BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik

2016, No Republik Indonesia Nomor 5512); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Indonesia Nomor 5494); 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpu

2 Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 2. Peraturan Menteri Pendayagunaa

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL JABATAN FUNGSIONAL TEKNISI TRANFUSI DARAH

2016, No Republik Indonesia Nomor 5035); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1566, 2013 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan Kinerja.

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2010

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/24/M.PAN/5/2006 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Pamong Belajar. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Petunjuk Teknis. Pencabutan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.1610, 2014 KEMENTAN. Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Pakan. Angka Kredit. Petunjuk Teknis. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun

2015, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035); 3. Peraturan Pemer

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PATEN DAN PEMERIKSA MEREK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PATEN DAN PEMERIKSA MEREK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS MUTU HASIL PERTANIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017

-2-3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

2016, No Birokrasi Nomor PER/219/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Perkayasa dan angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 T

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Organisasi. Tim Penilai. Perancang Perundang-undangan. Kanwil. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PEREKAYASA DAN TEKNISI PENELITIAN DAN PEREKAYASAAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 No

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Rep

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.04/2014 TENTANG

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

2012, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nom

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pen

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL ANALIS PASAR HASIL PERTANIAN

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL JABATAN FUNGSIONAL ASISTEN APOTEKER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14A/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

2015, No Negara tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2014 tentan

2016, No bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku Jabatan Fungsional Ahli Utama dan Ahli Madya; c. bahwa dalam rangka memenuhi formasi Jabatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 025 TAHUN 2014 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lemb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Meningat : 1. Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2 Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3098) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir deng

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.745, 2016 BKPM. Tunjangan Kinerja. Jabatan. Kelas Jabatan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2006 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2014 KEMENSESNEG. Penerjemah. Fungsional. Standar Kompetensi. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/24/M.PAN/5/2006 tentang Jabatan Fungsional Penerjemah dan Angka Kreditnya, Kementerian Sekretariat Negara ditetapkan sebagai Instansi Pembina Jabatan Fungsional Penerjemah; b. bahwa dalam rangka meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Pejabat Fungsional Penerjemah, perlu menyusun Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sekretaris Negara tentang Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035);

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4019); 4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara Lainnya; 5. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 6. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2010 tentang Kementerian Sekretariat Negara; 7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/24/M.PAN/5/2006 tentang Jabatan Fungsional Penerjemah dan Angka Kreditnya; 8. Peraturan Bersama Menteri Sekretaris Negara dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2007 dan Nomor 22 Tahun 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penerjemah dan Angka Kreditnya, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bersama Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 4 Tahun 2010 dan Nomor 16 Tahun 2010; 9. Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 2 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sekretariat Negara; 10. Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pendidikan dan Pelatihan

3 Penjenjangan Fungsional Penerjemah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 950); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah adalah persyaratan kompetensi minimal Jabatan Fungsional Penerjemah. 2. Penerjemah adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan penerjemahan, baik secara tertulis maupun secara lisan, penyusunan naskah, serta pengembangan, peningkatan, dan pengendalian kualitas penerjemah dan penerjemahan. 3. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, kecakapan, dan sikap kerja yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Penerjemah dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 4. Pengetahuan adalah pemahaman atas segala aspek dalam pekerjaan yang berkaitan dengan bahan, alat, proses, hasil dan hal-hal lain yang mendasarinya. 5. Kecakapan atau kemahiran adalah suatu bentuk kemampuan penggunaan fisik (organ tubuh) dan/atau mental (daya nalar atau daya pikir) yang diaktualisasikan dalam praktik. 6. Sikap kerja atau kualitas pribadi adalah perpaduan antara penampilan ( performance) dan perilaku ( behaviour) berbentuk penguasaan atau pengendalian diri atau pemilikan sifat interaktif dalam beraktivitas. 7. Kompetensi umum adalah kompetensi dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap Penerjemah untuk melaksanakan penerjemahan tulis, penerjemahan lisan, dan/atau penyusunan naskah. 8. Kompetensi spesifik adalah kompetensi khusus minimal yang harus dimiliki Penerjemah guna melaksanakan kegiatan penerjemahan tulis, penerjemahan lisan, dan/atau penyusunan naskah. 9. Penerjemahan tulis adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari suatu bahasa ke bahasa yang lain.

