PEMODELAN 2D RESPON ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU AKIBAT AMBLESAN DAN DINAMIKA MUKA AIR TANAH

dokumen-dokumen yang mirip
MEMBANGUN FILTER BERDASARKAN MODEL AMBLESAN DAN DINAMIKA MUKA AIR TANAH UNTUK MEMISAHKAN SUMBER ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU

ANALISA ANOMALI 4D MICROGRAVITY DAERAH PANASBUMI ULUBELU LAMPUNG PERIODE Muh Sarkowi

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

Problem Pengolahan Data Gaya Berat Mikro antar Waktu

Jurnal ILMU DASAR, Vol.15 No.1, Januari 2015: Filter Berbasis Model Satu Dimensi untuk Pemisahan Anomali Gayaberat Mikro Antar Waktu

Unnes Physics Journal

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH KOMPTENSI APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK PEMANTAUAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA

Analisis Perubahan Densitas Bawah Permukaan Berdasarkan Data Gaya Berat Mikro Antar Waktu, Studi Kasus Di Semarang

PERHITUNGAN DEFISIT AIR TANAH DAERAH SEMARANG BERDASARKAN INVERSI ANOMALI 4D MICROGRAVITY

Telford, W. M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., 1990, Applied Geophysics, Second edition, Cambridge University Press, Cambridge. Whitelaw, J. L.

Identifikasi Perubahan Muka Air Tanah Berdasarkan Data Gradien Vertikal Gaya Berat Antar Waktu

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

ZONASI PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI WILAYAH PESISIR BERDASARKAN TEKNIK GEOFISIKA GAYABERAT MIKRO 4D (STUDI KASUS: DAERAH INDUSTRI KALIGAWE - SEMARANG)

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

PEMODELAN SINTETIK GRADIEN GAYABERAT UNTUK IDENTIFIKASI SESAR

INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

TUGAS AKHIR. oleh: NIM

PENGGUNAAN METODE ANALISIS SINYAL DALAM INTERPRETASI DATA MAGNET DI PERAIRAN SELAT SUNDA UNTUK MENENTUKAN ARAH DAN POSISI PIPA BAWAH LAUT

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

PENELITIAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA DENGAN METODE GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

EVALUASI METODE ANALISIS KURVA PENURUNAN LAJU PRODUKSI DENGAN PEUBAH PENURUNAN TEKANAN ATAU PEUBAH LAJU ALIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENELITIAN AMBLESAN TANAH DI KAWASAN INDUSTRI KALIGAWE SEMARANG MENGGUNAKAN METODE GAYABERATMIKRO 4D. Jurusan Fisika Unniversitas Negeri Semarang 2

PENERAPAN METODE POLARISASI SINYAL ULF DALAM PEMISAHAN PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI DARI ANOMALI GEOMAGNET TERKAIT GEMPA BUMI

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

TIME-LAPSE MICROGRAVITY UNTUK MONITORING DEFISIT MASSA RESERVOIR PANASBUMI KAMOJANG

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

Jurnal MIPA 36 (1): (2013) Jurnal MIPA.

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

EDUKASI FENOMENA AMBLESAN-INTRUSI AIR LAUT DAN PENANGGULANGANNYA DI SEMARANG UTARA

APLIKASI GAYABERATMIKRO SELANG WAKTU DALAM MENGIDENTIFIKASI PENGARUH INJEKSI-PRODUKSI FLUIDA DI LAPANGAN GEOTHERMAL KAMOJANG, JAWA BARAT

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY

Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X)

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

METODOLOGI PENELITIAN. : Pertamina Upstream Technology Center. : Jl. Medan Merdeka Timur No. 6 Jakarta Pusat. Tanggal : 3 November 24 Desember 2014

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

MODEL VOLUME RESAPAN AIR HUJAN PADA SUMUR RESAPAN DI KECAMATAN RUMBAI KOTA PEKANBARU

ANALISIS DATA MICROSEISMIC MENGGUNAKAN MATLAB2010 UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN HIDROKARBON DI LAPANGAN LCY CEKUNGAN OMBILIN.

