BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2014 KEMENSESNEG. Penerjemah. Fungsional. Standar Kompetensi. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/24/M.PAN/5/2006 tentang Jabatan Fungsional Penerjemah dan Angka Kreditnya, Kementerian Sekretariat Negara ditetapkan sebagai Instansi Pembina Jabatan Fungsional Penerjemah; b. bahwa dalam rangka meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Pejabat Fungsional Penerjemah, perlu menyusun Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sekretaris Negara tentang Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035);
2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4019); 4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara Lainnya; 5. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 6. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2010 tentang Kementerian Sekretariat Negara; 7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/24/M.PAN/5/2006 tentang Jabatan Fungsional Penerjemah dan Angka Kreditnya; 8. Peraturan Bersama Menteri Sekretaris Negara dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2007 dan Nomor 22 Tahun 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penerjemah dan Angka Kreditnya, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bersama Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 4 Tahun 2010 dan Nomor 16 Tahun 2010; 9. Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 2 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sekretariat Negara; 10. Peraturan Menteri Sekretaris Negara Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pendidikan dan Pelatihan
3 Penjenjangan Fungsional Penerjemah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 950); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah adalah persyaratan kompetensi minimal Jabatan Fungsional Penerjemah. 2. Penerjemah adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan penerjemahan, baik secara tertulis maupun secara lisan, penyusunan naskah, serta pengembangan, peningkatan, dan pengendalian kualitas penerjemah dan penerjemahan. 3. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, kecakapan, dan sikap kerja yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Penerjemah dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 4. Pengetahuan adalah pemahaman atas segala aspek dalam pekerjaan yang berkaitan dengan bahan, alat, proses, hasil dan hal-hal lain yang mendasarinya. 5. Kecakapan atau kemahiran adalah suatu bentuk kemampuan penggunaan fisik (organ tubuh) dan/atau mental (daya nalar atau daya pikir) yang diaktualisasikan dalam praktik. 6. Sikap kerja atau kualitas pribadi adalah perpaduan antara penampilan ( performance) dan perilaku ( behaviour) berbentuk penguasaan atau pengendalian diri atau pemilikan sifat interaktif dalam beraktivitas. 7. Kompetensi umum adalah kompetensi dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap Penerjemah untuk melaksanakan penerjemahan tulis, penerjemahan lisan, dan/atau penyusunan naskah. 8. Kompetensi spesifik adalah kompetensi khusus minimal yang harus dimiliki Penerjemah guna melaksanakan kegiatan penerjemahan tulis, penerjemahan lisan, dan/atau penyusunan naskah. 9. Penerjemahan tulis adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari suatu bahasa ke bahasa yang lain.
4 10. Kompetensi spesifik penerjemahan tulis adalah kompetensi khusus minimal yang harus dimiliki oleh Penerjemah guna melaksanakan kegiatan penerjemahan tulis. 11. Penerjemahan lisan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara lisan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain. 12. Kompetensi spesifik penerjemahan lisan adalah kompetensi khusus minimal yang harus dimiliki oleh Penerjemah guna melaksanakan kegiatan penerjemahan lisan. 13. Penyusunan naskah adalah kegiatan menulis naskah dalam suatu bahasa, yang akan digunakan sebagai teks untuk diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain. 14. Kompetensi spesifik penyusunan naskah adalah kompetensi khusus minimal yang harus dimiliki oleh Penerjemah untuk menyusun naskah dalam suatu bahasa guna diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain. 15. Teks adalah bahan tertulis yang telah tersusun untuk diterjemahkan. 