PENGUJIAN ALAT KONVERSI SAMPAH MENJADI ETANOL

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH SALAK DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

PEMANFAATAN BUAH NANAS SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL

APLIKASI PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI BERBAHAN DASAR BUAH PISANG

FERMENTASI SAMPAH BUAH MENJADI ETANOL MENGGUNAKAN BAKTERI Zymomonas mobilis. FERMENTATION OF REFUSED FRUITS FOR ETHANOL USING Zymomonas mobilis

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL DENGAN PROSES HIROLISIS H 2 SO 4 DAN FERMENTASI SACCHAROMYCES CEREVICEAE

PEMBUATAN BIOETANOL DARI UBI JALAR (Ipomea batatas) DENGAN PROSES FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

PEMANFAATAN PATI GARUT(Maranta arundinaceae) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN FERMENTASI OLEH SACHAROMYCES CEREVICEAE

PEMBUATAN BIOETANOL DARI MINUMAN SERBUK AFKIR

APLIKASI PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI BERBAHAN DASAR KULIT KETELA

PEMANFATAAN AMPAS TAHU MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA H 2 SO 4

PEMANFAATAN UMBI UWI (Dioscorea alata L) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN FERMENTASI OLEH SACHAROMYCES CEREVICEAE

LIMBAH KULIT JERUK MANIS SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL

PENGOLAHAN LIMBAH BUAH PISANG MENJADI BIOETHANOL

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

PENGUJIAN MODEL BURNER KOMPOR BIOETANOL DENGAN VARIASI VOLUME BURNER CHAMBER 50 cm 3, 54 cm 3, 60 cm 3, 70 cm 3

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN NIRA SIWALAN UNTUK PRODUKSI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Proses Pembuatan Bioetanol dari Pati Ganyong (Canna edulis Ker.) dengan Proses Fermentasi Anaerob

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

BAB VI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KAYU GELONDONGAN, MEBEL DAN KAROSERI

TUGAS AKHIR. PEMANFAATAN TALAS (Calocasia esculenta L. Schott) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

PROSES TREATMENT DENGAN MENGGUNAKAN NaOCl DAN H 2 SO 4 UNTUK MEMPERCEPAT PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH RUMPUT LAUT JENIS EUCHEUMA COTTONII

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbarui sehingga

Perancangan Desain Pisau Mesin Sampah Organik. David Gracia Hutagalung, Fedia Restu,S.T. Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI)

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

OPTIMASI KADAR BIOETHANOL DARI BAHAN BAKU SINGKONG MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

Potensi Biogas dari Pemanfaatan Janur dengan Penambahan Inokulum Kotoran Sapi

PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PEMBUATAN BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

PEMANFAATAN SINGKONG PAHIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL SECARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Saccharomyces Cerevisiae

PENGARUH FERMENTASI EM4

Ari Kurniawan Prasetyo dan Wahyono Hadi Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS. Abstrak

BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

PENGARUH PENAMBAHAN VOLUME MIKROBA DAN ENZIM TERHADAP PEMBUATAN BIOETANOL DARI SINGKONG KARET (MANIHOT GLAZIOVII M.A.)

POTENSI NIRA AREN (Arenga pinnata) SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK DAN RAJA

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS BIOETANOL MELALUI IMMOBILISASI SEL SACCHAROMYCES CEREVISIAE PADA BIJI SALAK

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

KEMAMPUAN KOTORAN SAPI DAN EM4 UNTUK MENDEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN NILAI EKONOMIS DALAM PENGOMPOSAN

ETANOL DARI HASIL HIDROLISIS ONGGOK ETHANOL FROM CASSAVA WASTE HYDROLYSIS

LAPORAN AKHIR PENGARUH RASIO UREA DAN NPK PADA PROSES PEMBUATAN BIOETANOL DARI MAHKOTA BUAH NENAS

SNTMUT ISBN:

PEMANFAATAN JAGUNG SEBAGAI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA ASAM H 2 SO 4