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

Berkala Fisika ISSN : Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5

ANALYSIS OF TIME SERIES DATA (EL NINO and Sunspot) BASED ON TIME- FREQUENCY

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

PREDIKSI DISTRBUSI INTRUSI AIR LAUT MENGGUNAKAN METODE GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU STUDI KASUS DI SEMARANG UTARA

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

APLIKASI FILTER KONTINUASI KEATAS DAN ANALISA SPEKTRAL TERHADAP DATA MEDAN POTENSIAL Oleh: N. Avisena M.Si ABSTRACT

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter

PEMODELAN TOMOGRAFI CROSS-HOLE METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS (Bentuk Anomali Silindris)

STUDI POTENSI ENERGI GEOTHERMAL BLAWAN- IJEN, JAWA TIMUR BERDASARKAN METODE GRAVITY

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

Kontinuasi ke Atas Anomali Bawah Permukaan Memanfaatkan Data Magnetik di DAS Bedadung Wilayah Kota Jember

ANALISIS PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI SEKARAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU PERIODE 2013

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Unnes Physics Journal

Analisis Jarak Microphone Array dengan Teknik Pemrosesan Sinyal Fast Fourier Transform Beamforming

ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa

Unnes Physics Journal

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAHAN CITRA UNTUK PENENTUAN SIFAT FISIS BATUAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

MONITORING PERGERAKAN FLUIDA PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY PADA LAPANGAN PANAS BUMI KAMOJANG

Abstrak. Abstract. Kata kunci: Anomali Gravitasi; pemodelan ke depan; pemodelan Inversi

Unnes Physics Journal

INTERPRETASI LITOLOGI BERDASARKAN DATA LOG SINAR GAMMA, RAPAT MASSA, DAN TAHANAN JENIS PADA EKSPLORASI BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS NUMERIK PROFIL SEDIMENTASI PASIR PADA PERTEMUAN DUA SUNGAI BERBANTUAN SOFTWARE FLUENT. Arif Fatahillah 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

INVERSI 1-D PADA DATA MAGNETOTELLURIK DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN METODE OCCAM DAN SIMULATED ANNEALING

VUNNES SURAT TUGAS. Waktu : Pukul WIB Tempat : Gedung Dl.2Lantzi 3 FMIPA Unnes I(ampus Sekatan Gunungpati Semarang

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

Pemograman Ray Tracing Metode Pseudo-Bending Medium 3-D Untuk Menghitung Waktu Tempuh Antara Sumber Dan Penerima

GEOFISIKA GEOFISIKA

PENENTUAN LAPISAN PEMBAWA AIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS DI DAERAH ATAS TEBING LEBONG ATAS BENGKULU

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN I.1

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB.

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

INTERPRETASI GRAVITASI MIKRO DI AREA PANASBUMI KAMOJANG, JAWA BARAT

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

Penelitian untuk program doktor dilakukan selama 4 tahun dalam 4 tahapan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Reservoir panas bumi yang dieksploitasi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas

ANALISA INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT PADA LAPANGAN X FORMASI PARIGI CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA

IDENTIFIKASI STRUKTUR DAERAH PANASBUMI ULUBELU BERDASARKAN ANALISA DATA SVD ANOMALI BOUGUER

GEOMETRI BATUAN DASAR (BASEMENT) DAERAH SERANG BANTEN BERDASARKAN DATA GAYABERAT BASEMENT GEOMETRY OF SERANG BANTEN BASED ON GRAVITY DATA

Transkripsi:

