BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. organisme dapat disebut alamat suatu organisme. Relung (Ninche) adalah

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Degradasi tanah merupakan isu penting dalam AGENDA 21, hal ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya tahun 1994, 1997, 1998, antara tahun , 2006 dan yang

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan kondisi lingkungan yang gradual. Hal ini kemudian akan

I. PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global.

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

BAB I PENDAHULUAN. terdapat di Asia Tenggara. Indonesia dikenal sebagai negara dengan hutan

BAB I. PENDAHULUAN A.

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. orologi, produksi pertanian, pemukiman, dan kehidupan sosial ekonomi di daerah

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. pada lahan gambut di Indonesia ha (18% dari seluruh luas gambut).

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang unik dan di dalamnya terdapat beranekaragam flora dan fauna. Hutan rawa gambut memainkan suatu peranan yang penting dalam memelihara keseimbangan lingkungan, mencegah kebanjiran di musim basah dan melepaskan kelembaban kembali ke udara selama musim kering. Meskipun demikian, hutan rawa gambut adalah suatu ekosistem yang rapuh, sehingga rentan terhadap gangguan dan sulit kembali seperti kondisi awal (Syaufina, Nuruddin, Basyaruddin & Yusof, 2004). Salah satu gangguan di rawa gambut adalah kebakaran vegetasi. Di Indonesia kebakaran vegetasi adalah suatu fenomena yang biasa terjadi di musim kemarau (Stolle, Chomitz, Lambin & Tomich, 2003). Pada tahun 1997/1998 Indonesia mengalami kebakaran hutan yang paling parah di seluruh dunia, dan kejadian ini dinyatakan sebagai salah satu bencana lingkungan terburuk sepanjang abad (Tacconi, 2003). Diperkirakan 2.124000 ha rawa gambut telah terbakar pada tahun 1997/1998, dimana sekitar 624.000 hektar terdapat di Sumatera (BAPPENAS-ADB, 1999). Pada tahun 2002 dan 2005 kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi dalam skala yang cukup besar yang diakibatkan oleh konversi hutan di lahan gambut (Adinugroho dan Utami, 2009). Kebakaran hutan tetap merupakan suatu problem yang menganggu sampai sekarang. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar, mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, kesehatan penduduk, transportasi dan industri kehutanan (Solar Energy Charity, 2008; Herawati, Santoso & Forner, 2006 ). Kebakaran adalah faktor yang mengganggu di ekosistem seluruh dunia dan mempengaruhi reproduksi spesies tumbuhan (Keeley & Fotheringham, 2000). Dampak paling nyata akibat kebakaran hutan akan terlihat pada vegetasi. Pada umumnya tumbuhan langsung mati oleh kebakaran hutan yang sangat parah (Syaufina, 2008). Kebakaran dapat menyebabkan kematian vegetasi pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.

Hutan yang mengalami kerusakan akibat kebakaran secara alami memiliki kemampuan untuk pulih kembali menuju keseimbangan selama kerusakan akibat kebakaran tersebut tidak lebih besar dari daya lenting (resilience) hutan untuk pulih kembali. Proses pertumbuhan kembali vegetasi pada kawasan yang terkena gangguan tergantung pada tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Pada beberapa spesies api dapat berperan dalam perkecambahan biji. Api dapat memicu regenerasi dari biji secara langsung atau merangsang perkecambahan biji-biji yang dorman dalam tanah. Kebakaran juga berperan dalam seleksi tumbuhan sehingga memungkinkan tumbuhan bertahan dari kebakaran dan tekanan lingkungan lainnya (Keeley and Fatheringham, 2000) Kebakaran vegetasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan fisik sehingga mempengaruhi proses regenerasi di hutan tersebut. Tumbuhan mempunyai 2 mekanisme dasar untuk beregenerasi setelah kebakaran, yaitu: (1) regenerasi vegetatif (resprouting) dari individu yang sama, dan (2) pembentukan individu baru melalui perkecambahan biji (Valejo, Arianoutsou & Moreira, 2012). Kemampuan vegetasi untuk pulih setelah kebakaran dan kerusakan lainnya meliputi empat proses utama yaitu : kelulusan hidup dari pohon, pertunasan lembali dari pohon yang rusak, perkecambahan pada biji dalam tanah serta pemencaran biji ke areal yang terganggu (Nieuwstadt, Sheil & Kartawinata, 2001). Kemampuan untuk bertunas kembali dan merekruit individu baru dari biji pasca kebakaran adalah dua karakter yang amat penting untuk bertahan dalam ekosistem yang rawan kebakaran (Pausas, Bradstock, Keith & Keeley, 2004.) Respon tumbuhan terhadap perubahan lingkungan akibat kebakaran akan terlihat pada penampilan tumbuhan.tumbuhan yang berbeda akan memperlihatkan respon yang berbeda terhadap kondisi tekanan, hal ini karena adanya perbedaan genetik, perbedaan morfologi-anatomi yang berpotensi untuk memperlihatkan plastisitas (Markovic, Pavlovic, Tosic, Jovanovic, Stamenkovic, Mitrovic & Markovic, 2012). Selanjutnya Samocha; Shklar; Korol & Sternberg (2009) mengemukakan bahwa kondisi lingkungan yang berbeda akan memberikan perbedaan karakter morfologi pada satu populasi tumbuhan. Respon tumbuhan terhadap perubahan lingkungan sering disertai dengan perubahan karakter morfologi dan fisiologi tumbuhan dengan memodifikasi berbagai organ serta

