Keyword : Elderly Balance, strengthening exercise, coordination exercise.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBERIAN OTAGO HOME EXERCISE PROGRAMME LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI RISIKO JATUH DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI TABANAN

LEBIH BAIK DARIPADA LATIHAN SWISS BALL

Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali

PENINGKATAN KECEPATAN JALAN DAN KESEIMBANGAN USIA LANJUT MENGGUNAKAN MODEL AQUATIC EXERCISE DAN LAND EXERCISE THERAPY

INTERVENSI FOUR SQUARE STEP

INTERVENSI BALANCE STRATEGY EXERCISE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

SKRIPSI. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA FISIOTERAPI. Oleh: LIDIA VALENTIN NIM.

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

PERBEDAAN INTERVENSI MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN INFRARED

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERESETUJUAN SIDANG SKRIPSI. ii HALAMAN PENGESAHAN. iii ABSTRAK iv

SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN MASSA OTOT PECTORALIS MAYOR DAN BICEPS PADA USIA REMAJA DAN DEWASA GDE RABI RAHINA SOETHAMA

PENGARUH GAZE STABILITY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN LANJUT USIA

PENAMBAHAN SHAKING MASSAGE

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PENGUATAN OTOT QUADRISEP DENGAN OTOT DORSAL DAN PLANTAR FLEKSOR TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS LANSIA

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

INTERVENSI SLOW STROKE BACK MASSAGE

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR

PERBEDAAN PILATES EXERCISES

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI PSTW BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIG-ZAG RUN

PERBEDAAN PENGARUH BALANCE EXERCISE DAN SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA WIRALESTARI XI WIROBRAJAN

PENGARUH PEDAL EXERCISE

SKRIPSI AUTO STRETCHING

PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM (TANDEM STANCE) TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RISIKO JATUH PADA LANJUT USIA

INTERVENSI ULTRASOUND

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

PERBEDAAN PERMAINAN ORIGAMI DAN MEWARNAI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PEREMPUAN PRASEKOLAH DI TK GRAND BALI BEACH SANUR

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

PERBEDAAN PEMBERIAN DURASI AUTO STATIC STRETCHING OTOT HAMSTRING TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANSIA

SKRIPSI PEMBERIAN OTAGO HOME EXERCISE PROGRAMME LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI RISIKO JATUH DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terbagi dalam dua tahap yaitu lanjut usia awal (early old age) yaitu usia 60-70

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and post

SKRIPSI I NYOMAN KRISNA WIJAYA

SKRIPSI PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

Journal of Sport Sciences and Fitness

PEMBERIAN PELATIHAN KEKUATAN AYUNAN LENGAN (ARM SWING)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental design dengan

PENGARUH LATIHAN ISOTONIC LOW IMPACT PADA OTOT DORSAL DAN PLANTAR FLEXOR TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS LANSIA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik

PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh. Gelar Sarjana Fisioterapi. Oleh : ADESTY NANDA FAJARIRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Lansia/Lanjut usia adalah seseorang yang sudah berusia 60

INTERVENSI DYNAMIC REVERSALS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati***

BAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya

ABSTRAK KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING

Kata kunci: lansia, senam pivot, jalan kaki, rentang gerak sendi/ range of motion (ROM), sendi ekstremitas superior.

SKRIPSI 011 NI PUTU PURNAMAWATI

FENOMENA BALANCE EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN KESEIMBANGAN POSTURAL LANJUT USIA

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DAN ANKLE BALANCE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS

AGUS ADHI PUJI SANTOSO J

PELATIHAN VISUAL CUE TRAINING

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL PENGUKURAN. TRAMPOLIN One Leg Standing Balance Test (Sebelum)