4 10. Kompetensi spesifik penerjemahan tulis adalah kompetensi khusus minimal yang harus dimiliki oleh Penerjemah guna melaksanakan kegiatan penerjemahan tulis. 11. Penerjemahan lisan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara lisan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain. 12. Kompetensi spesifik penerjemahan lisan adalah kompetensi khusus minimal yang harus dimiliki oleh Penerjemah guna melaksanakan kegiatan penerjemahan lisan. 13. Penyusunan naskah adalah kegiatan menulis naskah dalam suatu bahasa, yang akan digunakan sebagai teks untuk diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain. 14. Kompetensi spesifik penyusunan naskah adalah kompetensi khusus minimal yang harus dimiliki oleh Penerjemah untuk menyusun naskah dalam suatu bahasa guna diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain. 15. Teks adalah bahan tertulis yang telah tersusun untuk diterjemahkan. 16. Naskah adalah bahan tertulis yang berupa rancangan yang disusun untuk menjadi teks bahan terjemahan. Pasal 2 Setiap Penerjemah dalam melaksanakan tugasnya harus memenuhi Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah. BAB II JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH Pasal 3 (1) Setiap Penerjemah harus memiliki kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah sesuai dengan jenjang Jabatan Fungsional Penerjemah. (2) Jenjang Jabatan Fungsional Penerjemah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Penerjemah Pertama, Penerjemah Muda, Penerjemah Madya, dan Penerjemah Utama. Pasal 4 Penerjemah pada setiap jenjang Jabatan Fungsional Penerjemah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) harus memiliki kompetensi pada jenjang jabatan sebelumnya. BAB III JENIS, RANAH, DAN PEMENUHAN KOMPETENSI Pasal 5 (1) Jenis kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah terdiri atas:

5 a. kompetensi umum; dan b. kompetensi spesifik. (2) Kompetensi umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus dimiliki oleh setiap Penerjemah pada masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Penerjemah. (3) Kompetensi spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. kompetensi spesifik penerjemahan tulis; b. kompetensi spesifik penerjemahan lisan; dan c. kompetensi spesifik penyusunan naskah. Pasal 6 (1) Ranah kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) terdiri atas: a. Pengetahuan; b. Kecakapan; c. Sikap Kerja. (2) Rincian dan deskripsi kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah untuk setiap ranah kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 7 Pemenuhan kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah dilaksanakan dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional dan teknis Penerjemah. BAB IV TUGAS DAN KOMPETENSI PENERJEMAH Penerjemah Pertama memiliki tugas: Bagian Kesatu Penerjemah Pertama Pasal 8 a. melakukan kegiatan persiapan penerjemahan tulis dan lisan; b. menerjemahkan secara tulis berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia; c. menyunting terjemahan berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia;

6 d. menyusun berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia; e. menyunting berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia; dan f. menulis karya ilmiah di bidang penerjemahan, bahasa, atau sastra. Pasal 9 Setiap Penerjemah Pertama minimal harus memiliki kompetensi umum sebagai berikut: 1. kemahiran berbahasa; 2. konteks sosial budaya; 3. kaidah penggunaan istilah bidang ilmu; 4. pengetahuan umum; 5. analisis makna; 6. analisis inferensial; 7. strategi penerjemahan teks umum; dan 8. kaidah penulisan karya ilmiah non akademik; 1. mampu melakukan kegiatan persiapan penerjemahan tulis dan lisan; 2. mampu membaca dengan kritis; 3. mampu merangkum informasi; 4. mampu menelusuri dokumen; 5. mampu melakukan analisis makna; 6. mampu melakukan analisis inferensial; 7. mampu menerjemahkan dengan akurat; 8. mampu menggunakan media dan alat penerjemahan; dan 9. mampu menulis karya ilmiah dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar; b. Sikap Kerja, yaitu: 1. jujur; 2. disiplin; 3. tekun; 4. cermat; 5. bertanggung jawab;

7 6. dapat bekerja sama; dan 7. mampu menjaga rahasia. Pasal 10 Dalam melaksanakan tugas penerjemahan tulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, huruf b, dan huruf c, Penerjemah Pertama harus memiliki kompetensi spesifik penerjemahan tulis sebagai berikut: 1. dasar penyuntingan; dan 2. dasar penyelarasan aksara; 1. mampu menyunting terjemahan; dan 2. mampu menyelaraskan aksara dalam teks terjemahan. Pasal 11 Dalam melaksanakan tugas penyusunan naskah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d dan huruf e, Penerjemah Pertama harus memiliki kompetensi spesifik penyusunan naskah sebagai berikut: 1. dasar penulisan naskah; dan 2. ragam dan laras bahasa; b. Kecakapan, yaitu mampu menyusun naskah umum bahasa Indonesia untuk diterjemahkan. Penerjemah Muda memiliki tugas: Bagian Kedua Penerjemah Muda Pasal 12 a. menerjemahkan secara tulis berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia dan dari bahasa Indonesia ke bahasa asing dan/atau bahasa daerah; b. menyunting terjemahan berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia dan dari bahasa Indonesia ke bahasa asing dan/atau bahasa daerah; c. menerjemahkan secara lisan dengan membaca naskah ( sight translation); d. menerjemahkan secara lisan konsekutif, yaitu penerjemahan yang dilakukan dengan cara mendengarkan tuturan dalam suatu bahasa

8 dalam beberapa kalimat kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain, setelah itu dilanjutkan dengan penerjemahan dengan cara yang sama sampai selesai; e. menyusun berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah; f. menyunting berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah; dan g. menulis karya ilmiah di bidang penerjemahan, bahasa, atau sastra. Pasal 13 Setiap Penerjemah Muda minimal harus memiliki kompetensi umum sebagai berikut: 1. kemahiran berbahasa untuk keperluan khusus; 2. analisis teks untuk kepentingan penerjemahan; 3. analisis wacana untuk kepentingan penerjemahan; 4. keberterimaan teks terjemahan; 5. kaidah penyusunan istilah; 6. pengetahuan aktual; 7. strategi penerjemahan teks khusus; dan 8. kaidah penulisan karya ilmiah akademik; 1. mampu menerjemahkan secara metodis; 2. mampu menyusun sintesis teks dan tuturan; 3. mampu melakukan analisis teks untuk kepentingan penerjemahan; 4. mampu melakukan analisis wacana untuk kepentingan penerjemahan; dan 5. mampu mengelola tekanan tugas (stress management); c. Sikap Kerja, yaitu kritis dan kreatif. Pasal 14 Dalam melaksanakan tugas penerjemahan tulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a dan huruf b, Penerjemah Muda harus memiliki kompetensi spesifik penerjemahan tulis sebagai berikut: 1. kaidah evaluasi untuk penyuntingan; dan

9 2. kaidah penyuntingan teks khusus; 1. mampu menyunting terjemahan teks khusus; dan 2. mampu menyunting dan memadatkan terjemahan. Pasal 15 Dalam melaksanakan tugas penerjemahan lisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c dan huruf d, Penerjemah Muda harus memiliki kompetensi spesifik penerjemahan lisan sebagai berikut: 1. teknik penerjemahan lisan dengan membaca naskah (sight translation); 2. teknik penerjemahan lisan konsekutif; dan 3. pengetahuan protokoler; 1. mampu mencatat dengan cepat; 2. mampu menangkap dan mengingat pesan; dan 3. mampu melaksanakan aturan-aturan protokoler dalam penerjemahan lisan. Pasal 16 Dalam melaksanakan tugas penyusunan naskah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e dan huruf f, Penerjemah Muda harus memiliki kompetensi spesifik penyusunan naskah sebagai berikut: 1. gaya penulisan naskah umum; dan 2. ragam dan laras bahasa dalam naskah umum. 1. mampu menyusun naskah khusus untuk diterjemahkan; dan 2. mampu menyunting naskah umum untuk diterjemahkan. Penerjemah Madya memiliki tugas: Bagian Ketiga Penerjemah Madya Pasal 17

10 a. menerjemahkan secara tulis berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia atau sebaliknya dan dari bahasa asing ke bahasa daerah atau sebaliknya; b. menyunting terjemahan berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia atau sebaliknya dan dari bahasa asing ke bahasa daerah atau sebaliknya; c. menyelia suntingan terjemahan berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia atau sebailknya; d. menerjemahkan secara lisan simultan, yaitu penerjemahan yang dilakukan secara bersamaan dengan tuturan yang disampaikan dalam suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain; e. menyusun berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah dan/atau bahasa asing; f. menyunting berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah dan/atau bahasa asing; g. menyelia berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah; h. menulis karya ilmiah di bidang penerjemahan, bahasa, dan sastra; dan i. menyusun metode, teknik, dan prosedur penerjemahan. Pasal 18 Setiap Penerjemah Madya minimal harus memiliki kompetensi umum sebagai berikut: 1. kemahiran berbahasa untuk keperluan profesional; 2. perubahan makna akibat konteks sosial budaya; 3. analisis situasi komunikasi; 4. kaidah penyusunan kamus umum; dan 5. pengetahuan ensiklopedik dan tematik; 1. mampu melakukan analisis situasi komunikasi; 2. mampu menerjemahkan teks khusus; 3. mampu menilai keilmiahan karya; dan 4. mampu menyusun kamus umum; c. Sikap Kerja, yaitu motivatif dan inovatif.

