BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Karbon Aktif dari BFA dengan Aktifasi Kimia Menggunakan KOH Kapasitas Ton/Tahun. A.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

DAUR ULANG LIMBAH HASIL INDUSTRI GULA (AMPAS TEBU / BAGASSE) DENGAN PROSES KARBONISASI SEBAGAI ARANG AKTIF

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

I. PENDAHULUAN. sangat pesat. Setiap tahunnya berdiri industri-industri baru yang berskala besar.

Mengapa Air Sangat Penting?

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

PGRI. Oleh: Efri Grcsinta, M.ptt.Si (030610g701) MIPA FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JAKARTA LAPORAN PENBLITIAN

BAB.I 1. PENDAHULUAN. Limbah pada umumnya adalah merupakan sisa olahan suatu pabrik atau industri.

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK PRODUKSI KARBON AKTIF DENGAN AKTIVASI KIMIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan minyak bumi terus-menerus sebagai bahan bakar dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam yang potensial, didukung dengan keadaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis minyak pada pertengahan 1970-an, harga bahan bakar minyak

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH FLY ASH PABRIK GULA DENGAN PEREKAT LUMPUR LAPINDO

PEMBUATAN DAN KUALITAS ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan konsumsi terbesar pemakaian

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur di tiap-tiap wilayah semakin meningkat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis seperti di pesisir pantai dan dataran tinggi seperti lereng gunung.

PRODUKSI KARBON AKTIF DARI BAMBU ANDONG (GIGANTOCHLOA VERTICILLATA) MENGGUNAKAN ACTIVATING AGENT ZnCl 2 DAN CO 2. Abstrak

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

2012, No BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DENGAN MEDIA ABSORBSI KARBON AKTIF JENIS GAC DAN PAC

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Pemanfaatan Limbah Biomassa Pertanian untuk Sumber Daya Selain Energi

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas kinerja beton dengan meningkatkan kualitas campuran beton.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Frita Yuliati Herri Susanto

PENGARUH JUMLAH UMPAN TERHADAP WAKTU TINGGAL DAN MUTU KARBON AKTIF DARI SEMIKOKAS AIR LAYA

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah yang salah satu hasil utamanya berasal dari sektor pertanian berupa tebu. Indonesia merupakan salah satu negara dengan produksi gula tebu terbesar dengan produksi tahunan di atas 2,2 juta ton pada tahun 2011 (Sumber : BPS). Dari hasil produksi gula tebu tersebut, akan menghasilkan limbah yang berupa ampas tebu dan abu ampas tebu yang berasal dari boiler berbahan bakar ampas tebu dalam jumlah besar. Bagasse atau ampas tebu adalah zat padat dari tebu yang diperoleh sebagai sisa dari pengolahan tebu pada industri pengolahan gula pasir. Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), ampas tebu (bagasse) yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu yang digiling. Dari jumlah 32% tersebut, 60%-nya digunakan untuk bahan bakar ketel (boiler), sedangkan kelebihannya dijual dan banyak dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan kertas, media pertumbuhan jamur merang dan industri pembuatan papan papan buatan. Abu yang tersisa, menyebabkan pencemaran udara dan air untuk sekitar area pabrik karena partikelnya yang halus. Berdasarkan sumber pengambilannya, abu ampas tebu dibedakan menjadi fly ash atau bottom ash yang disebut dengan bagasse bottom ash (BBA) dan bagasse fly ash (BFA). BFA merupakan abu terbang yang dikumpulkan dari cerobong boiler, sedangkan BBA merupakan sisa hasil pembakaran dari boiler. Sementara ini BFA digunakan sebagai tanah penimbun (landfilling) dan sebagian digunakan sebagai filler (pengisi) pada material bangunan dan papan kertas serta papan kayu. Secara umum, penelitian untuk memanfaatkan BFA dilakukan dalam berbagai aplikasi langsung dari BFA sebagai adsorben untuk kontaminan tertentu, seperti logam berat, polutan organik, pewarna dan limbah tertentu. Pemanfaatan Mahfudl Sidiq Muhayyat (09/289115/TK/36008) 1