SKRIPSI NYOMAN HARRY NUGRAHA

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI PADA PRIA DEWASA MUDA

LAMPIRAN DATA STATISTIKA. Statistics. Nilai GMFM Sesudah. Nilai GMFM selisih

PERBEDAAN PENGARUH SENAM YOGA DENGAN SENAM THAI CHI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA LANSIA

SKRIPSI PUTU SANTI KRISHNA MEGASARI

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun

PENGARUH LATIHAN SANDBAG DAN LATIHAN SEPEDA STATIS TERHADAP AKTIFITAS FUNGSIONAL PENDERITA OSTEOARTHRITIS LUTUT

PERBEDAAN ANTARA KESEIMBANGAN TUBUH SEBELUM DAN SESUDAH SENAM PILATES PADA WANITA USIA MUDA

KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING

SKRIPSI PEMBERIAN LATIHAN CALF RAISES DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANKLE PADA LANSIA

PENGARUH METODE SENAM PARKINSON UNTUK MENINGKATKAN KESEIMBANGAN PADA PENDERITA PARKINSON DESEASE

PENAMBAHAN CONTRACT RELAX STRETCHING PADA INTERVENSI IFC DAN ULTRASONIK DAPAT MENGURANGI NYERI PADA KONDISI SINDROMA MIOFASIAL OTOT SUPRASPINATUS

SKRIPSI. Komang Dhyanayuda P.

KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE

PENGARUH PELATIHAN LOMPAT KATAK TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMPN 4 SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB V PEMBAHASAN. sampel yang berasal dari warga yang berada di daerah Pasarkamis- Tangerang. Sampel pada penelitian ini dengan kondisi penurunan

SKRIPSI GOVINDA VITTALA

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE TERHADAP PENURUNAN RISIKO JATUH LANSIA PUBLIKASI ILMIAH

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

PENGARUH KONSUMSI TELUR AYAM RAS REBUS TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Akhir Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi. Disusun Oleh: MUHAMMAD REZA NIM J

HUBUNGAN FREKUENSI SENAM LANSIA DENGAN STATUS RISIKO JATUH PADA USIA LANJUT DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI LUHUR BANTUL YOGYAKARTA

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 6

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

PENGARUH BERMAIN PAPAN TITIAN TERHADAP KESEIMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

NI MADE AYU SRI HARTATIK

BAB IV METODE PENELITIAN. Randomized Pre and Post Test Group design (Pocock, 2008). Rancangan ini

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN ISOMETRIK PADA INTERVENSI ULTRASOUND TERHADAP PENINGKATAN AKTIFITAS FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT

Transkripsi:

PERBEDAAN PEMBERIAN STRENGTHENING EXERCISE DENGAN COORDINATION EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN LANSIA Riski Meidio Putra Fakultas Fisioterapi-Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln.Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 1150 Riskiislamic@gmail.com Abstrack This study aims to determine the difference of giving strengthening with coordination for elderly balance. Method : This study is quasi experiment with pre test-post test control group design that increase balance be measured by berg balance scale and time up & go test. Technique sampling is using random sampling consist of 20 samples were 60-74 years old. This study is done at home social Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng, Jakarta Barat and be divided into treatment group I and treatment group II, treatment group I consist of 10 people are given strengthening intervention and treatment group II consist of 10 people are given coordination intervention. Result : Normality test uses Shapiro Wilk test is obtained p value > (0,05) data is normally distributed in both of measuring instrument. Homogeneity test uses levene s test is obtained p value > (0,05) data is homogeneous distributed in both measuring instrument. The difference average value with the measuring instrument time up & go test group I was 4.76, meanwhile the difference average value time up & go test group II was 3.87, and then the difference average value of treatment group I that using berg balance scale was 7.4, meanwhile berg balance scale value of treatment group II was 7.6. hypotheses test I uses Paired Sample T-Test earned p value = 0.001 so that there was an increase in the balance of elderly in Strengthening Exercise on both of measuring instrument. Hypotheses test II uses Paired Sample T-Test earned p value = 0.001 so that there was an increase in the balance of elderly in Coordination Exercise on both of measuring instrument. Hypotheses III uses Independent Sample T-Test earned p value = 0.317 in time up & go test instrument and p value = 0.628 in berg balance scale instrument so that there was no different increase in the elderly balance between the treatment group I and group II treatment. Conclusion : There was no difference of giving strengthening with coordination for elderly balance. Keyword : Elderly Balance, strengthening, coordination. Pendahuluan Lanjut usia (lansia) merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Lanjut usia dimasa mendatang jumlahnya akan meningkat. Berdasarkan laporan kementrian kesehatan RI, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 11,3 juta orang, pada tahun 2000 jumlah tersebut meningkat menjadi 15,3 juta dan tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan mencapai 28,8 juta orang. Proses penuaan seringkali diikuti dengan penurunan kualitas hidup, sehingga lansia dapat mengalami permasalahan kesehatan. Salah satu permasalahan pada lansia adalah jatuh.

Keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan seorang lansia mudah jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motorik yang dihasilkan dari beberapa faktor, diantaranya input sensorik dan kekuatan otot. Berbagai macam permasalahan yang terjadi pada keseimbangan lansia diantaranya adanya kemunduran atau perubahan morfologis pada otot menyebabkan perubahan fungsional otot yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, penurunan fungsi propioceptif serta kecepatan, gangguan sistem vestibular, visual dan waktu reaksi. Penurunan kekuatan otot pada lansia terjadi karena adanya perubahan struktur otot akibat penuaan. Bentuk- bentuk perubahan struktur otot tersebut berupa penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, atropi pada beberapa serabut otot dan hipertropi pada beberapa serabut otot yang lain, peningkatan jaringan lemak dan jaringan penghubung dan lai-lain yang menyebabkan efek negative. Efek tersebut adalah penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas, perlambatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan fungsional. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat quasi eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan strengthening dan coordination terhadap keseimbangan lansia. Populasi dalam penelitian ini diambil di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng dang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi subyek adalah berumur minimal 60 tahun (elderly), tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng, mampu mengikuti instruksi atau perintah sederhana, memiliki nilai skala berg minimal 35, memiliki nilai kecepatan TUG minimal 25 detik. Teknik pengumpulan data fungsi keseimbangan dalam penelitian ini adalah BBS dan TUG. Cara pemeriksaan BBS, lansia diberi penjelasan kurang lebih 10 menit tentang proses pemeriksaan keseimbangan dengan BBS. Pasien melakukan 14 item instruksi yang terdiri dari (1) berdiri dari posisi duduk, (2) berdiri tanpa bantuan, (3) duduk dengan punggung tidak disangga, (4) duduk dari posisi berdiri, (5) berpindah tempat, (6) berdiri dengan mata tertutup, (7) berdiri dengan kaki dirapatkan, (8) menjangkau kedepan, (9) memungut barang dari lantai, (10) melihat kebelakang, (11) berputar 360 derajat, (12) menempatkan kaki bergantian dibangku kecil, (13) berdiri dengan satu kaki didepan kaki lain, (14) berdiri diatas satu kaki. Setiap item akan mendapat nilai 0-4. Cara pemeriksaan TUG, lansia duduk pada kursi dengan bersandar. Ketinggian kursi disesuaikan dengan tinggi lansia. Lutut fleksi 90 0, lengan bersandar. Selanjutnya lansia berdiri, berjalan 3 meter (10ft), berputar, jalan kembali menuju kursi dan duduk kembali bersandar. Waktu diukur dengan stopwatch mulai dari awal berdiri sampai duduk bersandar kembali. Saat berjalan dapat menggunakan alas kaki, dengan alat bantu atau tanpa alat bantu, tetapi tidak boleh dibantu oleh orang lain. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng pada tanggal 4 Januari 2016 sampai 16 Februari 2016. Jumlah penghuni Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng yang mengikuti seleksi kriteria inklusi dan ekslusi adalah 20 orang yang dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, dimana kelompok perlakuan I sampel diberikan strengthening dan kelompok perlakuan II diberikan latihan coordination. Selanjutnya dilakukan identifikasi data menurut jenis kelamin, usia, dan IMT. Sebelum diberikan latihan terlebih dahulu sampel dilakukan pengukuran keseimbangan dengan menggunakan BBS dan TUG, baik pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan

II, sehingga diperoleh nilai awal keseimbangan pada lansia. Setelah diberikan latihan sebanyak 18 kali masing-masing perlakuan maka dilakukan kembali pengukuran keseimbangan pada lansia guna memperoleh hasil evaluasi dari masingmasing perlakuan yang telah diberikan. Berikut dibawah ini peneliti gambarkan tentang gambaran sampel yang diambil sebagai objek penelitian. Tabel 1: Distribusi sampel berdasarkan umur Umur Perlakuan I Perlakuan II Jumlah % Jumlah % 60-65 tahun 4 40% 4 40% 66-70 tahun 4 40% 3 30% 71-75 tahun 2 20% 3 30% Jumlah 10 100 % 10 100% Berdasarkan tabel pada kelompok perlakuan I sampel yang berumur 60-65 tahun berjumlah 4 (40%), umur 66-70 tahun berjumlah 4 (40%), umur 71-75 tahun berjumlah 2 (20%) dengan jumlah seluruh sampel pada perlakuan I adalah 10 (100%). Sedangkan pada kelompok perlakuan II sampel yang berumur 60-65 tahun berjumlah 4 (40%), umur 66-70 tahun berjumlah 3 (30%), umur 71-75 tahun berjumlah 3 (30%) dengan jumlah seluruh sampel pada perlakuan II adalah 10 (100%). Tabel 2: Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Perlakuan I Perlakuan II Jumlah % Jumlah % Laki-laki 6 60% 4 40% Perempuan 4 40% 6 60% Jumlah 10 100% 10 100% Berdasarkan tebel diatas pada kelompok perlakuan I sampel laki-laki berjumlah 6 (60%) dan sampel perempuan berjumlah 4 (40%). Sehingga jumlah keseluruhan 10 (10%). Sedangkan pada kelompok perlakuan II sampel laki-laki berjumlah 4 (40%) dan sampel perempuan berjumlah 6 (60%) dengan jumlah keseluruhan sampel 10 (100%). Tabel 3: Distribusi sampel berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) IMT Keteran gan Perlakuan I Perlakuan II (kg/m 2 ) Juml % Jumla % ah h <17 Sangat 0 0% 0 0% kurus 17.0 Kurus 0 0% 0 0% 18.4 18.5- Normal 8 80% 7 70% 25.0 25.1- Gemuk 2 20% 3 30% 27.0 >27.0 Sangat 0 0% 0 0% gemuk Jumlah 10 100 % 100 % Berdasarkan tabel, pada kelompok perlakuan I nilai IMT terbanyak dengan kategori normal berjumlah 8 (80%) dan kelompok perlakuan II nilai IMT terbanyak dengan kategori normal berjumlah 7 (70%). Jumlah total sampel baik kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II adalah sebanyak 10 orang. Dari gambaran sampel tentang umur, jenis kelamin dan IMT menunjukkan bahwa sampel yang dipilih telah memenuhi keterwakilan dari populasi. Hasil Pengukuran Keseimbangan Adapun nilai hasil pengukuran keseimbangan dengan BBS dan TUG pada kelompok perlakuan I sebelum dan sesudah perlakuan tercantum dalam tabel dibawah: Tabel 4: Nliai BBS kelompok perlakuan I sebelum dan sesudah latihan strengthening 1 42 49 2 36 45 3 42 48 4 40 47

5 36 44 6 39 46 7 40 48 8 38 45 9 36 44 10 41 48 Mean 39 46,4 SD 2,40 1,83 Tabel 5: Nliai TUG kelompok perlakuan I sebelum dan sesudah latihan strengthening 1 16,15 12,25 2 23,35 18,24 3 13,18 10,25 4 23,16 18,10 5 18,56 13,01 6 16,05 12,24 7 21,11 17,25 8 18,05 13,27 9 15,16 11,38 10 18,09 14,23 Mean 18,28 14,02 SD 3,38 2,86 Seperti terlihat pada tabel diatas, rata-rata nilai BBS sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan I sebesar 39 dengan nilai SD 2,40. Setelah perlakuan, rata-rata nilai BBS meningkat menjadi 46,4 dengan nilai SD 1,83. Hal yang sama juga terjadi pada nilai TUG, nilai rata-rata kecepatan TUG sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan I sebesar 18, 28 dengan nilai SD sebesar 3,38. Setelah perlakuan, ratarata kecepatan nilai TUG meningkat menjadi 14,02 dengan nilai SD sebesar 2,86. Nilai BBS dan TUG pada kelompok perlakuan II. Tabel 6: Nliai BBS kelompok perlakuan II sebelum dan sesudah latihan coordination 1 42 48 2 42 50 3 40 48 4 37 46 5 41 48 6 38 47 7 39 46 8 38 45 9 40 48 10 37 44 Mean 39,4 47 SD 1,89 1,76 Tabel 7: Nliai TUG kelompok perlakuan II sebelum dan sesudah latihan coordination 1 14,70 11,35 2 13,30 10,20 3 16,47 13,16 4 20,18 16,32 5 19,01 14,27 6 17,10 14,25 7 22,09 18,23 8 16,21 12,57 9 17,38 13,21 10 19,10 13,25 Mean 17,55 13,40 SD 2,61 2,30 Seperti terlihat pada tabel diatas, rata-rata nilai BBS sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan II sebesar 39,4 dengan nilai SD 1,89. Setelah perlakuan, rata-rata nilai BBS meningkat menjadi 47 dengan nilai SD 1,76. Hal yang sama juga terjadi pada nilai TUG, nilai rata-rata kecepatan TUG sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan II sebesar 17,55 dengan nilai SD sebesar 2,61. Setelah perlakuan, ratarata kecepatan nilai TUG meningkat menjadi 13,40 dengan nilai SD sebesar 2,30. Uji hipotesis Setelah melakukan latihan sebanyak 18 kali secara teratur terhadap kedua kelompok perlakuan tersebut, maka selanjutnya peneliti melihat nilai signifikan ke dua perlakuan yang berhubungan yaitu nilai peningkatan BBS dan nilai peningkatan kecepatan TUG sebelum maupun sesudah latihan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Untuk melihat perbedaan pengaruh peningkatan keseimbangan lansia pada alat ukur BBS dan TUG sebelum dan sesudah latihan strengthening pada kelompok perlakuan I maka dilakukan uji paired sample T-test.

Tabel 8: Nilai peningkatan keseimbangan dengan alat ukur BBS sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan I Sebelum Sesudah latihan latihan 42 49 7 36 45 9 42 48 6 40 47 7 36 44 8 39 46 7 40 48 8 38 45 7 36 44 8 41 48 7 39 46,4 7,4 2,40 1,83 0,84 Tabel 9: Nilai peningkatan keseimbangan dengan alat ukur TUG sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan I Sebelum Sesudah latihan latihan 16,15 12,25 3,9 23,35 18,24 5,11 13,18 10,25 2,93 23,16 18,10 5,06 18,56 13,01 5,55 16,05 12,24 3,81 21,11 17,25 3,86 18,05 13,27 4,78 15,16 11,38 3,78 18,09 14,23 3,86 18,28 14,02 4,26 3,38 2,86 0,81 Berdasarkan tabel 8 dan 9 maka didapat hasil uji paired sample T-test dengan nilai P value kedua alat ukur 0.001 (P<0.05) hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan keseimbangan dengan alat ukur BBS maupun TUG yang bermakna. Perbedaan pengaruh peningkatan keseimbangan pada kelompok perlakuan II Tabel 10: Nilai peningkatan keseimbangan dengan alat ukur BBS sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan II Sebelum latihan Sesudah latihan 42 48 6 42 50 8 40 48 8 37 46 9 41 48 7 38 47 9 39 46 7 38 45 7 40 48 8 37 44 7 39,4 47 7,6 1,89 1,76 0,96 Tabel 11: Nilai peningkatan keseimbangan dengan alat ukur TUG sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan II Sebelum Sesudah latihan latihan 14,70 11,35 3,35 13,30 10,20 3,10 16,47 13,16 3,31 20,18 16,32 3,86 19,01 14,27 4,74 17,10 14,25 2,85 22,09 18,23 3,86 16,21 12,57 3,64 17,38 13,21 4,17 19,10 13,25 5,85 17,55 13,40 3,87 2,61 2,30 0,88 Berdasarkan tabel 10 dan 11 maka didapat hasil uji paired sample T-test dengan nilai P value kedua alat ukur 0.001 (P<0.05) hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan keseimbangan dengan alat ukur BBS maupun TUG yang bermakna. Untuk melihat perbedaan peningkatan keseimbangan lansia pada pemberian strengthening dan coordination baik menggunakan alat ukur BBS maupun TUG maka digunakan uji independent sample t-test Tabel 12: Nilai selisih peningkatan keseimbangan dengan alat ukur BBS sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan I dan II perlakuan I perlakuan II

