BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting upaya peningkatan mutu pendidikan matematika secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. menjadi kader-kader pembangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh : RISMAWATI RATNA ESTRI A

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA DI KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. baik, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20. Pendidikan diarahkan untuk dapat menciptakan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif. Pendidikan merupakan wadah untuk berlatih, berkreasi, mewujudkan cita-cita

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

harapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional dan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini siswa perlu memilik

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan ayat sebagai berikut: 1

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga pembelajaran di SD haruslah

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

Kemampuan berpikir kreatif mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF METODE LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya. Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat memegang peranan penting karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien, sehingga diharapkan peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, menganalisis, menyimpulkan dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, berkembang pesat dan kompetitif. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari gaya mengajar guru. Cara pembelajaran cenderung abstrak dan menggunakan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik menjadi sulit untuk dipahami siswa. Selain itu pada umumnya guru mengajar dengan tidak 1

2 memperhatikan kemampuan berpikir siswa atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna. Pembelajaran di Indonesia masih bersifat tradisional. Para pendidik masih menggunakan metode konvensional yang cenderung bersifat teacher centered yaitu didominasi guru dalam menguasai kelas. Guru mengajar dengan berceramah dan mengharapkan siswa mendengarkan, mencatat, dan menghafalkan. Padahal, tuntutan dunia pendidikan sudah berubah, bahwasanya pembelajaran merupakan learning doing yaitu siswa membuat keterkaitan yang menghasilkan makna, dan ketika melihat makna, siswa akan menyerap dan menguasai pengetahuan dan keterampilan secara aktif. Demikian halnya dengan siswa SMP pada umumnya. Siswa cenderung hanya menghafalkan rumus dan prosedur-prosedur penyelesaian. Ini mengakibatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal pemecahan masalah menjadi lemah. Lebih jauh, para siswa belum mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan. Dengan kata lain, siswa tidak tahu fungsi dari hal yang dipelajari untuk kehidupannya. Selain itu, jika dilihat dari sikap siswa dalam pembelajaran matematika, tampak bahwa siswa kurang berani bertanya, mengeluarkan pendapat, berbeda dengan guru dalam menyelesaikan persoalan, belum mampu berpikir kritis, logis, imaginatif dan kreatif yang merupakan dasar kemampuan berpikir tingkat tinggi.

3 Dalam pembelajaran matematika kelas VIIA SMP Negeri 4 Wonogiri telah ditemukan keragaman masalah, yaitu: dalam pembelajaran matematika siswa terlihat kurang aktif dalam pembelajaran matematika. Siswa jarang sekali bertanya maupun mengutarakan ide-idenya. Keaktifan siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran masih kurang. Kreativitas siswa dalam membuat dan menyampaikan ide-idenya masih rendah, walaupun guru berulangkali meminta siswa untuk bertanya. Keragaman permasalahan di atas menggambarkan efektivitas belajar yang masih rendah. Keberhasilan proses belajar mengajar matematika dapat diamati dari keberhasilan siswa yang mengikuti pelajaran tersebut. Keberhasilan itu sendiri dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar siswa maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan dalam pembelajaran. Namun pada kenyataannya hasil belajar matematika siswa masih rendah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses menyebutkan bahwa Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

4 kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berpikir adalah segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami (Ruggiero dalam Chaedar Alwasilah, 2007). Menurut Utami Munandar (2009: 25) kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Menurut Chaedar Alwasilah (2007: 183), berpikir kreatif adalah kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman-pemahaman baru. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, usaha yang baik untuk kita lakukan adalah dengan meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif dalam menunjang kreativitas (Zaleha Izhab Hassoubah, 2008). Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa sangat diperlukan terutama dalam belajar matematika, karena dalam kreativitas terdapat proses berpikir kreatif. Berpikir kreatif disebut pula berpikir divergen atau lateral karena terdapat banyak jawaban yang digunakan untuk memecahkan persoalan yang muncul dan pikiran itu didorong menyebarkan mencari pemecahan masalah. Dengan adanya kreativitas dalam pembelajaran