membentuk pola-pola penyebaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Price, Qvarnstrom & Irwin (2003) menyatakan bahwa lingkungan yang berbeda secara langsung akan merobah perilaku individu, morfologis dan fisiologisnya. Ada indikasi bahwa perubahan lingkungan fisik yang terjadi akibat kebakaran di rawa gambut akan mempengaruhi pola-pola waktu berbunga dan berbuah dari beberapa jenis pohon sehingga akhirnya akan mempengaruhi proses regenerasi di hutan tersebut. Dalam beberapa dekade terakhir konversi lahan gambut sangat intensif terjadi di Indonesia. Konversi lahan gambut menjadi areal pertanian, perkebunan karet dan kelapa sawit telah mengakibatkan terganggunya ekosistem (Syaufina, 2008). Pembukaan hutan untuk perkebunan dengan pembakaran telah menimbulkan kerusakan lingkungan yaitu degradasi keanekaragaman hayati dan punahnya spesies asal. Hutan rawa gambut ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan yang khas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, baik tumbuhan berkayu maupun non kayu seperti meranti-merantian, Jelutung, kayu kapur, Pulai dan kayu komersial lainnya. Jika rehabilitasi pada hutan yang rusak tidak segera dilakukan maka bahaya besar akan muncul dengan terjadinya perubahan iklim, bencana banjir, dan degradasi keanekaragaman hayati berupa punahnya spesies asal (indigenous). Oleh sebab itu pelestarian hutan rawa gambut dengan segala kekayaannya harus ditindak lanjuti. Sampai saat ini upaya rehabilitasi dan pengelolaan lahan pada areal bekas kebakaran masih sangat lambat. Seringkali terjadi kegagalan rehabilitasi lahan karena tumbuhan tidak mampu beradaptasi dengan cekaman lingkungan akibat kebakaran. Selain itu perlu diketahui bahwa ekosistem hutan rawa gambut merupakan salah satu ekosistem yang memiliki karakteristik yang spesifik seperti hara mineral yang miskin, kandungan bahan organik yang tinggi dan sifat keasaman yang tinggi serta mudah terbakar. Oleh sebab itu perlu pemilihan jenis yang tepat dan teknologi untuk rehabilitasi dan pengelolaan lahan setelah kebakaran. Sebelumnya sudah banyak penelitian tentang regenerasi tumbuhan pasca kebakaran yang berkaitan dengan kelulusanhidup, tetapi belum ada informasi tentang regenerasi tumbuhan yang mengkaji dari aspek morfologi, fisiologi dan ekologi regenerasi yang berasal dari biji dan tunas yang muncul