7 6 9 8 6 8 7 9 8 7 7 9 8 7 7 7 8 8 7 7 Mean=7,4 Mean=7,6 SD=0,84 SD=0,96 Tabel 13: Nilai selisih peningkatan keseimbangan dengan alat ukur TUG sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan I dan II perlakuan I perlakuan II 3,9 3,35 5,11 3,10 2,93 3,31 5,06 3,86 5,55 4,74 3,81 2,85 3,86 3,86 4,78 3,64 3,78 4,17 3,86 5,85 Mean=4,26 Mean=3,87 SD=0,81 SD=0,88 Berdasarkan tabel diatas hasil perbandingan dengan menggunakan uji independent sample t-test didapat deskriptif statistik dengan nilai mean dan SD untuk selisih nilai antara kedua kelompok perlakuan dengan alat ukur BBS, dimana pada kelompok perlakuan I memiliki mean sebesar 7,4 dengan nilai SD sebesar 0,84 sedangkan pada kelompok perlakuan II memiliki nilai mean sebesar 7,6 dengan nilai SD sebesar 0,96 dan dengan alat ukur TUG, dimana pada kelompok perlakuan I memiliki mean 4,26 dengan nilai SD sebesar 0,81 sedangkan pada kelompok perlakuan II memiliki nilai mean sebesar 3,87 dengan nilai SD sebesar 0,88 dan akhirnya didapat nilai P Value untuk alat ukur BBS sebesar 0,628 (P>0,05) dan nilai P Value untuk alat ukur TUG sebesar 0,317 (P>0,05). Berdasarkan hasil uji statistic antara kedua kelompok, maka pada akhir penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1.Latihan strengthening dapat meningkatkan keseimbangan lansia dengan menggunakan alat ukur BBS dan TUG 2. Latihan coordination dapat meningkatkan keseimbangan lansia dengan menggunakan alat ukur BBS dan TUG 3. Berdasarkan hasil uji independent sample t- test didapatkan bahwa ternyata tidak ada perbedaan peningkatan keseimbangan lansia yang signifikan dari pemberian latihan strengthening dan coordination. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut: Pemberian latihan strengthening memberikan pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan keseimbangan pada lansia. Pemberian latihan coordination memberikan pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan keseimbangan pada lansia. Tidak terdapat hasil perbedaan yang terlalu bermakna antara kelompok perlakuan I yang diberikan latihan strengthening dengan kelompok perlakuan II yang diberikan latihan coordination. Daftar Pustaka Bronstein, Clinical disorder of balance, posture & gait, Oxford University Press, New York, 2014. Darmojo, Buku ajar Boedhi-Darmojo geriatric (ilmu kesehatan usia lanjut), Badan Penerbit FKUI, Jakarta, 2010. Fatimah, Merawat manusia lanjut usia, CV. Trans Info Media, Jakarta, 2010. Irfan, Fisioterapi bagi insan stroke, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010. Ishigaki et all, Effectiveness of muscle strengthening and description of protocols for preventing falls in the elderly: a

systematic review, Brazilian Journal of Physical Therapy, 2013. Kisner, Therapeutic : foundations and techniques, sixth edition, F.A. Davis Company, Philadelphia, 2012. Lee, et all, Balance improvement by strength training for the elderly, J.Phys.Ther.Sci. 25: 1591-1593, 2013 Maryam, et all, Asuhan keperawatan pada lansia, CV. Trans Info Media, Jakarta, 2010 Nejc et all, Strength Training in Elderly People Improves Static Balance: a Randomized Controlled Trial, European Journal Translational Myology. 23 (3): 85-89, 2013 Nitz et all, Physiotherapy practice in residential aged care, Butterworth Heinemann, USA, 2004 Pudjiastuti, Fisioterapi pada lansia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2003. Utomo et all, Uji Validitas Kriteria Time Up and Go test (TUG) Sebagai Alat Ukur Keseimbangan Pada Lansia, Jurnal Fisioterapi. Volume 9. Nomor 2 : Oktober 2009: halaman 86-93, 2009. Utomo et all, Peningkatan kekuatan, fleksibilitas dan keseimbangan otot lanjut usia melalui senam mandiri Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. Jilid 2. November 2012: halaman 7-12, 2012. Wardhani et all, Kekuatan otot dan mobilitas usia lanjut setelah latihan penguatan isotonic quadriceps femoris di rumah Majalah Kedokteran Indonesia. Volume 61. Nomor 1 : Januari 2011 Wong et all, Coordination and postural stability in elderly people, Arch Phys Med Rehabil vol 82. 608-612, 2001.