5 matematika, para peserta didik diharapkan dapat menyelesaikan masalah atau soal matematika menggunakan cara maupun idenya sendiri. Model pembelajaran yang sesuai dengan masalah ini adalah model matematika kontekstual. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and learning/ctl) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002: 01). Menurut Chaedar Alwasilah (2007: 224) dalam kelas kontekstual, guru mengajar dengan melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan penting yang membawa pelajaran-pelajaran akademik ke dalam kehidupan, menghubungkan tugas sekolah dengan persoalan dan masalah-masalah nyata, mendorong para siswa untuk menerapkan pemikiran kritis dan kreatif ke dalam kehidupan keseharian, mengutamakan kerjasama, dan memelihara setiap anggota kelas dalam menghasilkan kesuksesan siswa dan membantu setiap anggota kelas berkembang. Menyeimbangkan komponen-komponen ini membutuhkan keserbabisaan yang luar biasa. Para guru CTL adalah sekaligus sebagai konsultan penelitian, pengawas proyek penuntun pemikiran kritis dan kreatif, perantara antara masyarakat bisnis dan para siswa, dan ahli di bidang pelajaran mereka. Sifat dasar ini menuntut para guru untuk menasihati, mendedikasikan diri bagi setiap siswanya. Para guru

6 memelihara usaha-usaha pribadi tiap siswa untuk berkembang menjadi pribadi yang utuh. Banyak manfaat yang dapat diambil siswa dalam pembelajaran kontekstual yaitu terciptanya ruang kelas yang didalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan mereka akan lebih bertanggung jawab dengan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Chaedar Alwasilah (2007: 254) guru CTL membimbing setiap siswa untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang mudah untuk mereka dan menumbuhkan kecerdasan-kecerdasan yang merupakan tantangan untuk mereka. Para guru CTL mendorong siswa untuk meningkatkan kecerdasan mereka, dan mengeluarkan bakat yang terpendam di dalam diri mereka. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa perlu adanya kerjasama antara guru matematika dan peneliti yaitu melalui Penelitian Tindakan Kelas. Proses ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru matematika untuk mengidentifikasi masalahmasalah pembelajaran sekolah, sehingga dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan. Dengan demikian, proses pembelajaran di sekolah dengan menerapkan pendekatan kontekstual diharapkan dapat membantu guru mengaitkan materi dengan dunia nyata dan membantu meningkatkan

7 kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan konsep kontekstual ini, disusun model pembelajaran matematika khususnya ditingkat SMP dengan harapan bahwa pembelajaran akan lebih bermakna dan mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam hal berpikir kreatif. Dari latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kratif Siswa SMP Melalui Optimalisasi Pembelajaran Kontekstual pada Pokok Bahasan Keliling dan Luas Segitiga Sekolah Menengah Pertama kelas VIIA Semester II. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahanpermasalahan yang timbul dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Cara pembelajaran cenderung abstrak dan menggunakan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik menjadi sulit untuk dipahami siswa. 2. Guru mengajar tidak memperhatikan kemampuan berpikir siswa atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna. 3. Para pendidik masih menggunakan metode konvensional yang cenderung bersifat teacher centered yaitu didominasi guru dalam kelas.

8 4. Siswa cenderung hanya menghafalkan rumus dan prosedur-prosedur penyelesaian. 5. Siswa kurang berani bertanya, mengeluarkan pendapat dalam pembelajaran. C. Pembatasan Masalah Usaha dalam penelitian agar efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih dalam, maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun masalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kontekstual. 2. Materi yang disajikan dengan model kontekstual dibatasi pada pokok bahasan keliling dan luas segitiga yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. D. Rumusan Masalah Penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan optimalisasi pendekatan kontekstual. Berdasarkan fokus penelitian dan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran matematika SMP kelas VIIA dengan pendekatan kontekstual?

9 2. Apakah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pengajaran matematika pada siswa kelas VIIA guna meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Untuk mengkaji peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode kontekstual. F. Manfaat Penelitian Sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika, utamanya pada upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP melalui optimalisasi pembelajaran kontekstual. Mengingat pentingnya pembelajaran kontekstual dalam matematika dan peranannya yang cukup besar untuk siswa dalam hal melakukan matematisasi terhadap suatu permasalahan.

10 2. Manfaat praktis a. Penelitian diharapkan memberi masukan bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar terutama dalm pemilihan strategi mengajar yang tepat pada mata pelajaran matematika b. Untuk mendorong siswa lebih aktif dan bisa memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi pada mata pelajaran matematika. c. Agar mampu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah dalam mencapai keberhasilan pendidikan.