langsung dimungkinkan karena BFA memiliki luas permukaan yang cukup besar sehingga digunakan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif. Pemanfaatan limbah biomassa untuk produksi karbon aktif memiliki dampak positif untuk mengurangi limbah padat organik. Namun, hanya limbah biomasa seperti batok kelapa dan batu zaitun yang dapat melanjutkan ke skala komersial. Hambatan utama pemanfaatan limbah biomassa jenis lain untuk diproduksi dalam skala besar adalah masalah pasokan. Karbon aktif merupakan padatan dengan bahan dasar karbon berpori yang memiliki luas permukaan yang sangat tinggi yaitu di atas 600 m 2 /gram. Kegunaan karbon aktif sangat bervariasi mulai dari obat penjerap racun, penjerap bau atau gas, untuk pengolahan air,sampai dengan penyangga katalis. Karbon aktif banyak digunakan oleh perusahaan ataupun pabrik, misalnya sebagai pembersih air, pemurnian gas, industri gula, pengolahan limbah cair dan sebagainya. Dalam dunia industri, karbon aktif sangat diperlukan karena dapat mengadsorbsi bau, warna, gas, dan logam. Menurut www.worldprline.com permintaan karbon aktif akan terus meningkat sebesar 9% per tahun sampai dengan 2014 dan konsumsi karbon aktif dunia tahun 2014 diperkirakan 1,7 juta ton per tahun. Indonesia sendiri memiliki data ekspor impor karbon aktif sebagai berikut : No Tahun Impor ( Kg/Tahun) Ekspor ( Kg/Tahun) 1 2007 7.943.320 76.324.910 2 2008 8.126.032 27.005.688 3 2009 10.739.130 24.791.393 4 2010 11.220.900 24.791.393 5 2011 14.064.160 21.652.271 Mahfudl Sidiq Muhayyat (09/289115/TK/36008) 2

Hal ini memperlihatkan bahwa karbon aktif masih memiliki prospek ekspor yang bagus. Fenomena ini menggambarkan bahwa arus pasar karbon aktif baik di dalam maupun luar negeri masih terbuka lebar. Oleh karena itu, pabrik karbon aktif dari baggase fly ash merupakan investasi yang cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut dengan melakukan estimasi kelayakan investasi melalui prarancangan pabrik kimia karbon aktif dari baggase fly ash. B. TinjauanPustaka Proses pembuatan karbon aktif terdiri dari dua proses, yaitu karbonisasi dan aktivasi produk dari proses karbonisasi menjadi karbon aktif. Menurut Astuti(1990), secara umum proses karbonisasi sempurna adalah pemanasan bahan baku tanpa adanya udara sampai temperatur yang cukup tinggi untuk mengeringkan dan menguapkan senyawa dalam karbon. Pada proses ini terjadi dekomposisi termal dari bahan yang mengandung karbon dan menghilangkan spesies non karbonnya. Pada proses ini akan terbentuk char, selain itu karbonisasi juga menghasilkan gas, dan cairan, walaupun dalam jumlah yang sedikit. ( Karaosmanoglu, Tetik, and Gollu,1999) Proses selanjutnya yaitu aktivasi karbon yang dihasilkan dari proses karbonisasi. Dalam proses aktivasi bertujuan untuk meningkatkan volume dan memperbesar diameter pori setelah mengalami proses karbonisasi dan meningkatkan penyerapan. Pada umumnya terdapat tiga metode proses aktifasi, yaitu aktivasi kimia (Chemical Activation), aktivasi fisika (Physical Activation), dan Physiochemical Activation. 1. Aktivasi kimia Pada aktivasi kimia, kedua proses karbonisasi dan aktivasi dapat berlangsung dalam satu proses dengan adanya agen kimia (one step activation method). Aktivasi kimia biasanya dilakukan pada suhu operasi yang lebih rendah daripada aktivasi fisika. Dalam proses aktivasi kimia, bahan kimia memainkan peran utama dalam memperbesar struktur pori karbon sebagai pengganti Mahfudl Sidiq Muhayyat (09/289115/TK/36008) 3