PEMODELAN 2D RESPON ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU AKIBAT AMBLESAN DAN DINAMIKA MUKA AIR TANAH Supriyadi 1), Djuniadi 2, Wahyu Hardyanto 3 1,3 Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang, Gunungpati, 50229 2 Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang * ) Email: pryfis@yahoo.com Abstrak Metode Gaya berat mikro antar waktu merupakan pengembangan dari metode Gaya berat dengan ciri khas berupa pengukuran ulang gaya berat di titik yang sama pada selang periode tertentu, misalnya 6 bulan. Problem utama pada survei gaya berat mikro antar waktu adalah bahwa sumber anomali gaya berat mikro antar waktu terdiri atas dua sumber, yaitu amblesan dan perubahan densitas bawah permukaan yang berhubungan dengan dinamika air tanah yang berupa kenaikan atau penurunan muka air tanah. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dilakukan pemodelan 2 D respon anomali gaya berat mikro antar waktu dengan menggunakan perangkat lunak Grav 2D. Sebagai contoh digunakan kasus Semarang bagian utara. Parameter model disesuaikan dengan kondisi lapangan yang berupa densitas lapisan, besar amblesan berdasarkan hasil penelitian terkait dengan asumsi telah terjadi amblesan dan penurunan muka air tanah atau kenaikan muka air tanah. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa untuk (1) amblesan 10 cm, penurunan muka air tanah 1, 5 m dengan dimensi amblesan lebih kecil dari penurunan muka air tanah dengan 3 kedudukan yang berbeda memberikan anomali sebesar 12,196 Gal, 30,706 Gal dan 13,376 Gal. (2) dimensi amblesan dan kenaikan muka air tanah sama besar memberikan anomali sebesar 63,546 Gal, dan (3) dimensi amblesan lebih besar dari penurunan muka air tanah memberikan anomali sebesar 30,856 Gal. Berdasarkan analisis FFT (Fast Fourier Transform) dapat disimpulkan bahwa untuk memisahkan frekuensi anomali gayaberat akibat amblesan dan perubahan kedalaman muka air tanah diperlukan syarat dimensi kedua sumber anomali berbeda. Untuk kasus dimensi kedua sumber anomali sama, maka anomali gayaberat akibat amblesan dan penurunan muka air tanah tidak dapat dipisahkan. Abstract Microgravity method is the development of Gravity methods with the typical form of repeated measurements at the same point at the interval specified period, such as six months. The main problem in micro-gravity surveys over time is that the source of time lapse micro gravity anomaly consisted of two sources, namely subsidence and subsurface density changes associated with groundwater dynamics in the form of an increase or decrease in ground water level. Under these conditions, then do modeling 2 D response time lapse micro gravity anomaly using Grav2D software. For example use case of the northern part of Semarang. Model parameters adjusted to the field conditions such as density layer, a large subsidence based on research results associated with the assumption that there has been a subsidence and groundwater level decline or rise in groundwater level. Modeling results show that for (1) subsidence 10 cm, decrease in groundwater level 1, 5 m with dimensions smaller subsidence of groundwater level decline by 3 different positions gives anomaly of 12.196, 30.706 and 13.376 Gal, (2) the dimensions of subsidence and groundwater level rise as great give anomaly at 63.546 Gal, and (3) subsidence dimension greater than the decrease in groundwater level giving anomalies of 30.856 Gal Based on the analysis of FFT (Fast Fourier Transform) can be inferred that to separate frequency gravity anomaly due to subsidence and groundwater depth changes necessary requirement a second dimension different sources of anomalies. For the case of the second dimension of the same anomaly source, then the gravity anomaly due to subsidence and subsidence of groundwater can not be separated. Keywords: microgravity, time lapse, groundwater 6

1. Pendahuluan Metode gaya berat mikro antar waktu merupakan pengembangan metode gaya berat dengan dimensi keempatnya adalah waktu. Pada prakteknya metode ini adalah perulangan pengukuran gaya berat di titik pada permukaan bumi dengan selang waktu tertentu, misalnya pada musim yang berbeda. Penggunaan metode ini untuk berbagai keperluan survei telah dilakukan di berbagai belahan dunia, misalnya: [1] menggabungkan metode gayaberat dan teknik gradient untuk mendeteksi terowongan dan sumber mata air di Manatee Florida. Selain itu metode gayaberat telah diaplikasikan untuk beberapa keperluan, seperti yang dilakukan oleh [2] yang melakukan pengukuran perubahan nilai gayaberat yang disebabkan oleh relokasi massa dan deformasi tanah di daerah pertambangan Polandia. [3] melakukan pengukuran perubahan nilai gayaberat untuk mengetahui perubahan tekanan di area geothermal Otake Jepang. Selain itu, metode ini juga telah digunakan untuk pemantauan kegiatan produksi minyak dan gas bumi mulai dilakukan tahun 1983, misalnya: [4] telah mengamati perubahan gayaberat pada proses produksi minyak dan injeksi air di lapangan minyak Tian Juana, Venezuela. [5] melakukan analisa perubahan gayaberat di lapangan gas Groningen-Belanda. Di Indonesia penerapan metode gayaberat mikro untuk pemantauan pertama kali dilakukan oleh Pertamina Divisi Panas bumi Kamojang sejak tahun 1984, yang memantau produksi uap dan injeksi air di lapangan panas bumi Kamojang [6], [7] melakukan pengukuran dan analisa gayaberat mikro antar waktu di daerah lapangan Y Sumatera Selatan. Hasil pengukuran selama periode Mei September 2003 menunjukkan adanya anomali gayaberat mikro antar waktu mencapai 200 Gal di bagian barat, timur dan selatan Satu hal yang menjadi masalah pada survei gaya berat mikro antar waktu adalah anomali yang terjadi disebabkan oleh amblesan (subsidence) dan dinamika air tanah yang berupa kenaikan dan penuruan muka aur tanah. Pada paper ini akan diuraikan pemodelan 2D respon anomali gaya berat mikro antar waktu. Pemodelan dibangun berdasarkan kondisi riil amblesan dan dinamika air muka tanah. Sebagaii contoh digunakan kasus di utara kota Semarang yang sepuluh tahun terakhir ini telah terjadi amblesan, rob (air laut pasang), dan intrusi air laut. 2. Metode Penelitian Untuk keperluan pemodelan digunakan kasus di utara kota Semarang. Berdasarkan hasil pengukuran gaya berat mikro antar waktu di suatu tempat dipengaruhi oleh (1) perubahan rapat massa bawah permukaan yang berhubungan perubahan kedalaman muka air tanah. Penyebab perubahan kedalaman muka air tanah ada dua kemungkinan, yaitu penurunan muka air tanah akibat pengambilan air untuk berbagai keperluan manusia, dan kenaikan muka air tanah akibat curah hujan, (2) konsolidasi lapisan tanah menyebabkan amblesan [8]. Model sintetik respon anomali gayaberat disesuaikan dengan model topografi dan litologi daerah Semarang dengan beberapa penyederhanaan. Setiap model terdiri dari 3 lapisan dengan ketebalan, rapat massa dan porositas yang berbeda beda [9], [10]. Mengingat bahwa untuk keperluan survei, maka harus ada salah satu sumber anomali gaya berat mikro antar waktu yang harus direduksi. Untuk keperluan digunakan analisis FFT (Fast Fourier Transform) untuk menunjukkan bisa tidaknya sumber anomali dapat direduksi. Secara garis besar metode penelitian seperti pada Gambar 1 berikut. Gambar 1. Tahapan pemodelan dan analisis FFT 1D Sebagaimana diketahui dalam pemrosesan data geofisika untuk mendapatkan hasil yang diinginkan adalah dengan melakukannya dalam kawasan frekuensi atau bilangan gelombang. Pada kasus ini nilai suatu fungsi yang terukur di lapangan yang merupakan fungsi dalam kawasan spasial dapat didekati dengan deret Fourier atau transformasi Fourier sehingga pemfilteran dapat dilakukan dalam kawasan frekuensi atau bilangan gelombang. Pemfilteran pada kawasan frekuensi seringkali lebih efektif dan efisien daripadi harus dilakukan dalam kawasan spasial. Pada kawasan frekuensi, suatu nilai didekati dengan penjumlahan gelombang gelombang sinus dan kosinus yang memiliki frekuensi yang berbeda. Transformasi Fourier adalah suatu cara utntuk menampilkan kembali suatu fungsi berdasarkan frekuensi tanpa merubah nilai atau karakteristik sumber yang menghasilkan fungsi tersebut. Transformasi Fourier 1D ini dinyatakan dengan persamaan 1 sebagai berikut : H f i fs h ( s ) e 2 ds (1) 7

Berdasarkan persamaan (1), fungsi H ( f ) adalah suatu kuantitas komplek, yang terdiri dari fungsi real R( f ) dan fungsi imajiner I ( f ). Secara matematik dituliskan sebagai persamaa 2 berikut. H ( f ) i ( f ) R( f ) I( f ) H( f ) e (2) dengan R ( f ) adalah Fungsi real transformasi Fourier, I ( f ) : Fungsi imajiner transformasi Fourier, H ( f ) adalah Amplitudo, dan ( f ) adalah Sudut fasa transformasi Fourier. Jika suatu proses telah dilakukan dalam kawasan frekuensi dan nilai hasil proses tersebut ingin ditampilkan kembali dalam kawasan semula, maka harus dilakukan IFFT (Invers Fast Fourier Transfrom). Secara matematik hubungan ini dinyatakan sebagai persamaan 3 berikut. Pertama, Respon anomali gaya berat mikro antar waktu akibat amblesan dan penurunan muka air tanah dengan dimensi amblesan lebih kecil dibandingkan penurunan muka air tanah Diasumsikan amblesan terjadi pada koordinat 2500 3500 m yang besarnya adalah pada t 0= 0 dan t 1 = 10 cm. Untuk penurunan muka air tanah terjadi pada koordinat 3000 6000 m (Gambar 2) besarnya 1,5 m dengan kedudukan muka air tanah pada t 0= 20 m dan t 1 = 21,5 m. Respon maksimum anomali gayaberat akibat amblesan dan penurunan muka air tanah 30,706 Gal. i fs h( s) H ( f ) e 2 df (3) Transformasi Fourier 1D dilakukan pada data sintetik, yaitu data anomali gayaberat mikro antar waktu akibat amblesan dan perubahan kedalaman muka air tanah. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui apakah frekuensi gabungan anomali gayaberat akibat amblesan dan perubahan kedalaman muka air tanah dapat dipisahkan. Untuk memenuhi syarat transformasi Fourier, jumlah data yang dipakai adalah 2 n (64) dalam kawasan jarak dengan spasi 100 m. Setelah proses FFT selanjutnya analisa frekuensi dan amplitudo. Jika diketahui frekuensi sumber anomali berbeda satu dengan yang lainnya, maka pemisahan kedua frekuensi dapat dilakukan dengan menggunakan filter tertentu. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil pemodelan dengan menggunakan model bumi tiga lapis memanjang ke arah horisontal dengan sifat sifat fisik sebagai berikut : - Lapisan 1 berupa lempung memiliki ketebalan 10 m dan =1,9 gr/cm 3 - Lapisan 2 berupa pasir dengan =2,0 gr/cm 3. Porositas akuifer adalah 30 %, perubahan rapat massa akibat penurunan muka air tanah = -0,3 gr/ cm 3 - Lapisan 3 berupa lempung dengan tebal 10 m dan = 2,1 gr/cm 3 Model di atas selanjutnya digunakan untuk beberapa kasus di utara kota Semarang dengan berbagai kemungkinan sumber anomali gaya berat mikro antar waktu yang berupa amblesan, penurunan muka air tanah, dan kenaikan muka air tanah. Berikut dijelaskan pemodelan yang telah dibuat. Gambar 2. Model amblesan dan penurunan muka air tanah dengan ujung akuifer berada di tengah amblesan Spektrum untuk model pada Gambar 2 menghasilkan nyquist frequency (f) = 0,005 m -1. Nilai amplitudo maksimum anomali gayaberat akibat amblesan 339,64 lebih kecil dibandingkan nilai amplitudo maksimum anomali gayaberat akibat penurunan muka air tanah 559. Spektrum gabungan (Gambar 3a) memiliki 2 nilai frekuensi dominan anomali gayaberat akibat amblesan dan penurunan muka air tanah. Untuk memisahkan kedua anomali tersebut dengan menggunakan filter (Gambar 3b) dan keluarannya berupa anomali gayaberat akibat amblesan yang sama dengan masukan sebesar 30,876 Gal. Gambar 3a. Spektrum gabungan kedua anomali untuk kasus pertama 8

amplitudo 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 frekuensi ruang (1 / m) Gambar 3b. Filter untuk mereduksi anomali gayaberat akibat penurunan muka air tanah pada kasus pertama Kedua, Respon anomali gaya berat akibat amblesan dan penurunan muka air tanah dengan dimensi amblesan lebih besar dibandingkan penurunan muka air tanah Diasumsikan amblesan terjadi pada koordinat 2000 4000 m yang besarnya adalah pada t 0= 0 dan t 1 = 10 cm. Untuk penurunan muka air tanah terjadi pada koordinat 2500 3500 m a air tanah sebesar 1 m dengan kedudukan muka air tanah pada t 0= 30 m dan t 1 = 31 m. Respon maksimum anomali gayaberat akibat amblesan dan penurunan muka air tanah sebesar 30,856 Gal (Gambar 4). menggunakan filter (Gambar 5b) dan keluarannya berupa anomali gayaberat akibat amblesan yang sama dengan masukan sebesar 30,876 Gal. Gambar 5a. Spektrum gabungan kedua anomali untuk kasus kedua amplitudo 5 4 3 2 1 0 0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 frekuensi ruang (1/m) Gambar 5b. Filter untuk mereduksi anomali gayaberat akibat penurunan muka air tanah pada kasus kedua Ketiga, Respon anomali gaya berat akibat amblesan dan kenaikan muka air tanah dengan dimensi amblesan dan kenaikan muka air tanah sama besar Diasumsikan amblesan terjadi pada koordinat 2500 4500 m yang besarnya pada t 0=0 dan t 1=10 cm, dan kenaikan diasumsikan terjadi pada koordinat 2500 4500 m sebesar 2,5 m dengan kedudukan muka air tanah pada t 0=30 dan t 1=27,5 m. Respon maksimum anomali gayaberat mikro antar waktu akibat amblesan dan kenaikan muka air tanah sebesar 63,546 Gal (Gambar 6). Gambar 4. Model amblesan dan penurunan muka air tanah dengan dimensi amblesan lebih besar dibandingkan dimensi penurunan muka air tanah Spektrum untuk model pada Gambar 4 menghasilkan f=0,005 m -1. Nilai amplitudo maksimum anomali gayaberat akibat amblesan 648,396 lebih besar dibandingkan nilai amplitudo maksimum anomali gayaberat akibat penurunan muka air tanah 102. Spektrum gabungan (Gambar 5a) memiliki 2 nilai frekuensi dominan anomali gayaberat akibat amblesan dan penurunan muka air tanah. Untuk memisahkan kedua anomali tersebut dengan Gambar 6. Model amblesan dan kenaikan muka air tanah dengan dimensi keduanya sama besar. Posisi amblesan dan kenaikan muka air tanah simetri 9

Spektrum untuk model pada Gambar 6 menghasilkan f = 0,005 m -1. Nilai amplitudo maksimum anomali gayaberat akibat amblesan dan kenaikan muka air tanah yang hampir sama masing masing sebesar 648,40 dan 657,79. Frekuensi gabungan (Gambar 7) memiliki 1 nilai frekuensi dominan anomali gayaberat. Pada kasus ini anomali gayaberat akibat amblesan dan kenaikan muka air tanah tidak dapat dipisahkan. Gambar 7. Frekuensi gabungan kedua anomali untuk amblesan dan kenaikan muka air tanah dengan dimensi yang sama Diasumsikan amblesan terjadi pada pada koordinat 2500 3500 m sebesar 10 cm (Gambar 8), penurunan muka air tanah diasumsikan terjadi pada koordinat 1000 5000 m sebesar 1,5 m dengan kedudukan muka air tanah pada t 0= 25 m dan t 1= 26,5 m. Respon maksimum anomali gayaberat akibat penurunan muka air, amblesan dan penurunan muka air tanah masing masing sebesar -17,91 Gal dan 17,046 Gal. Spektrum untuk model pada Gambar 8 menghasilkan f = 0,005 m -1. Nilai amplitudo maksimum anomali gayaberat akibat amblesan 339,64 lebih kecil dibandingkan nilai amplitudo maksimum anomali gayaberat akibat penurunan muka air tanah 370,81. Spektrum gabungan (Gambar 9a) memiliki 2 nilai frekuensi dominan anomali gayaberat akibat amblesan dan penurunan muka air tanah. Untuk memisahkan kedua anomali tersebut dengan menggunakan filter (Gambar 9b) dan keluarannya berupa anomali gayaberat akibat amblesan yang sama dengan masukan sebesar 30,876 Gal. Keempat, Respon anomali gayaberat akibat amblesan dan perubahan muka air tanah yang terjadi secara lokal Pengambilan air tanah secara berlebihan menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah yang pada umumnya membentuk kerucut (cone) di sekitar sumur bor [11]. Perhitungan respon gayaberat mikro antar waktu akibat model penurunan dan kenaikan muka air tanah berbentuk kerucut (Gambar 8) dengan porositas dan perubahan rapat massa seperti model sebelumnya. Gambar 9a. spektrum gabungan kedua anomali pada kasus keempat 12 10 Amplitudo 8 6 4 2 0 0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 frekuensi ruang (1 / m) Gambar 9b. Filter untuk menghilangkan anomali gayaberat akibat penurunan muka air tanah pada kasus keempat 4. Kesimpulan Gambar 8. Model amblesan dan penurunan muka air tanah yang berbentuk kerucut Berdasarkan analisa frekuensi dan amplitudo dapat terlihat bahwa untuk memisahkan frekuensi anomali gayaberat akibat amblesan dan perubahan kedalaman muka air tanah pada data gayaberat mikro antar waktu diperlukan syarat dimensi kedua sumber anomali berbeda. Untuk kasus dimensi kedua sumber anomali sama, maka anomali gaya berat akibat amblesan dan perubahan kedalaman muka air tanah tidak dapat dipisahkan. 10

Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih kami tujukan kepada M. Sarkowi (jurusan Fisika-UNILA) atas diskusi penyusunan model amblesan dan dinamika air tanah di kota Semarang, Wawan Gunanwan (Geofisika Terapan-ITB), dan Kusno Hadi (Geologi UNPAD) atas diskusi, saran terkait dengan FFT 1D untuk respon anomali gaya berat pada model. Daftar Acuan [9] Marsudi. Prediksi Laju Amblesan Tanah di Dataran Alluvial Semarang Jawa Tengah, Disertasi Program Doktor, Institut Teknologi Bandung (2000). [10] Arifin, B.M., dan Wahyudin. Penyelidikan Potensi Cekungan Air tanah Semarang dan Cekungan Air tanah Ungaran, Jawa Tengah, Laporan Akhir Penelitian, Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan Bandung (2000). [11] Fetter. Applied Hydrogeology, Macmillan College Publishing Company (1994). [1] Butler, K.D. Microgravimetric and Gravity Gradient Technique for Detection of Subsurface Cavities, Geophysics, 49 (1984), p. 1084 1096. [2] Chrzanowski, A., and Popiolek E. Analysis of Gravity Changes due to Mass Relocation and Ground Deformation in Mining Areas, Proceedings of The Scientific Sessions in Ustron and Balatongyorok Hungary, Gliwicw, Poland (1997). [3] Saito, H., Honda, M., Tagomori, K., Haruguchi, K., dan Tsukamoto, S. Pressure Changes in Reinjection Wells and Gravity Changes in Otake Geothermal Field Japan, Proceedings World Geothermal Congress 2000, Kyushu Tohoku, Japan (2000), p. 2827 2832. [4] Drewes, H., Torge, W., Roder, R.H., Badell, C., Bravo, D., Chourio, O. Absolute and Relative Gravimetric Surveys of National and Geodynamics Networks in Venezuela, Journal of South America Earth Sciences, 4 (1991), p. 273-286. [5] Galderen, V.M., Haagmans, R., dan Bilker, M. Gravity Changes and Natural Gas Extraction in Groningen, Geophysical Prospecting, 47 (1999), p. 979-993. [6] Kamah, M.Y., Negara, C., Pulungan, I., dan Budiardjo (2001): Application of Microgravity Method on Monitoring Geothermal Reservoir Changes during Production of Steam in The Kamojang Geothermal Field, West Java Indonesia, 5 th SEGJ International Symposium Imaging Technology, Tokyo, Japan (2001). [7] Santoso, D., Kadir, W.G.A., Sarkowi, M., Ardiansyah, dan Waluyo. Time Lapse Microgravity Study for Rejection Water Monitoring of Talang Jimar field, Proceedings of the 7 th SEGJ International Symposium, Sendai- Japan (2004), p. 497-502. [8] Blakely, R.J. Potential Theory in Gravity and Magnetic Application, Cambridge University Press, New York (1996). p, 337. 11