pasca kebakaran. Pengetahuan tentang variasi karakter morfologi tumbuhan merupakan dasar untuk memahami respon tumbuhan terhadap perubahan lingkungan (Stenstrom, Ingibjorg & Augner, 2002). Batang Alin adalah salah satu kawasan di Pasaman Barat yang mengalami kerusakan pada sumber daya hutannya akibat dikonversi menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Sebagian dari kawasan yang rusak tersebut adalah rawa gambut. Proses pembersihan hutan umumnya dilakukan dengan penebangan yang diikuti pembakaran. Berdasarkan survei memperlihatkan bahwa tidak semua lahan yang terbakar itu ditanami dengan kelapa sawit tetapi ada yang dibiarkan terlantar begitu saja. Disamping itu tidak jauh dari kawasan bekas terbakar masih ada hutan yang alami. Fenomena ini memunculkan hal yang menarik dan memberikan nilai sains yang tinggi jika dikaji secara komprehensif, sehingga akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengelolaan di hutan rawa gambut yang rusak pasca kebakaran. Pendekatan dari aspek biologis sangat diperlukan dalam upaya pemulihan hutan rawa gambut yang rusak pasca kebakaran. Salah satu hal yang perlu dikaji adalah aspek biologi dari regenerasi tumbuhan yang muncul pasca kebakaran. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan sampai saat ini belum ada informasi yang mengkaji dari aspek biologi yang meliputi ekologi, morfologi, dan fisiologis pada regenerasi tumbuhan yang berasal dari biji dan tunas (sprout) yang muncul pasca kebakaran rawa gambut. Hal ini akan memberikan gambaran tentang keanekaragaman komunitas tumbuhan pasca kebakaran. Informasi ini sangat penting jika dikaitkan dengan respon dan adaptasi tumbuhan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi akibat kebakaran. Informasi ini dapat dijadikan acuan dalam menentukan jenis-jenis tumbuhan yang cocok dikembangkan untuk recovery rawa gambut yang rusak setelah kebakaran. B. Rumusan Masalah Pembakaran hutan telah menimbulkan kerusakan lingkungan, terutama kerusakan pada vegetasi yang menyebabkan degradasi keanekaragaman hayati. Salah satu contoh kerusakan vegetasi setelah kebakaran adalah di Batang Alin- Pasaman Barat. Sehubungan dengan hal itu perlu dilakukan pengelolaan dan rehabilitasi hutan rawa gambut yang terlantar pasca kebakaran. Upaya rehabilitasi

sering mengalami kegagalan akibat tumbuhan tidak mampu beradaptasi pada kondisi cekaman setelah kebakaran. Kemampuan tumbuhan untuk beregenerasi pada kondisi cekaman lingkungan merupakan aspek yang sangat penting untuk pemulihan hutan pasca kebakaran. Oleh sebab itu perlu kajian tentang regenerasi tumbuhan yang muncul pasca kebakaran. Sampai saat ini belum ada informasi yang mengkaji dari aspek biologi yang meliputi ekologi, morfologi, dan fisiologis pada regenerasi tumbuhan yang berasal dari biji dan tunas yang muncul pasca kebakaran rawa gambut. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Komposisi jenis tumbuhan pada komunitas pasca kebakaran rawa gambut dibandingkan dengan lokasi yang tidak terbakar 2. Jenis-jenis apakah yang mendominasi pada komunitas pasca kebakaran dibandingkan dengan lokasi yang tidak terbakar. 3. Bagaimanakah keanekaragaman jenis pada komunitas pasca kebakaran dibandingkan dengan lokasi yang tidak terbakar. 4. Bagaimanakah pola-pola penyebaran dari beberapa jenis-jenis tumbuhan yang dominan pada komunitas pasca kebakaran dibandingkan dengan lokasi yang tidak terbakar. 5. Bagaimanakah hubungan antara faktor lingkungan dengan keberadaan jenis yang mendominasi komunitas pasca kebakaran dan yang tidak terbakar. 6. Bagaimanakah respon morfologi-anatomi dan fisiologis tumbuhan dominan yang beregenerasi melalui biji dan tunas terhadap perubahan lingkungan pada komunitas pasca kebakaran dibandingkan dengan tumbuhan yang terdapat pada komunitas yang tidak terbakar C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis komposisi jenis tumbuhan yang ditemukan pada komunitas pasca kebakaran dan lokasi yang tidak terbakar. 2. Untuk menganalisis jenis-jenis tumbuhan yang dominan pada komunitas pasca kebakaran dan tidak terbakar.

