BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. telah disajikan dalam bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian C. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam mewujudkan good governance. Hal ini tercermin dari kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

ABSTRAK DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... xii DARTAR TABEL... xix DAFTAR GAMBAR...

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KINERJA GURU SD. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan model merujuk

Bab 4. Visi, Misi, Tata Nilai, Tujuan Strategik, Arah Kebijakan dan Strategi Fakultas Ekonomi Unila

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. khususnya kompetensi pedagogik adalah kesadaran akan melakukan evaluasi diri

BAB I PENDAHULUAN. Era sekarang dan mendatang disebut the age of complexity and. linier-konvensional dalam menghampiri persoalan.

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB IV P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang dinginkan masyarakat, sebagai salah satu stakeholders. Pegawai

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN menjadi Rp 335 triliun di tahun Perkembangan lain yang menarik dari

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kinerja instansi adalah keunggulan pada bidang sumber daya manusia.

AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

LANDASAN IMPLEMENTASI MBS

BAB I PENDAHULUAN. Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang

I. PENDAHULUAN. adalah modal, bahan baku dan pegawai. Penelitian ini akan menitikberatkan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN, PENDAPATAN DAN ASSET DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

FORMAT 1. PENILAIAN BORANG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI. Penilaian Dokumen Perorangan. Nama Perguruan Tinggi :... Nama Asesor :... Kode Panel :...

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) UNIVERSITAS ISLAM MALANG PUSAT PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB V STRATEGI MANAJEMEN GURU YANG BERORIENTASI PEMERATAAN AKSES DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DASAR

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Desain kurikulum program produktif bidang pertanian agribisnis di ketiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen merupakan sebuah unsur penting yang harus dimiliki oleh. efektifitas dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan organisasi/perusahaan dalam menjawab tantangan bisnis di masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BABV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Dalam bab terakhir ini, penulis menguraikan kesimpulan dan saran selaras

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

PENILAIAN AIPT. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Juli 2011 BAN-PT

PENILAIAN AIPT. Skor AIPT. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Bobot (dalam %) 90

pengalaman mengajar berpengaruh terhadap kualitas kinerja dosen dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Paradigma manajemen keuangan pemerintahan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

PEDOMAN UMUM PEREKRUTAN TENAGA ADMINISTRASI AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini audit operasional semakin diperlukan dalam suatu perusahaan. Audit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

M. Budi Djatmiko. Ketua Umum APTISI Pusat Ketua Umum HPT Kes Indonesia Pengaggas Akreditasi Mandiri dan Ketua LAM APTISI

BAB I PENDAHULUAN. bagi daya saing perusahaan. Hal tersebut, menegaskan bahwa perusahaan. yang kompeten dan profesional untuk menunjang performance

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pemahaman mengenai proses perencanaan sumber daya manusia. Pemahaman mengenai proses rekrutmen. Pemahaman mengenai sumber-sumber rekrutmen

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasar deskripsi, pembahasan, dan model konseptual yang telah disajikan dalam bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan berikut ini. Pertama, rencana pengembangan mutu guru SD di Kota Tegal, tidak terlepas dari perencanaan strategik (Renstra) pengembangan pendidikan sebagai rujukannya. Pilihan model perencanaan tersebut bukan semata-mata karena mengikuti trend di berbagai daerah, tetapi didasari pengertian pihak Dinas Pendidikan dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Tegal, bahwa Renstra merupakan salah satu pendekatan yang didasarkan atas proyeksi masa depan. Renstra Pendidikan Kota Tegal dari aspek konsep dan formatnya, hampir memenuhi prinsip-prinsip komprehenshif, integral, kontinuitas, efektif dan efisien. Dari aspek prosesnya, merupakan penyempurnaan dan perbaikan atas model 261

262 perencanaan terdahulu. Sedangkan dari aspek isu strategiknya, terkait dengan kehendak membangun komitmen dan kapasitas guru sebagai agen pembelajaran. Dengan demikian, rencana pengembangan mutu guru sebagai operasionalisasi Renstra tersebut sudah mencakup the improvement of status dan the improvement of practice. Kedua, perekrutan calon peserta program pengembangan kompetensi melalui jalur pendidikan lanjut yang dibiayai APBD, terdapat kecenderungan lebih mengutamakan guru-guru yang memiliki kedekatan hubungan dengan pihak penentu kebijakan di Dinas Pendidikan maupun Badan Kepegawaian Daerah. Guruguru itu pula yang menerima informasi lebih dini daripada tenaga pendidik yang lainnya. Dalam hal seleksi, belum sepenuhnya sesuai dengan prosedur, masih ditemukan kecenderungan jalan pintas, meskipun calon yang tersaring adalah para guru yang memenuhi persyaratan dan diperkirakan mampu menyelesaikan program dengan baik. Ditinjau dari segi produktivitasnya, pelaksanaan

263 program pengembangan mutu guru SD di Kota Tegal, telah membuahkan hasil yang cukup bermakna bagi peningkatan mutu sumber daya manusianya. Hal itu antara lain ditunjukkan oleh meningkatnya proporsi jumlah guru SD yang berlatar belakang pendidikan S1, yaitu 18,27% pada tahun 2003; 21,30% pada tahun 2005; dan 24% pada tahun 2007. Meskipun proporsi guru yang berpendidikan S1 itu masih terlalu sedikit dibanding dengan yang berpendidikan D-II, tetapi hal itu dapat dipahami sebagai momentum awal untuk program pengembangan lebih lanjut. Produktivitas dapat pula dilihat dari proporsi jumlah guru SD yang diikutsertakan dalam pengembangan mutu guru melalui program-program pelatihan. Pada tahun 2003, terdapat sekitar 11,29% guru kelas SD yang diikutsertakan dalam program pelatihan. Proporsi itu meningkat menjadi 15% pada tahun 2005, dan 34,30% pada tahun 2007. Ketiga, terdapat dua pola pengawasan yang dijalankan dalam pengembangan mutu guru SD di Kota Tegal, yaitu pengawasan

264 langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan melalui pertemuan berkala antara Dinas Pendidikan dengan para guru yang sedang menempuh program pengembangan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui analisis laporan kemajuan peserta program pengembangan. Keempat, pengembangan mutu guru SD Kota Tegal berdampak positif terhadap perbaikan dan peningkatan dalam aspek-aspek: (1) latar belakang pendidikan guru; (2) kelayakan mengajar guru; (3) taraf penguasaan mata pelajaran dan wawasan kependidikan; (4) kinerja mengajar guru kelas; dan (5) angka efisiensi edukasi SD. Kelima, model konseptual pengembangan mutu guru SD yang dapat diimplementasikan dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan SD di Kota Tegal, adalah yang mempertimbangkan sejumlah asumsi dan memenuhi elemenelemen tertentu. Asumsi yang dimaksud berkenaan dengan standar kompetensi guru, posisi strategik SD dan guru SD, serta otonomi manajemen sumber daya pendidikan. Asumsi-asumsi

265 tersebut menjadi alat membangun kesamaan visi Dinas Pendidikan dan Badan Kepegawaian Daerah dalam kerangka kebijakan dan operasionalisasi pengembangan mutu guru. Adapun elemen-elemennya meliputi visi, perencanaan, dan kriteria pelaksanaannya, yang secara keseluruhan harus mendukung semangat peningkatan efisiensi, relevansi, efektivitas dan akuntabilitas manajemen pengembangan mutu kinerja guru di dalam kerangka kebijakan otonomi daerah. B. IMPLIKASI Apabila pengembangan mutu guru diposisikan sebagai leading sector di dalam konstelasi peningkatan mutu dan pemerataan akses pendidikan, maka ada beberapa implikasi manjerial yang harus mendapat perhatian dari para pemangku kebijakan dan pelaksana pendidikan di Kota Tegal. Pertama, kelembagaan Dinas Pendidikan dan Badan Kepegawaian Daerah harus berupaya menjadikan dirinya sebagai organisasi pembelajar. Dalam definisi akademik, organisasi pembelajar adalah organisasi yang ahli dalam menciptakan,

266 memperoleh dan mentransfer pengetahuan dan pandangan baru, juga ahli dalam mengubah perilaku untuk merefleksikan pengetahuan dan pandangan baru tersebut. Organisasi pembelajar adalah tempat orang-orang mengembangkan kapasitasnya secara terus-menerus untuk menciptakan hasil-hasil yang mereka inginkan, sesuai dengan pola pikir baru dan aspirasi kolektif yang bebas untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, organisasi pembelajar akan memungkinkan organisasi dan individu yang ada di dalamnya tidak terjebak kepada pengulangan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan. Perubahan pun tidak hanya bersifat polesan belaka. Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam organisasi pembelajar adalah kemampuan dan kemauan untuk belajar dan bekerja sama dalam satu tim. Di dalamnya terdapat semangat dan kemampuan seluruh anggota untuk saling mengajarkan berbagai cara dan bekerja sama sebagai satu kesatuan. Kedua, mengembangkan budaya kerja kreatif di tingkat sekolah yang berorientasi prestasi. Budaya kerja kreatif

267 memungkinkan tumbuhnya inovasi dan kreativitas. Mengembangkan budaya kreatif berarti menyediakan sarana dan memperluas peluang interaksi dengan elemen-elemen pembaharuan. Suatu organisasi yang berbudaya kerja kreatif, mampu: (1) mengembangkan kesediaan untuk menerima perubahan; (2) mendorong gagasan baru; (3) mengijinkan lebih banyak interaksi; (4) mentoleransi kegagalan; (5) menentukan sasaran yang jelas dan memberikan kebebasan untuk mencapainya; (6) memberikan penghargaan. Ketiga, reorientasi akuntabilitas pendidikan dari akuntabilitas vertikal menjadi akuntabilitas horisontal. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari otonomi manajemen pendidikan di daerah dan implementasi manajemen berbasis sekolah. Akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan bukan hanya ditujukan kepada instansi vertikal, melainkan juga kepada seluruh stakeholders pendidikan. Keharusan akuntabilitas horisontal terkait dengan paradigma otonomi daerah yang berintikan pemberdayaan masyarakat. Dalam hal penyelenggaraan pendidikan, masyarakat

268 sangat berkepentingan untuk mengetahui arah pembiayaan pendidikan, fungsi sekolah sebagai pusat layanan belajar, upaya sekolah dalam meningkatkan mutu dan memeratakan akses pendidikan. C. REKOMENDASI Sejalan dengan kesimpulan dan implikasi di atas, penulis juga mengajukan rekomendasi berikut ini. Pertama, model perencanaan apapun yang dipilih untuk pengembangan mutu guru haruslah berkontribusi terhadap tujuan dan sasaran pendidikan, komprehensif, dan efsien. Perencanaan komprehensif mencerminkan hirarki aktivitas selama proses perencanaan; setiap point aktivitas tidak hanya menunjukkan tingkatan melainkan juga sebagai satu kesatuan yang terkoordinasi. Perencanaan yang tepat akan: (1) memberikan kepekaan dan arah; (2) memfokuskan usaha-usaha yang dilakukan oleh organisasi; (3) memandu setiap kegiatan organisasi; dan (4) membantu dalam menilai kemajuan organisasi.

269 Kedua, untuk mengatasi kelemahan dalam proses rekrutmen dan seleksi guru yang akan dikembangkan, perlu ditetapkan kriteria yang efektif melalui: (1) menetapkan garis pedoman, yang berupa landasan hukum, definisi numerik, dan alternatif: (2) mengirimkan brosur dan pengumuman; (3) mengecek validitas pemenuhan persyaratan dan moralitas; (4) menilai rekomendasi atasan dan rekan kerja; (5) menilai prestasi dan kemampuan kerja; dan (6) melakukan seleksi atas dasar efesiensi dan tenaga. Sedangkan program pengembangannya harus memenuhi kriteria efisiensi, bermutu, dan relevan. Efisien merujuk kepada arti tidak hemat biaya, mudah dilaksanakan, dan tepat waktu dalam pelaksanaannya dan didukung oleh sumberdaya program yang telah tersedia. Bermutu artinya mencapai mutu proses dan mutu keluaran yang sesuai dengan rencana. Adapun kriteria keluaran program pengembangan adalah guru SD yang memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagaimana yang dipersyaratkan oleh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

270 Ketiga, proses pemantauan dan evaluasi program pengembangan mutu guru, hendaknya dijalankan dalam konteks pengendalian program. Dalam arti menjamin agar pelaksanaannya berjalan sesuai dengan rencana dan mengoreksi penyimpangan yang mendistorsi pencapaian tujuannya.