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

PEMBUATAN ETHANOL DARI JERAMI PADI DENGAN PROSES HIDROLISIS DAN FERMENTASI

PADA DEGRADASI SAMPAH KOTA SECARA ANAEROBIK AKIBAT PENGARUH KELEMBABAN DAN UMUR SAMPAH TES1S MAGISTER. Oleh. Tina Mulya Gantina

SNTMUT ISBN:

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI BUAH NANGKA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH BAKTERI METHANOBACTERIUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANFAATAN KULIT NANAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN BIOETANOL

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

SKRIPSI PERFORMANSI DIGESTER BIOGAS DENGAN CO SUBSTRAT LIMBAH KELAPA MUDA DAN INOKULUM KOTORAN SAPI. Oleh : Kadek Leo Adi Guna

BAB I PENDAHULUAN. rakyat di Indonesia, terlebih di Bali, yang tidak memiliki sumber energi yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI ABSTRACT ABSTRAK

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

PEMANFAATAN NIRA NIPAH

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI

LAPORAN AKHIR PENGARUH PENAMBAHAN MASSA RAGI DAN WAKTU FERMENTASI HASIL HIDROLISA PATI BIJI DURIAN MENJADI BIOETANOL

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

Nira Latifah Mukti, Wulan Aryani Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

PENGARUH PERBEDAAN STATER TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DENGAN BAHAN BAKU ECENG GONDOK

SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADA PROSES EVAPORATIVE CASTING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO ALUMUNIUM SILIKON (AL-7%SI) Oleh :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

EFEKTIFITAS DOSIS EM4 (Effective Microorganism) DALAM PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN BUAH PEPAYA

FERMENTASI ETANOL DARI SAMPAH TPS GEBANG PUTIH SURABAYA

SKRIPSI PENGARUH VARIASI RASIO KOMPRESI DAN PENINGKATAN NILAI OKTAN TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR EMPAT LANGKAH

BAB II LANDASAN TEORI

PEMBUATAN BIOETHANOL DARI AIR CUCIAN BARAS (AIR LERI) SKRIPSI. Disusun Oleh : TOMMY

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

TUGAS AKHIR PEMBUATAN BIOETANOL DARI TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN PROSES SAKARIFIKASI FERMENTASI FUNGI

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ANALISA HASIL MESIN PEMIPIL JAGUNG SKALA UKM. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

PRAKATA. Semarang, Januari Penyusun. iii

Kajian Pengaruh Ukuran Penambat Pada Fermentasi Etanol Secara Continue dengan Batu Apung Sebagai Media Penambat Pada Fermentor Kolom Fixed Bed

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bahan dasar campuran antara enceng gondok dan kotoran sapi serta air sebagai

Transkripsi:

PENGUJIAN ALAT KONVERSI SAMPAH MENJADI ETANOL I Kade Agus Sugiarta 1), I G B Wijaya Kusuma 2), I G N Nitya Santhiarsa 3) 1,2) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali 80362 Email: lc.aguz@gmail.com Abstrak Sampah Organik merupakan sampah yang dapat di kelola sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Untuk menghasilkan bioetanol diperlukan sebuah alat yang bisa mengkonversi sampah organik menjadi etanol. Batasan yang ditentukan dalam pembuatan alat konversi sampah menjadi etanol diantaranya fungsi alat untuk mengkonversi sampah menjadi etanol minimal dengan volume 250 ml per 10 kg sampah organik, divariasikan dengan temperatur 20-40 0 C, divariasikan dengan tiga macam campuran ragi dan difermentasikan selama 3 hari. Setelah alat dinyatakan dapat bekerja sesuai indikator pengujian, maka dilanjutkan dengan proses pengamatan produksi etanol. Prosedur pengujian yang diamati adalah dari segi jumlah volume etanol dan jumlah nilai kadar alkohol yang dihasilkan. Dari hasil perhitungan perencanaan alat didapatkan dimensi poros dengan diameter 12 mm, tangki sampah berdiameter 600 mm dengan panjang 800 mm serta terdapat heater, menggunakan gearbox 1:50 dan menggunakan motor listrik 0,5 Hp. Dari hasil pengujian pengamatan jumlah produksi etanol dan kadar alkoholnya dapat simpulkan bahwa jumlah volume produksi etanol dan nilai kadar alkoholnya sangat berpengaruh pada variasi campuran ragi, putaran tangki, dan temperatur yang digunakan. Hal itu dikarenakan adanya faktor-faktor yang mendukung kondisi kamir untuk memfermentasikan produk menjadi etanol. Pada temperatur 20 0 C, campuran ragi 1 serta putaran 5 rpm menunjukkan jumlah produksi etanol dan nilai kadar alkohol paling tinggi yaitu 656 ml etanol dengan kadar alkohol 16 % Kata kunci: Volume bioetanol dan kadar alkohol, perancangan alat bioetanol, sampah organik. Abstract Organic waste is a waste that can be managed as a raw material for making bioethanol. To produce bioethanol required a tool that can convert organic waste into ethanol. The limits specified in the manufacture of waste conversion tools into ethanol include a tool function for converting waste into minimal ethanol with a volume of 250 ml per 10 kg of organic waste, varied with temperatures of 20-40 0 C, varied with three different yeast mixtures and fermented for 3 days. Once the tool is declared to work according to the test indicator, then proceed with the observation process of ethanol production. The test procedure observed was in terms of the amount of ethanol volume and the amount of alcohol content produced. From the calculation of tool planning got the dimension of the shaft with a diameter of 12 mm, garbage tank diameter 600 mm with a length of 800 mm and there is a heater, using 1:50 gearbox and using 0.5 hp electric motor. From the results of the observation test the amount of ethanol production and the alcohol content can be concluded that the amount of ethanol production volume and its alcohol content value greatly influence the variation of yeast mix, tank rotation, and temperature used. This is due to the factors that support the condition of kamir to ferment the product into ethanol. At a temperature of 20 0 C, the yeast 1 and 5-rpm mixture showed the highest amount of ethanol production and alcohol content of 656 ml of ethanol with 16% alcohol content. Keywords: bioethanol volume and alcohol content, bioethanol design, organic wast. 53

1. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman, masalah yang ditimbulkan semakin beragam. Salah satunya adalah masalah sampah yang sulit sekali penanggulangannya baik itu sampah organik maupun non-organik. Sampah organik dan non-organik dalam satu harinya dikirim sebanyak 1.544 ton yang berasal dari Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar ke TPA Suwung ( Data Riset BLH Bali 2016). Sampah ini dipasok dari perumahan, perkantoran dan sampah Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengakui TPA Suwung sudah kelebihan daya tampung sampah. Saat ini, produksi sampah di TPA yang luasnya sekitar 30 hektare itu menumpuk setinggi kurang lebih 12 m lebih dan sudah berlangsung dari tahun 1984. Diakuinya kondisi sampah di lokasi itu sangat membahayakan, dan berpotensi merusak lingkungan khususnya hutan bakau di sekitar.jika dibiarkan seperti itu saja, maka sampah terus dipandang sebagai pembawa bencana besar. Sejumlah teknologi dari yang sederhana hingga yang mutakhir telah digunakan untuk mengatasi timbunan sampah khususnya sampah organik. Sampah organik dapat diolah menjadi bioenergi, sumber energi berkelanjutan dan bisa diperbarui. Berbagai produk olahan sampah yang kini sedang populer yaitu : bioetanol, biogas, dan briket. Yang nantinya bisa menjadi alternatif permasalahan dunia tentang ketersediaan energi. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pembuatan alat yang bisa menghasilkan etanol dari sampah organik yang dilakukan dengan metoda fermentasi dalam ruang tertutup. Rancangan mesin ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan sampah, sehingga sampah dapat di konversikan menjadi bahan bakar terbarukan. Dalam Pelaksanaannya penulis membatasi pada pembuatan alat serta pengujian kinerja pengkoversian dari sampah menjadi etanol. Hasil pengujian alat ini diharapkan dapat bekerja dengan baik serta menjadi bahan masukan untuk mengatasi permasalahan sampah dengan mengkonversinya menjadi bioetanol sebagai salah satu sumber energi alternatif. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul Pengujian Alat Konversi Sampah Menjadi Etanol. Target dari pembuatan alat ini adalah menghasilkan etanol dengan kadar alkohol di atas 5%. Untuk itu alat konversi ini dibuat agar bisa menghasilkan bioethanol dengan kadar alkohol di atas target. Sampah Organik Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirya suatu proses pemanfaatannya (Rahman, 2008). Sampah organik merupakan sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang dapat terurai sperti sisa makanan, daun-daunan kering, sayuran dan sisa buah-buahan. Sampah organik terutama sampah sayuran dan buah-buahan umumnya mengandung selulosa, karbohidrat, nutrient, lemak dan air berpotensi untuk berkembang biaknya mikroorganisme dalam pembuatan bioethanol (Sutriana, 2009). Bioetanol Bioetanol (C 2 H 5 OH) adalah cairan biokimia yang berasal dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme, karena pembuatannya melibatkan proses biologis, produk etanol yang dihasilkan diberi nama bioetanol (Yudiarto, 2008). Etanol dapat diproduksi melalui fermentasi glukosa. Umumnya biokonversi glukosa menjadi etanol dilakukan dengan memanfaatkan ragi. Bioetanol merupakan sumber energi alternatif yang mempunyai prospek yang baik sebagai pengganti bahan bakar cair dan gasohol dengan bahan baku yang dapat diperbaharui. Pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar bersifat multi-guna karena pencampurannya dengan bensin dalam konsentrasi berapa pun dapat memberikan dampak yang positif. Pencampuran bioetanol absolute sebanyak 10% dengan bensin (90%), sering disebut gasohol E-10 yang merupakan singkatan dari gasoline (bensin) dan alkohol (Yudiarto, 2008) Fermentasi Etanol Agus Sugiarta, dkk./mettek Vol 3 No 1 (2017) 53 59 54

Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia dalam suatu substrat organic yang dapat berlangsung karena aksi katalisator biokimia, yaitu enzim yang dihasilkan oleh mikroba hidup tertentu (Tjokroadikoesoemo 1986). Mikroba-mikroba dalam fermentasi meliputi ragi, kapang, dan bakteri. Karena organisme tersebut tidak memiliki klorofil sendiri, mereka tidak dapat melakukan fotosintesis, sehingga mereka harus mendapatkan makanannya dari bahanbahan organik. Tiap jenis mikroba memiliki ciri morfologi, bentuk dan ukuran, serta perkembangbiakan yang berbeda, namun mereka memiliki persamaan, yaitu dapat menghasilkan enzim. Rancang Bangun Menurut Rosnani Ginting (2010:35) rancang bangun adalah perancangan, dan perhitungan teknis material dan komponen, uji simulasi, dan model pembuatan mesin (prototype). Perancangan merupakan suatu kreasi untuk mendapatkan suatu hasil akhir dengan mengambil suatu tindakan yang jelas, atau suatu yang mempunyai kenyataan fisik. Pembuatan suatu mesin memerlukan perencanaan komponen yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan mekanisme mesin yang dibuat. Kekuatan merupakan pertimbangan dalam rancang bangun yang penting, dimana kekuatan tergantung dari pemilihan, perlakuan dan pengerjaan yang dilakukan terhadap bahan tersebut. 2. METODE 2.1. Rancangan Proses Dalam pembuatan alat konversi sampah menjadi etanol penulis melakukan beberapa penelitian, hal pertama yang dilakulan yaitu survey langsung permasalahan yang terjadi terkait sampah ke tempat penampungan akhir di Suwung untuk melihat langsung kondisi sampah dilapangan dalam menentukan solusi alternatif pemecahannya.hal kedua yaitu setelah menentukan solusi yang akan diterapkan pada permasalahan sampah, selanjutnya merancang suatu alat yang nantinya sebagai alternatif dari solusi permasalahan yang dituangkan dalam bentukan pemilihan konsep kerja alat, hingga penentuan gambar kerja dan perhitungan elemen komponennya. Hal ketiga yaitu membuat alat konversi sampah menjadi etanol sekaligus melakukan pengujian terhadap mesin apakah dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Setelah validasi indikator fungsi alat sudah sesuai dengan prosedur pengujian alat maka penulis melakukan analisa terhadap hasil data pengujian untuk mendapatkan analisis pengaruh besar produksi dan kadar alkohol yang dihasilkan terhadap variasi pengujian dalam bentuk grafik. 2.2. Diagram alir penelitian Secara garis besar tahapan proses penelitian dilakukan seperti pada diagram alir di bawah ini : 55

Mulai Survey atau pengamatan di Lapangan Analisa kebutuhan alat Perhitungan kekuatan dan pemilihan bahan, ukuran komponen utama dan komponen pendukung Konsep desain, pemilihan bentuk dan mekanisme Pembuatan komponen Pembuatan dan perakitan Tidak Berfungsi Indikator alat berfungsi dengan baik: 1. Putaran tangki 5 dan 25 Rpm 2 Massa sampah pada tangki 10 Kg 3. Variasi suhu 20 0,30 0, 40 0 C 3 waktu pengoperasian 3 hari Pengujian Alat Berfungsi Pengujian Terhadap Putaran Pengujian Terhadap Suhu Pengujian Terhadap Campuran 5 dan 25 rpm 20, 30, 40 0 C Campuran 1, 2, 3 Volume etanol yang dihasilkan dan kadar alkohol Analisa dan pembahasan Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Alat Agus Sugiarta, dkk./mettek Vol 3 No 1 (2017) 53 59 56

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Hasil Produksi Etanol 3.1.1. Pengaruh Jumlah Produksi Volume Etanol Pada grafik di atas dapat ditunjukan bahwa dari ketiga variasi pengujian terhadap jumlah produksi etanol yang dihasilkan tampak pada perbandingan putaran tangki terhadap temperatur yang paling besar produksi etanolnya adalah grafik 4.5 yaitu pada campuran ragi 1, kemudian bisa dilihat pada masing-masing grafik menunjukan penurunan produksi ketika temperaturnya di naikkan dan menunjukan kenaikan produksi etanol bila putaran tangki rendah. Begitu pula dengan pengaruh campuran ragi yang mengalami penurunan produksi etanol bila terlalu tinggi campurannya. Hal ini menunjukkan bahwa ketika pengaruh adanya putaran tangki dapat meratakan secara keseluruhan ragi dengan sampah organik sehingga dapat meningkatkan produksi etanol, namun ketika putarannya terlalu tinggi justru 57

menurunkan produksi etanol hal itu dikarenakan kamir tidak leluasa memfermentasikan produk ketika dalam kondisi bergerak dalam kecepatan tinggi, kemudian pengaruh adanya temperatur yang tinggi juga justru menurunkan produksi etanol dikarenakan ketidak sesuaian temperatur lingkungan yang dibutuhkan kamir, dan yang terakhir pengaruh terhadap campuran ragi yaitu sangat ditentukan dengan proporsionalitas jumlah sampah organik yang dicampur sehingga bisa kita lihat ketika pada campuran ragi 1, temperatur 20 0 C dan putaran 5 rpm itu menemukan jumlah proporsionalitas campuran ragi dengan sampah organik dan kesesuaian kondisi lingkungan dalam proses fermentasi yang ditunjukkan dengan jumlah produksi etanol paling tinggi. 3.1.2. Pengaruh Jumlah Kadar Alkohol Yang Dihasilkan Pada grafik diatas dapat ditunjukan bahwa dari ketiga variasi pengujian terhadap Agus Sugiarta, dkk./mettek Vol 3 No 1 (2017) 53 59 58