16. Naskah adalah bahan tertulis yang berupa rancangan yang disusun untuk menjadi teks bahan terjemahan. Pasal 2 Setiap Penerjemah dalam melaksanakan tugasnya harus memenuhi Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah. BAB II JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH Pasal 3 (1) Setiap Penerjemah harus memiliki kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah sesuai dengan jenjang Jabatan Fungsional Penerjemah. (2) Jenjang Jabatan Fungsional Penerjemah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Penerjemah Pertama, Penerjemah Muda, Penerjemah Madya, dan Penerjemah Utama. Pasal 4 Penerjemah pada setiap jenjang Jabatan Fungsional Penerjemah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) harus memiliki kompetensi pada jenjang jabatan sebelumnya. BAB III JENIS, RANAH, DAN PEMENUHAN KOMPETENSI Pasal 5 (1) Jenis kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah terdiri atas:
5 a. kompetensi umum; dan b. kompetensi spesifik. (2) Kompetensi umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus dimiliki oleh setiap Penerjemah pada masing-masing jenjang Jabatan Fungsional Penerjemah. (3) Kompetensi spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. kompetensi spesifik penerjemahan tulis; b. kompetensi spesifik penerjemahan lisan; dan c. kompetensi spesifik penyusunan naskah. Pasal 6 (1) Ranah kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) terdiri atas: a. Pengetahuan; b. Kecakapan; c. Sikap Kerja. (2) Rincian dan deskripsi kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah untuk setiap ranah kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 7 Pemenuhan kompetensi Jabatan Fungsional Penerjemah dilaksanakan dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional dan teknis Penerjemah. BAB IV TUGAS DAN KOMPETENSI PENERJEMAH Penerjemah Pertama memiliki tugas: Bagian Kesatu Penerjemah Pertama Pasal 8 a. melakukan kegiatan persiapan penerjemahan tulis dan lisan; b. menerjemahkan secara tulis berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia; c. menyunting terjemahan berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia;
6 d. menyusun berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia; e. menyunting berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia; dan f. menulis karya ilmiah di bidang penerjemahan, bahasa, atau sastra. Pasal 9 Setiap Penerjemah Pertama minimal harus memiliki kompetensi umum sebagai berikut: 1. kemahiran berbahasa; 2. konteks sosial budaya; 3. kaidah penggunaan istilah bidang ilmu; 4. pengetahuan umum; 5. analisis makna; 6. analisis inferensial; 7. strategi penerjemahan teks umum; dan 8. kaidah penulisan karya ilmiah non akademik; 1. mampu melakukan kegiatan persiapan penerjemahan tulis dan lisan; 2. mampu membaca dengan kritis; 3. mampu merangkum informasi; 4. mampu menelusuri dokumen; 5. mampu melakukan analisis makna; 6. mampu melakukan analisis inferensial; 7. mampu menerjemahkan dengan akurat; 8. mampu menggunakan media dan alat penerjemahan; dan 9. mampu menulis karya ilmiah dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar; b. Sikap Kerja, yaitu: 1. jujur; 2. disiplin; 3. tekun; 4. cermat; 5. bertanggung jawab;
7 6. dapat bekerja sama; dan 7. mampu menjaga rahasia. Pasal 10 Dalam melaksanakan tugas penerjemahan tulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, huruf b, dan huruf c, Penerjemah Pertama harus memiliki kompetensi spesifik penerjemahan tulis sebagai berikut: 1. dasar penyuntingan; dan 2. dasar penyelarasan aksara; 1. mampu menyunting terjemahan; dan 2. mampu menyelaraskan aksara dalam teks terjemahan. Pasal 11 Dalam melaksanakan tugas penyusunan naskah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d dan huruf e, Penerjemah Pertama harus memiliki kompetensi spesifik penyusunan naskah sebagai berikut: 1. dasar penulisan naskah; dan 2. ragam dan laras bahasa; b. Kecakapan, yaitu mampu menyusun naskah umum bahasa Indonesia untuk diterjemahkan. Penerjemah Muda memiliki tugas: Bagian Kedua Penerjemah Muda Pasal 12 a. menerjemahkan secara tulis berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia dan dari bahasa Indonesia ke bahasa asing dan/atau bahasa daerah; b. menyunting terjemahan berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia dan dari bahasa Indonesia ke bahasa asing dan/atau bahasa daerah; c. menerjemahkan secara lisan dengan membaca naskah ( sight translation); d. menerjemahkan secara lisan konsekutif, yaitu penerjemahan yang dilakukan dengan cara mendengarkan tuturan dalam suatu bahasa