pemanasan suhu tinggi pada aktivasi fisika. Sementara itu, yield karbon yang dihasilkan dari aktivasi kimia lebih besar daripada dengan aktivasi fisika. Terdapat beberapa agen kimia yang pernah digunakan untuk membuat berbagai macam karbon aktif, diantaranya adalah KOH, NaOH, H 3 PO 4, ZnCl 2 and H 2 SO 4. Dari bahan tersebut memiliki dehydrating properties yang akan mempengaruhi dekomposisi pirolitik, menghambat terbentuknya tar selama proses karbonisasi, dan meningkatkan yield karbon. Proses aktivasi kimia dengan KOH sangat menarik karena dapat menghasilkan karbon aktif yang sangat porous (micropores). Lillo-R odenas et al. mengemukakan formula aktivasi dengan KOH sebagai berikut : 3KOH(l) + C K(g,l) + K 2 CO 3 + 1.5H 2 (g) 2. Aktivasi fisika Aktivasi fisika, juga dikenal sebagai dua langkah proses aktivasi, dan pada umumnya digunakan dalam skala komersial dalam produksi karbon aktif. Aktivasi fisika terdiri dari karbonisasi bahan diikuti dengan proses aktivasi produk char dengan menggunakan agen gas pengaktif. Pada tahap karbonisasi, terjadi proses pengurangan kelembaban dan volatilitas bahan. Setelah itu, dilakukan gasifikasi dengan agen pengoksidasi untuk meningkatkan porositas. Prosedur umum dari metode aktivasi ini adalah pemanasan pada suhu yang relatif tinggi (>800 o C). Selama pemanasan, inert gas dialirkan untuk meminimalisasi karbon yang terbakar. Kemudian, gas aktivasi dialirkan ketika suhu maksimum telah tercapai selama waktu telah ditentukan. Gas aktivasi yang biasa digunakan untuk metode ini adalah gas CO 2, steam, dan udara. Dalam aktivasi fisika, eliminasi sebagian besar massa karbon internal diperlukan untuk memperoleh struktur karbon yang baik. Reaksi aktivasi fisika dapat disederhanakan sebagai berikut : C + CO 2 2CO ΔH 298K = 159,7 kj mol-1 C + H 2 O CO + H 2 ΔH 298K = 118,9 kj mol-1 3. Physiochemical Activation Beberapa penulis mengusulkan kombinasi antara aktivasi kimia dengan aktivasi fisika menggunakan CO 2 untuk menyempurnakan proses aktivasi Mahfudl Sidiq Muhayyat (09/289115/TK/36008) 4

sehingga memperoleh pororsitas yang optimal pada suhu aktivasi yang relatif rendah. Physiochemical activation sebagian besar dilakukan pada suhu 600-850 o C dengan adanya dehydrating agent (KOH, Zn Cl 2, atau H 3 PO 4 ) dan oxidizing agent seperti CO 2 atau steam untuk meberikan efek gasifikasi lebih lanjut. Dalam proses pembuatan karbon aktif dari baggase fly ash (BFA) dipilih menggunakan cara aktivasi kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BFA yang merupakan limbah dari proses produksi gula merupakan bahan yang telah terkarbonisasi, sehingga hanya membutuhkan satu langkah proses aktivasi sebelum dijadikan sebagai karbon aktif. Kelebihan aktivasi kimia adalah kondisi suhu dan tekanan operasinya relatif lebih rendah. Selain itu, efek penggunaan bahan kimia mampu meningkatkan jumlah pori-pori dalam produk. Yield karbon yang dihasilkan aktifasi kimia juga lebih tinggi daripada aktifasi fisika. Sehingga aktifasi secara kimia lebih efisien dan ekonomis dalam proses pembuatan karbon aktif dari BFA ini. Mahfudl Sidiq Muhayyat (09/289115/TK/36008) 5