jumlah kadar alkohol yang dihasilkan tampak pada perbandingan putaran tangki terhadap temperatur yang paling besar kadar alkoholnya adalah grafik 4.13 yaitu pada campuran ragi 1, kemudian bisa dilihat pada masing-masing grafik menunjukan kenaikkan kadar alkohol ketika temperaturnya di turunkan dan menunjukan penurunan kadar alkohol bila putaran tangki tinggi. Begitu pula pada pengujian dengan pengaruh campuran ragi yang mengalami kenaikkan kadar alkohol bila campurannya semakin rendah dari ke tiga variasi campuran ragi (mendekati kesesuaian proporsionalitas campuran dengan jumlah 10 kg sampah organik). Hal ini juga menunjukkan bahwa ketika adanya putaran tangki yang meratakan secara keseluruhan ragi dengan sampah organik sehingga dapat meningkatkan kadar alkohol pula, namun ketika putarannya terlalu tinggi justru menurunkan kadar alkohol hal itu dikarenakan kamir tidak maksimal memfermentasikan produk ketika dalam kondisi bergerak dalam kecepatan tinggi, kemudian adanya perlakuan temperatur yang diturunkan dari ketiga variasi pengujian juga sangat berpengaruh pada peningkatan kadar alkoholnya, dikarenakan kesesuaian temperatur lingkungan yang dibutuhkan kamir tepat dalam rentangan 20 0-30 0 C, dan yang terakhir pengaruh terhadap campuran ragi yaitu sangat ditentukan dengan proporsionalitas jumlah sampah organik yang dicampur sehingga bisa kita lihat ketika pada campuran ragi 3, temperatur 40 0 C dan putaran 25 Rpm itu menemukan jumlah ketidak adanya proporsionalitas campuran ragi dengan sampah organik serta ketidak sesuaian kondisi lingkungan dalam proses fermentasi yang ditunjukkan dengan kadar alkohol paling kecil. 4 SIMPULAN Dari uraian pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Alat konversi sampah menjadi etanol adalah suatu alat yang menggunakan motor listrik untuk memutar tangki 5 dan 25 rpm dengan kapasitas 10 Kg sampah organik dicampur dengan ragi dan memfermentasikan menjadi etanol selama 3 hari, dan dapat memvariasikan temperatur 20 0,30 0,40 0 C. 2. Dari hasil pengujian alat konversi sampah menjadi etanol dapat dinalisa dari jumlah produksi etanol bahwa berdasarkan grafik pada Bab IV, dari ketiga variasi pengujian yang paling besar produksi etanolnya yaitu pada campuran ragi 1, temperatur 20 0 C dan putaran 5 Rpm, hal ini menunjukkan adanya kesesuaian pengaruh jumlah proporsionalitas campuran ragi dengan sampah organik dan kesesuaian kondisi lingkungan dalam proses fermentasi yang dibuktikan dengan jumlah produksi etanol paling tinggi. 3. Sedangkan untuk analisa jumlah kadar alkohol yang dihasilkan dari ketiga variasi pengujian adalah yang paling kecil kadar alkoholnya yaitu pada campuran ragi 3, temperatur 40 0 C dan putaran 25 Rpm, hal itu menunjukan pengaruh terhadap ketidak sesuaian kondisi lingkungan dan campuran ragi yang tidak sesuai pula dengan proporsionalitas jumlah sampah organik yang dicampur, sehingga bisa di buktikan ketika pada kondisi itu ditunjukkan dengan kadar alkohol paling kecil. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih yang sebesar besarnya kepada Program Studi Teknik Mesin, Universitas Udayana DAFTAR PUSTAKA [1] Fitriana. 2010. Produksi Etanol Dari Sampah Organik Melalui Preetreatment Biologis Dan Fermentasi. Jurnal: UPI [2] Ginting, Umumtha dan Sibarani S.M. 1995. Manajemen Produksi. Bandung: Pusat pengembangan pendidikan politeknik. 59