8 dalam beberapa kalimat kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa yang lain, setelah itu dilanjutkan dengan penerjemahan dengan cara yang sama sampai selesai; e. menyusun berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah; f. menyunting berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah; dan g. menulis karya ilmiah di bidang penerjemahan, bahasa, atau sastra. Pasal 13 Setiap Penerjemah Muda minimal harus memiliki kompetensi umum sebagai berikut: 1. kemahiran berbahasa untuk keperluan khusus; 2. analisis teks untuk kepentingan penerjemahan; 3. analisis wacana untuk kepentingan penerjemahan; 4. keberterimaan teks terjemahan; 5. kaidah penyusunan istilah; 6. pengetahuan aktual; 7. strategi penerjemahan teks khusus; dan 8. kaidah penulisan karya ilmiah akademik; 1. mampu menerjemahkan secara metodis; 2. mampu menyusun sintesis teks dan tuturan; 3. mampu melakukan analisis teks untuk kepentingan penerjemahan; 4. mampu melakukan analisis wacana untuk kepentingan penerjemahan; dan 5. mampu mengelola tekanan tugas (stress management); c. Sikap Kerja, yaitu kritis dan kreatif. Pasal 14 Dalam melaksanakan tugas penerjemahan tulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a dan huruf b, Penerjemah Muda harus memiliki kompetensi spesifik penerjemahan tulis sebagai berikut: 1. kaidah evaluasi untuk penyuntingan; dan
9 2. kaidah penyuntingan teks khusus; 1. mampu menyunting terjemahan teks khusus; dan 2. mampu menyunting dan memadatkan terjemahan. Pasal 15 Dalam melaksanakan tugas penerjemahan lisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c dan huruf d, Penerjemah Muda harus memiliki kompetensi spesifik penerjemahan lisan sebagai berikut: 1. teknik penerjemahan lisan dengan membaca naskah (sight translation); 2. teknik penerjemahan lisan konsekutif; dan 3. pengetahuan protokoler; 1. mampu mencatat dengan cepat; 2. mampu menangkap dan mengingat pesan; dan 3. mampu melaksanakan aturan-aturan protokoler dalam penerjemahan lisan. Pasal 16 Dalam melaksanakan tugas penyusunan naskah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e dan huruf f, Penerjemah Muda harus memiliki kompetensi spesifik penyusunan naskah sebagai berikut: 1. gaya penulisan naskah umum; dan 2. ragam dan laras bahasa dalam naskah umum. 1. mampu menyusun naskah khusus untuk diterjemahkan; dan 2. mampu menyunting naskah umum untuk diterjemahkan. Penerjemah Madya memiliki tugas: Bagian Ketiga Penerjemah Madya Pasal 17
10 a. menerjemahkan secara tulis berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia atau sebaliknya dan dari bahasa asing ke bahasa daerah atau sebaliknya; b. menyunting terjemahan berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia atau sebaliknya dan dari bahasa asing ke bahasa daerah atau sebaliknya; c. menyelia suntingan terjemahan berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia atau sebailknya; d. menerjemahkan secara lisan simultan, yaitu penerjemahan yang dilakukan secara bersamaan dengan tuturan yang disampaikan dalam suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain; e. menyusun berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah dan/atau bahasa asing; f. menyunting berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah dan/atau bahasa asing; g. menyelia berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah; h. menulis karya ilmiah di bidang penerjemahan, bahasa, dan sastra; dan i. menyusun metode, teknik, dan prosedur penerjemahan. Pasal 18 Setiap Penerjemah Madya minimal harus memiliki kompetensi umum sebagai berikut: 1. kemahiran berbahasa untuk keperluan profesional; 2. perubahan makna akibat konteks sosial budaya; 3. analisis situasi komunikasi; 4. kaidah penyusunan kamus umum; dan 5. pengetahuan ensiklopedik dan tematik; 1. mampu melakukan analisis situasi komunikasi; 2. mampu menerjemahkan teks khusus; 3. mampu menilai keilmiahan karya; dan 4. mampu menyusun kamus umum; c. Sikap Kerja, yaitu motivatif dan inovatif.