11 Pasal 19 Dalam melaksanakan tugas penerjemahan tulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, huruf b, dan huruf c, Penerjemah Madya harus memiliki kompetensi spesifik penerjemahan tulis sebagai berikut: 1. teknik penyuntingan dengan pemadatan; dan 2. teknik penyeliaan teks umum; 1. mampu melakukan kritik terjemahan; dan 2. mampu melakukan penyeliaan; Pasal 20 Dalam melaksanakan tugas penerjemahan lisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf d, Penerjemah Madya harus memiliki kompetensi spesifik penerjemahan lisan sebagai berikut: a. Pengetahuan, yaitu teknik penerjemahan lisan simultan; b. Kecakapan, yaitu mampu berbicara di depan publik. Pasal 21 Dalam melaksanakan tugas penyusunan naskah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf e, huruf f, dan huruf g, Penerjemah Madya harus memiliki kompetensi spesifik penyusunan naskah sebagai berikut: 1. gaya penulisan naskah khusus; dan 2. ragam dan laras bahasa dalam naskah khusus; 1. mampu menyunting naskah khusus untuk diterjemahkan; dan 2. mampu menyelia naskah umum untuk diterjemahkan. Penerjemah Utama memiliki tugas: Bagian Keempat Penerjemah Utama Pasal 22 a. Menerjemahkan secara tulis berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia atau sebaliknya, dan dari bahasa asing ke bahasa daerah atau sebaliknya, serta dari bahasa asing yang satu ke bahasa asing lainnya; b. menyunting terjemahan tulis berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia atau sebaliknya, dan

12 dari bahasa asing ke bahasa daerah atau sebaliknya, serta dari bahasa asing yang satu ke bahasa asing lainnya; c. menyelia suntingan terjemahan berbagai jenis teks dari bahasa asing ke daerah atau sebaliknya dan dari bahasa asing yang satu ke bahasa asing lainnya; d. menyusun berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah dan/atau bahasa asing; e. menyunting berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah dan/atau bahasa asing; f. menyelia suntingan berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah dan/atau bahasa asing; g. menulis karya ilmiah di bidang penerjemahan, bahasa, dan sastra; dan h. melakukan evaluasi dan kajian guna penyempurnaan metode, teknik, dan prosedur penerjemahan. Pasal 23 Setiap Penerjemah Utama minimal harus memiliki kompetensi umum sebagai berikut: 1. kemahiran berbahasa untuk keperluan akademis; 2. kaidah penyusunan glosarium dan kamus istilah; dan 3. pengetahuan wacana; 1. mampu menilai terjemahan; dan 2. mampu menyusun glosarium dan kamus istilah; c. Sikap Kerja, yaitu adaptif dan mampu mengendalikan diri. Pasal 24 Dalam melaksanakan tugas penerjemahan tulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, huruf b, dan huruf c, Penerjemah Utama harus memiliki kompetensi spesifik penerjemahan tulis sebagai berikut: 1. kaidah evaluasi untuk kritik terjemahan; dan 2. teknik penyeliaan teks khusus; 1. mampu mengevaluasi untuk kritik terjemahan; dan 2. mampu melakukan penyeliaan teks khusus;

13 Pasal 25 Dalam melaksanakan tugas penyusunan naskah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d, huruf e, dan huruf f, Penerjemah Utama harus memiliki kompetensi spesifik penyusunan naskah sebagai berikut: a. Pengetahuan, yaitu penggunaan ragam dan laras bahasa; b. Kecakapan, yaitu mampu menyelia naskah khusus untuk diterjemahkan. Bagian Kelima Kode Etik Penerjemah Pasal 26 Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 12, Pasal 17, dan Pasal 22, Penerjemah wajib mematuhi kode etik Penerjemah. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Desember 2013 MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, SUDI SILALAHI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 27 Desember 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN