam mengikuti kegiatan bimbingan karir tersebut ternyata cukup besar, ada juga santriwati yang mengikuti lebih dari satu kegiatan. Hal itu memang diperbolehkan selama santriwati masih bisa fokus, namun demikian jajaran pengurus dan pembimbing juga tetap memantau dengan ketat dan serius, jika ternyata di pertengahan jalan santriwati tersebut mulai kehilangan fokusnya, maka pembimbing akan mengevaluasi demi kebaikan dan hasil yang akan dicapai santriwati tersebut. Pelaksanaan bimbingan karir di pondok pesantren Al-Falah Sumber Gayam dilaksanakan dengan model bimbingan kelompok dan bimbingan individu. Dalam bimbingan kelompok masing-masing pembimbing terlebih dahulu memberikan materi dan selanjutnya santriwati diminta untuk mempraktikkannya, jika ada kasus-kasus tertentu yang tidak bisa dipecahkan maka santriwati diminta untuk selalu aktif menanyakan hal tersebut kepada pembimbing. Hal ini dimaksudkan agar kelas bisa hidup dan proses kegiatan bimbingan juga menyenangkan. Sedangkan bimbingan individu dalam hal ini dilakukan antar sesama santriwati ketika ada di luar bimbingan kelompok, misalnya ada salah satu santriwati yang kesulitan dalam suatu materi maka santriwati yang lebih menguasai akan menjelaskan dan mencarikan jalan keluarnya.

101 B. Analisis tentang Keterkaitan antara Pola Bimbingan Karir di Pondok Pesantren Al-Falah Sumber Gayam dan Teori Bimbingan Karir. Kegiatan bimbingan karir di Pondok Pesantren Al-Falah Sumber Gayam secara garis besar tidak sama persis dengan teori-teori yang ada di buku-buku, akan tetapi secara substansial sudah ada beberapa yang sejalan, hal ini bisa menjadi masukan agar selanjutnya bisa lebih disesuaikan dengan teori-teori yang ada, namun hal tersebut juga bisa dimaklumi mengingat kegiatan bimbingan karir di pondok pesantren Al-Falah ini masih tergolong baru, jadi pasti tidak bisa terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Kegiatan bimbingan karir di Pondok Pesantren Al-Falah Sumber Gayam tidak terlepas dari keinginan pesantren untuk membekali santriwati dengan berbagai keterampilan sebelum mereka keluar dari pesantren. Santriwati pun menyambut hal tersebut dengan antusias yang tinggi, bahkan dari beberapa pernyataan santriwati mengenai harapan dan motivasinya cukup beragam, ada yang hanya ingin tahu dan mengisi kekosongan saja, ada pula yang lebih serius dan benar-benar ingin menguasai, bahkan ada yang menginginkan sebagai bekal untuk mewujudkan cita-citanya ke dunia internasional. Sikap dan tanggapan mereka yang beragam dalam mengikuti kegiatan bimbingan karir tersebut nampaknya sangat dipengaruhi oleh faktor kepribadian dan faktor umur santriwati yang cukup beragam. Holland mengatakan dalam teorinya bahwa pemilihan dan penyesuaian karir merupakan gambaran dari kepribadian seseorang. Ketika seseorang

102 menemukan karir yang sesuai dengan kepribadiannya, ia akan lebih menikmati pekerjaan tersebut dan bekerja di bidang tersebut lebih lama daripada orang yang bekerja di bidang yang tidak cocok dengan kepribadiannya. Pandangan Holland ini mencakup tiga ide dasar. Ide pertama, Menurutnya seseorang dapat digolongkan menurut patokan sampai seberapa jauh mereka mendekati salah satu di antara enam tipe kepribadian, yaitu tipe realistik, tipe intelektual, tipe artistik, tipe sosial, tipe enterprising dan tipe konvensional. Ide kedua, seseorang juga dapat digolongkan menurut patokan seberapa jauh suatu lingkungan tertentu mendekati salah satu model lingkungan, yaitu lingkungan realistik, lingkungan intelektual, lingkungan artistik, lingkungan sosial, lingkungan enterprising dan lingkungan konvensional. Semakin mirip lingkungan tertentu dengan salah satu diantara enam model lingkungan, maka semakin tampaklah didalamnya corak dan suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan yang bersangkutan. Ide ketiga, merupakan perpaduan antara tipe kepribadian dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan kecocokan pekerjaan sehingga orang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan jabatan tertentu dan merasa puas. Perpaduan dan pencocokan antara tipe-tipe kepribadian dan suatu model lingkungan memungkinkan meramalkan pilihan jabatan, keberhasilan, dan stabilitas seseorang pada jabatan yang dipangku. Holland berpegang pada keyakinan, bahwa suatu minat yang menyangkut pekerjaan dan jabatan adalah hasil perpaduan dari sejarah hidup seseorang dan keseluruhan kepribadiannya, sehingga minat tertentu akhirnya

103 menjadi suatu ciri kepribadian yang berupa ekspresi diri dalam bidang pekerjaan, bidang studi akademik, hobi inti, berbagai kegiatan rekreatif dan banyak kesukaan yang lain. Salah satu indikasi dari minat ialah kesukaan seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, sedangkan ketidaksukaan menjadi kontradiksi. Dari beberapa pernyataan yang disampaikan oleh santriwati dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu alasan dari mereka mengikuti bimbingan karir karena mereka suka. Mereka menyukai kegiatan tersebut karena sesuai dengan apa yang mereka inginkan, sebagaimana dalam teori Holland semakin dia menyukai suatu pekerjaan maka dia akan semakin menikmati hal tersebut. Selain dari alasan suka, santriwati juga banyak dipengaruhi oleh lingkungan di kampungnya karena kegiatan-kegiatan yang mereka ikuti di pesantren memang masih jarang ada di daerahnya, seperti komputer, kerajinan menyulam, merajut maupun membatik. Hal ini memicu santriwati untuk menekuninya dengan harapan setelah keluar dari pesantren bisa menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang didapatnya sewaktu di pesantren. Dari beberapa kegiatan bimbingan karir yang ada di pondok pesantren Al-Falah sumber gayam semua termasuk dalam tipe kepribadian Holland. Santriwati yang mengikuti kegiatan bimbingan karir seni baca al-quran mengarah pada tipe kepribadian artistik. Tipe artistik ini menurut Holland mempunyai ciri-ciri bersifat tidak sosial, menghindari masalah yang sudah dapat tersusun atau yang memerlukan kecakapan fisik yang besar, sulit menyesuaikan diri, memerlukan bentuk-bentuk ekspresi yang bersifat

104 individualitas, lebih bersifat feminim, dan setiap menghadapi persoalan yang terjadi dalam lingkungannya lebih menyukai menggunakan cara melalui ekspresi diri dalam media seni. Menurut Holland, seseorang yang memiliki tipe kepribadian artistik lebih cocoknya bekerja sebagai pengarang, ahli kartun, musik, drama, penyair, pencipta lagu, penggubah musik, dan seniman. Begitu juga dengan santriwati yang mengikuti kegiatan kerajinan tangan merajut dan menyulam, keterampilan menjahit dan membatik yang sangat berkaitan dengan unsur seni termasuk ke dalam tipe kepribadian artistik. Sedangkan santriwati yang mengikuti kegiatan pengembangan penguasaan bahasa dan bimbingan komputer lebih mengarah pada bidang keilmuan yang dalam teori kepribadian Holland disebut tipe intelektual. Sebagaimana yang dijelaskan Holland dalam teori kepribadiannya, bahwa tipe kepribadian intelektual ini sifatnya berorientasi pada tugas, tidak sosial, lebih menyukai dan memikirkan terlebih dahulu dari pada langsung bertindak terhadap pemecahan masalah yang dihadapi, membutuhkan pemahaman detail, menyenangi tugas-tugas pekerjaan yang kabur sifatnya, memiliki nilai-nilai dan sikap yang tidak konvensional. Seseorang dengan tipe kepribadian intelektual ini cocoknya bekerja sebagai ilmuan, misalnya ahli antropologi, astronomi, ilmuan riset, penulis artikel ilmiah, dan lain-lain. Selain faktor kepribadian seperti pandangan Holland, faktor umur juga bisa mempengaruhi perkembangan pemilihan karir. Seperti dalam teorinya Ginzberg bahwa setiap anak dan remaja melewati tiga tahap pemilihan karir, yaitu fantasi, tentatif dan realistis. Masa fantasi ini tidak seberapa diketahui,

105 namun ciri utamanya adalah dalam memilih pekerjaan anak bersifat sembarangan, artinya asal pilih saja. Pilihannya tidak didasarkan pada pertimbangan yang matang mengenai kenyataan yang ada, tetapi pada kesan atau khayalannya belaka. Umpamanya anak umur lima tahun ingin menjadi tentara karena kegagahannya atau menjadi dokter karena dokter itu umumnya bermobil mewah dan penghasilannya besar dari praktik swasta. Anak seperti percaya bahwa ia, bisa menjadi apa saja dan ini berdasarkan kesan yang diperolehnya mengenai orang-orang yang bekerja atau keadaan lingkungan kerjanya. Masa tentatif mencakup usia kurang lebih 11 sampai 18 tahun (masa anak bersekolah di SMP dan SMA) dan meliputi empat tahap, yaitu minat, kapasitas, nilai, dan transisi. Masa realistik adalah masa usia anak mengikuti kuliah, atau mulai bekerja. Masa ini pun bertahap, yaitu eksplorasi, kristalisasi, dan spesifikasi. Dalam masa tentatif ini, pilihan karir seseorang mengalami perkembangan. Mula-mula pertimbangan karir itu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan atau minat, sedangkan faktor-faktor lain tidak dipertimbangkan. Menyadari bahwa minatnya berubah-ubah maka anak mulai menanyakan kepada diri sendiri apakah dia memiliki kemampuan atau kapasitas melakukan suatu pekerjaan, dan apakah kapasitas itu cocok dengan minatnya. Tahap berikutnya, waktu anak bertambah besar, anak menyadari bahwa di dalam pekerjaan yang dilakukan orang ada kandungan nilai, yaitu

106 nilai pribadi dan/atau nilai kemasyarakatan- bahwa kegiatan yang satu lebih mempunyai nilai daripada lainnya. Jadi sangat wajar apabila respon dari santriwati tersebut juga sangat beragam, mengingat santriwati yang mengikuti kegiatan bimbingan karir mempunyai latar belakang pendidikan sebagai siswa yang duduk di bangku SMP, MTs, SMA dan MA. Jika hal tersebut kita analisa lebih lanjut, juga tidak terlepas dari teori Super yang mendasari teorinya dengan konsep diri yaitu menganggap bahwa kerja itu merupakan perwujudan dari konsep diri, artinya orang mempunyai konsep diri dan ia berusaha menetapkan konsep diri itu dengan memilih pekerjaan. Super percaya bahwa masa remaja merupakan saat seseorang membangun konsep diri tentang karir, oleh karena itu dalam perkembangan karir ini Super membaginya dalam 5 fase, yaitu fase pengembangan, fase eksplorasi, fase pemantapan, fase pembinaan dan fase kemunduran. Fase eksplorasi terjadi pada kisaran usia 15-24 tahun, dalam fase ini menurut Super anak muda memikirkan alternatif jabatan, akan tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Sebelum fase ini dimulai terlebih dahulu dimulai dengan fase pengembangan dimana dalam fase ini anak mengembangkan berbagai potensi, sikap, minat, dan kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri. Jadi bisa kita lihat dalam usia antara 15-24 tahun bisa disebut usia-usia yang masih labil, boleh saja seorang anak sudah memiliki sebuah keahlian atau keterampilan tertentu, hanya saja dalam masa tersebut seorang anak belum bisa mengambil keputusan yang benar-

107 benar mengikat, dalam masa ini masih sangat membutuhkan bimbingan dari orang lain yang lebih mampu menguasai keadaan atau lebih berpengalaman. Hal ini juga bisa kita lihat pada santriwati yang mengikuti kegiatan bimbingan karir, usia mereka masih berada dalam kisaran yang menurut Super masih dalam fase eksplorasi, wajar saja kalau santriwati masih kebingungan dalam menentukan suatu keputusan dan masih asal-asalan dalam mengambil sebuah keputusan, sebagaimana juga yang disampaikan dalam teori Ginzberg. Jadi dalam pola bimbingan karir yang diterapkan pada santriwati di pondok pesantren Al-Falah Sumber Gayam lebih dominan pada teori kepribadian Holland disamping juga dipengaruhi oleh teori perkembangan karir Donald Super dan Ginzberg.