3. Untuk membandingkan Keanekaragaman jenis tumbuhan pada komunitas pasca kebakaran dan tidak terbakar. 4. Untuk mempelajari pola-pola penyebaran jenis tumbuhan yang dominan pada komunitas pasca kebakaran dan tidak terbakar. 5. Menganalisis hubungan faktor lingkungan dengan keberadaan jenis dominan pada komunitas pasca kebakaran dan tidak terbakar. 6. Untuk menganalisis karakter morfologi, anatomi dan fisiologi tumbuhan dominan yang beregenerasi melalui biji dan tunas pada komunitas pasca kebakaran dan tidak terbakar. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Tersedia informasi ilmiah tentang keanekaragaman komunitas tumbuhan yang ditinjau dari karakter morfologi, anatomi/fisiologi dan ekologi regenerasi tumbuhan yang berasal dari biji dan tunas pasca kebakaran sehingga dapat dijadikan acuan menentukan jenis-jenis yang cocok dikembangkan untuk rehabilitasi hutan. 2. Sebagai informasi dasar bagi penentuan strategi pengelolaan dan rehabilitasi hutan serta dasar untuk pengembangan IPTEK dibidang kehutanan. E. Hipotesis Penelitian 1. Terdapat perbedaan komposisi dan Struktur komunitas tumbuhan pasca kebakaran dan komunitas yang tidak terbakar. 2. Terdapat perbedaan dalam keanekaragaman jenis tumbuhan pada komunitas pasca kebakaran dan komunitas yang tidak terbakar. 3. Terdapat perbedaan jenis yang dominan pada komunitas pasca kebakaran dan komunitas yang tidak terbakar. 4. Terdapat perbedaan pola-pola penyebaran tumbuhan pada komunitas pasca kebakaran dengan komunitas yang tidak terbakar. 5. Ada perbedaan faktor lingkungan yang menjadi penciri keberadaan jenis dominan pada komunitas pasca kebakaran dan komunitas yang tidak terbakar.

6. Terdapat perbedaan karakter morfologi, anatomi dan fisiologi pada tumbuhan yang beregenerasi melalui tunas dan biji pada komunitas pasca kebakaran dengan komunitas yang tidak terbakar. F. Kebaruan Penelitian. Hal yang menjadi kebaruan dari penelitian ini adalah : 1. Ditemukan pergantian jenis tumbuhan yang dominan setelah kebakaran rawa gambut yaitu Anthocephalus cadamba Miq. yang sebelumnya didominasi oleh Mallotus leucodermis Hook. 2. Ditemukan pola pola penyebaran tumbuhan yang dominan pasca kebakaran dan tidak terbakar. 3. Ditemukan faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap kehadiran tumbuhan yang dominan di lokasi pasca kebakaran dan tidak terbakar 4. Ditemukan tanggapan adaptif tumbuhan yang dominan pasca kebakaran hutan rawa gambut, sehingga cocok dikembangkan untuk pemulihan hutan rawa gambut yang rusak akibat kebakaran serta meningkatkan ekonomi masyarakat.

HUTAN RAWA GAMBUT - Ekosistem yang unik - Sumber Plasma nutfah - Sumber hasil kayu dan non kayu - Memelihara keseimbangan lingkunngan HUTAN RAWA GAMBUT TIDAK TERBAKAR Kajian terhadap regenerasi hutan alami yang tidak terbakar HUTAN RAWA GAMBUT BEKAS TERBAKAR - Kerusakan ekologi - Kerusakan vegetasi sangat parah - perlu pengelolaan dan Kajian terhadap regenerasi hutan pasca kebakaran - Komposisi dan struktur vegetasi hutan alami - Keanekaragaman Jenis - Pola- pola distribusi dari beberapa jenis tumbuhan hutan alami - Karakter morfologi, anatomi dan fisiologi regenerasi tunas dan bijiregenerasi biji di hutan alami. - Komposisi dan struktur vegetasi pasca kebakaran hutan - Keanekaragaman jenis - Pola-pola distribusi beberapa jenis tumbuhan pasca kebakaran - Karakter morfologi, anatomi dan fisiologi regenerasi tunas dan regenerasi biji pasca kebakaran Keanekaragaman dan respon dari spesies tumbuhan pasca kebakaran hutan Informasi dasar bagi penentuan strategi konservasi dan rehabilitasi hutan rawa gambut dengan pemilihan jenis yang tahan terhadap perubahan lingkungan pasca kebakaran serta pengembangan IPTEK dibidang kehutanan. Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian tentang keanekaragaman Komunitas tumbuhan pasca kebakaran hutan rawa gambut di Batang Alin, Pasaman Barat.