11 Pasal 19 Dalam melaksanakan tugas penerjemahan tulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, huruf b, dan huruf c, Penerjemah Madya harus memiliki kompetensi spesifik penerjemahan tulis sebagai berikut: 1. teknik penyuntingan dengan pemadatan; dan 2. teknik penyeliaan teks umum; 1. mampu melakukan kritik terjemahan; dan 2. mampu melakukan penyeliaan; Pasal 20 Dalam melaksanakan tugas penerjemahan lisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf d, Penerjemah Madya harus memiliki kompetensi spesifik penerjemahan lisan sebagai berikut: a. Pengetahuan, yaitu teknik penerjemahan lisan simultan; b. Kecakapan, yaitu mampu berbicara di depan publik. Pasal 21 Dalam melaksanakan tugas penyusunan naskah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf e, huruf f, dan huruf g, Penerjemah Madya harus memiliki kompetensi spesifik penyusunan naskah sebagai berikut: 1. gaya penulisan naskah khusus; dan 2. ragam dan laras bahasa dalam naskah khusus; 1. mampu menyunting naskah khusus untuk diterjemahkan; dan 2. mampu menyelia naskah umum untuk diterjemahkan. Penerjemah Utama memiliki tugas: Bagian Keempat Penerjemah Utama Pasal 22 a. Menerjemahkan secara tulis berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia atau sebaliknya, dan dari bahasa asing ke bahasa daerah atau sebaliknya, serta dari bahasa asing yang satu ke bahasa asing lainnya; b. menyunting terjemahan tulis berbagai jenis teks dari bahasa asing dan/atau bahasa daerah ke bahasa Indonesia atau sebaliknya, dan
12 dari bahasa asing ke bahasa daerah atau sebaliknya, serta dari bahasa asing yang satu ke bahasa asing lainnya; c. menyelia suntingan terjemahan berbagai jenis teks dari bahasa asing ke daerah atau sebaliknya dan dari bahasa asing yang satu ke bahasa asing lainnya; d. menyusun berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah dan/atau bahasa asing; e. menyunting berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah dan/atau bahasa asing; f. menyelia suntingan berbagai jenis naskah dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah dan/atau bahasa asing; g. menulis karya ilmiah di bidang penerjemahan, bahasa, dan sastra; dan h. melakukan evaluasi dan kajian guna penyempurnaan metode, teknik, dan prosedur penerjemahan. Pasal 23 Setiap Penerjemah Utama minimal harus memiliki kompetensi umum sebagai berikut: 1. kemahiran berbahasa untuk keperluan akademis; 2. kaidah penyusunan glosarium dan kamus istilah; dan 3. pengetahuan wacana; 1. mampu menilai terjemahan; dan 2. mampu menyusun glosarium dan kamus istilah; c. Sikap Kerja, yaitu adaptif dan mampu mengendalikan diri. Pasal 24 Dalam melaksanakan tugas penerjemahan tulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, huruf b, dan huruf c, Penerjemah Utama harus memiliki kompetensi spesifik penerjemahan tulis sebagai berikut: 1. kaidah evaluasi untuk kritik terjemahan; dan 2. teknik penyeliaan teks khusus; 1. mampu mengevaluasi untuk kritik terjemahan; dan 2. mampu melakukan penyeliaan teks khusus;
13 Pasal 25 Dalam melaksanakan tugas penyusunan naskah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf d, huruf e, dan huruf f, Penerjemah Utama harus memiliki kompetensi spesifik penyusunan naskah sebagai berikut: a. Pengetahuan, yaitu penggunaan ragam dan laras bahasa; b. Kecakapan, yaitu mampu menyelia naskah khusus untuk diterjemahkan. Bagian Kelima Kode Etik Penerjemah Pasal 26 Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 12, Pasal 17, dan Pasal 22, Penerjemah wajib mematuhi kode etik Penerjemah. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Desember 2013 MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, SUDI SILALAHI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 27 Desember 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN