BAB II TINJAUAN TEORI. Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu. untuk kesejahteraan fisik dan psikis.pemenuhan personal hygiene

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI A. Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan

6

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang

PERSONAL HYGIENE DIRUMAH PADA PENDERITA STROKE DI DESA PEKUWON, KECAMATAN BANGSAL, KABUPATEN MOJOKERTO

Kebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. dan kesehatan (Potter dan perry, 2006).

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Alimul, 2006).

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI

PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI POLI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU

BAB I PENDAHULUAN. sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah. killer, diabetes mellitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke otak.

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON HEMORAGIK (SNH) DI RUANG SINDORO RSUD BOYOLALI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku merupakan perbuatan

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

DATA RESPONDEN. Laki-laki. Perempuan. 2. Berapakah usia Bapak/ Ibu/ Saudara saat ini : Tahun. 3. Apakah pendidikan tertinggi Bapak/ Ibu/ Saudara :

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian stroke menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

Tindakan keperawatan (Implementasi)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

nonfarmakologi misalnya, teknik

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

KONSEP PERSONAL HYGIENE & ASKEP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke dalam bahasa inggris berarti pukulan. Ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

LEAF. Book Bacaan ringkas & terpercaya. & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE

BAB II TINJUAN PUSTAKA

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

SURAT PENGANTAR RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ALAT PENELITIAN. lain-lain, sebutkan. 4. suku : 5. tingkat pendidikan : tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SMA tamat perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

KUISIONER PENELITIAN KUALITAS PELAYANAN POLIKLINIK RUTAN KLAS I CIPINANG PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

V E R T I G O. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Personal Hygiene (kebersihan diri) 2.1.1 Pengertian Personal Hygiene Menurut Tarwoto (2004) personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan pasien (Potter & Perry, 2006). Dalam praktek keperawatan, fungsi perawat terdiri atas 3 bagian yaitu fungsi independen, fungsi interdependen dan fungsi dependen (Praptianingsih, 2007). 6

2.1.2 Aspek-aspek personal hygiene (Potter & Perry,2005) 1. Memandikan Memandikan pasien merupakan personal hygiene total.mandi dapat dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap diperlukan bagi pasien dengan ketergantungan total dan memerlukan personal hygiene total. Keluasan mandi pasien dan metode yang di gunakan untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik pasien dan kebutuhan tingkat hygiene yang dibutuhkan. Pasien yang bergantung dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene, terbaring di tempat tidur dan tidak mampu mencapai semua anggota badan dapat memperoleh mandi sebagian ditempat tidur.tujuan memandikan pasien di tempat tidur adalah untuk menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat kulit kotor, memperlancar sistem peredaran darah, dan menambah kenyamanan pasien. Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, dan membuat pasien merasa lebih rileks dan segar. Pasien dapat dimandikan setiap hari di rumah sakit. Namun, bila kulit pasien kering, mandi mungkin dibatasi sekali atau dua kali seminggu sehingga tidak akan menambah kulit menjadi kering. Perawat atau anggota keluarga mungkin perlu 7

membantu pasien berjalan ke kamar mandi atau kembali dari kamar mandi.perawat atau anggota keluarga harus ada untuk membantu pasien mengguyur atau mengeringkan bila perlu atau mengganti pakaian bersih setelah mandi.kadang pasien dapat mandi sendiri di tempat tidur atau mereka memerlukan bantuan dari perawat atau anggota keluarga untuk memandikan bagian punggung atau kakinya.kadang pasien tidak dapat mandi sendiri dan perawat atau anggota keluarga memandikan pasien di tempat tidur. 2. Membersihkan kuku, kaki dan tangan Kaki, tangan dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki, tangan dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku.oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih.perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar. 8

3. Mencuci rambut Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut seharihari.menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan rambut.distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum. perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi.penyakit atau ketidakmampuan menjadikan pasien tidak dapat memelihara perawatan rambut sehari hari.pasien imobilisasi rambutnya cenderung terlihat kusut.pasien juga harus di izinkan bercukur bila kondisi mengizinkan.pasien yang mampu melakukan perawatan diri harus dimotivasi untuk memelihara perawatan rambut sehari hari.sedangkan pada pasien yang memiliki keterbatasan imobilisasi memerlukan bantuan perawat atau keluarga pasien dalam melakukan hygiene rambut. Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit 9

kepala yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan pasien dapat berpartisipasi dalam melakukan praktik perawatan rambut. 4. Membersihkan mulut Pasien imobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan mulut, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi dan menimbulkan bau tidak enak.masalah ini dapat meningkat akibat penyakit atau medikasi yang digunakan pasien.perawatan mulut harus dilakukan setiap hari dan bergantung terhadap keadaan mulut pasien.gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok membersihkan gigi dari partikel partikel makanan, plak, bakteri, masase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan. hygiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan. Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah 10

penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya tifus, hepatitis), mencegah penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar. 5. Membersihkan mata, hidung, telinga Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga selama pasien mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan.namun, pasien dengan serumen yang terlalu banyak telinganya perlu dibersihkan baik mandiri pasien atau dilakukan oleh perawat dan keluarga. Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperatur dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem pernapasan.pasien yang memiliki keterbatasan imobilisasi memerlukan bantuan perawat atau anggota keluarga untuk melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga. Tujuan 11

perawatan mata, hidung, dan telinga adalah pasien akan memiliki organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga pasien akan bebas dari infeksi, dan pasien akan mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga sehari hari. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene Menurut Tarwoto (2004), sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain : a. Citra tubuh : Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. b. Praktik sosial : Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan personal hygiene. Praktik personal hygiene pada lansia dapat berubah dikarenakan situasi kehidupan, misalnya jika mereka tinggal di panti jompo mereka tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru. Privasi tersebut akan mereka dapatkan dalam rumah 12

mereka sendiri, karena mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk melakukan personal hygiene sendiri c. Status sosioekonomi :Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. d. Pengetahuan : Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Namun demikian pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong individu untuk meningkatkan personal hygiene. Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus selalu menjaga kebersihan kakinya. e. Budaya : Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda. Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh di mandikan. f. Kebiasaan seseorang : Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan melakukan perawatan 13

rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan shampo, dan lain-lain. g. Kondisi fisik : Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. 2.1.4 Dampak personal hygiene Menurut Tarwoto, 2004 dampak yang akan timbul jika kebutuhan personal hygiene pasien tidak terpenuhi adalah sebagai berikut : a. Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah munculnya kutu pada rambut, gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. b. Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. 14

2.2 Perawat 2.2.1 Pengertian Perawat Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien.sedangkan perawat ruangan adalah para perawat yang bertugas di setiap ruangan dalam lingkup sebuah rumah sakit (Praptianingsih, 2007). 2.2.2 Peran dan Fungsi Perawat (Potter & Perry, 2005). 2.2.1.1 Peran perawat a. Perawat sebagai pelaksana Perawat baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga dan masyarakat.hal ini perawat bertindak sebagai comforter (perawat mengutamakan kenyamanan dan rasa aman pasien).protector dan advokat (perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan), communicator (perawat bertindak sebagai mediator antara pasien dengan tim 15

kesehatan maupun dengan keluarga) serta rehabilitator (mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal setelah sakit, kecelakaan atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya). Agar peran ini dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga tujuan asuhan keperawatan tercapai, maka perawat harus melaksanakan proses asuhan keperawatan yang terdiri atas assessment, diagnosis, planning,implementation dan evaluation. Peran inilah perawat berhubungan langsung dengan pasien selama 24 jam.oleh karena itulah, perawat rentan terhadap kesalahan dan kelalaian yang menimbullkan tuntutan pertanggungjawaban dan tanggung gugat manakala pasien dan atau keluarganya tidak biasa menerima kegagalan upaya pelayanan kesehatan yang sudah dilakukan terhadap pasien (Potter & Perry, 2005). b. Perawat sebagai pendidik Fokus utama dari perawat pendidik adalah mengajarkan individu yang sakit atau tidak mampu dan keluarganya untuk melakukan perawatan mandiri.seorang pendidik juga di tuntut mempunyai pengetahuan yang luas di bidang kesehatan (Potter & Perry, 2005). 16

2.3 Kepuasan pasien 2.3.1 Definisi kepuasan pasien Kepuasan pasien adalah kepuasan seseorang yang dapat tercapai apabaila kebutuhan, keinginan, dan harapannya dapat terpenuhi melalui mutu pelayanan serta sikap medis yang diberikan secara baik maupun tepat (Awinda,2004) 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien Menurut Budiastuti2002 dalam (Purwanto,2007), faktor-faktor kepuasan pasien, antara lain : 1. Kinerja tenaga perawat Perilaku atau penampilan dari perawat dalam melakukan tindakan pelayanan kepada pasien, meliputi : sikap, sopan atau ramah dengan pasien dalam berkomunikasi ataupun dengan sikap yang baik agar dapat memenuhi kebutuhan pasien serta kenyamanan yang diberikan. 2. Keandalan (Reliability) Kemampuan yang dimiliki perawat dapat memberikan tindakan yang baik terhadap pasien di rumah sakit atau ruangan tersebut. 3. Service ability 17

Perawat cepat dan tepat dalam memberikan penanganan atau keluhan yang dapat memuaskan pasien. 2.3.3 Tingkat kepuasan dalam pelayanan keperawatan Dalam penilaian kualitas pelayanan keperawatan, teori Fitsmmons dalam Purnomo (2004), mengemukakan bahwa tingkat kepuasan pasien dalam pelayanan keperawatan dapat dilihat dalam 5 dimensi, yaitu : a. Reliability Kemampuan untuk memberikan jenis pelayanan yang tepat dan benar sesuai dengan yang telah dijanjikan kepada klien dalam memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya, akurat, dan konsisten. Misalnya penerimaan pasien yang cepat, tepat, dan tidak terbelit-belit, pelayanan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, serta perawat menjelaskan apa yang harus dipatuhi pasien atau tidak bias dilanggar oleh pasien. b. Responsiveness Kesadaran atau keinginan petugas kesehatan untuk membantu klien dan memberikan pelayanan dengan cepat dan bermakna serta kesediaan mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan klien, misalnya penyediaan sarana yang sesuai untuk menjamin terjadinya proses yang tepat. 18

c. Assurance Pengetahuan atau wawasan, kesopan santunan, percaya diri dari pemberi pelayanan, serta perhatian terhadap konsumen, misalnya kepercayaan pasien terhadap jaminan kesembuhan dan keamanan sehingga akibat pelayanan yang diberikan termasuk pengetahuan perawat dalam memberikan tindakan keperawatan yang sopan dan ramah. d. Tangibles Penampilan para tenaga kesehatan dan fasilitas fisik, seperti peralatan berbagai materi komunikasi, contohnya menyiapkan alat kebersihan diri. e. Empaty Kemauan pemberi pelayan untuk melakukan pendekatan, memberi perlindungan, serta berusaha untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pasien, misalnya kebutuhan BAK, BAB, personal hygiene, dan lain-lain.kesediaan tenaga kesehatan untuk peduli memberikan perhatian kepada pasien. 2.3.4 klasifikasi kepuasan 19

Menurut Gerson (2004) dalam Parinduri (2009), untuk mengetahui tingkat kepuasan klien dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, yaitu sebagai berikut : a. Sangat memuaskan Diartikan sebagai ukuran subyektif dari hasil penilaian perasaan pasien yang menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar sesuai kebutuhan atau keinginan pasien, seperti sangat bersih (untuk prasarana), sangat ramah (untuk hubungan dengan dokter, perawat, atau tenaga kesehatan lain), sangat cepat (proses keperawatan, proses administrasi), yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas pelayanan yang paling tinggi. b. Memuaskan Diartikan sebagai ukuran subyektif hasil penilaian perasaan pasien, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak kurang cepat (tindakan keperawatan, proses administrasi) atu kurang ramah, yang seluruhnya ini menggambarkan tingkat kualitas yang kategori sedang. 20

c. Tidak memuaskan Diartikan sebagai ukuran subyektif hasil penelitian perasaan pasien yang rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak lambat (untuk tindakan keperawatan, atau proses administrasi), dan tidak ramah. d. Sangat tidak memuaskan Diartikan sebagai ukuran subyektif hasil penelitian perasaan pasien yang rendah, menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak bersih (untuk sarana), lambat (untuk proses tindakan keperawatan, atau proses administrasi), dan tidak ramah. Seluruh hal ini menggambarkan tingkat kualitas yang kategori yang paling rendah. 2.4 Imobilisasi dengan stroke 2.4.1 Definisi Imobilisasi 21

Konsep imobilisasi merupakan hal relatif dalam arti tidak saja kehilangan pergerakan total, tetapi juga terjadi penurunan aktivitas normalnya.pada keadaan imobilisasi, pasien tidak dapat menghindari pembatasan gerak pada setiap aspek kehidupan.jadi imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi dimana gerakan terganggu atau dibatasi secara terapeutik. (Potter&Perry,2006) Dalam hubungannya dengan perawatan pasien, maka imobilisasi adalah keadaan dimana pasien terbaring lama di tempat tidur, tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas). Imobilisasi pada pasien tersebut dapat disebabkan oleh penyakit yang dideritanya,yaitu stroke (Asmadi,2008). 2.4.2 Definisi Stroke Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi karena pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat emboli yang mengalir ke otak dari 22

tempat lain di tubuh, atau akibat perdarahan otak (Corwin, 2001). Stroke didefinisikan kondisi dimana terjadinya kerusakan pada sebahagian otak disebabkan karena pembuluh darah yang tersumbat sehingga oksigen tidak terpenuhi dengan baik. Penyakit stroke merupakan penyebab kematian utama di dunia dan dapat menyebabkan kematian, kelumpuhan, gangguan bicara,menurunkan kesadaran dan banyak akibat lainnya. Penyakit stroke ini dapat terjadi karena gangguan penyakit seperti jantung, diabetes mellitus dan hipertensi (Sarafino, 2006). 2.4.2 Klasifikasi stroke Menurut Prof. S.M. Lumbantobing, ahli saraf pada fakultas kedokteran UI(2001) menyatakan bahwa secara umum stroke dapat terbagi atas dua bagian yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke dapat di klasifikasikan dengan beberapa jenis dari kedua bagian besar stroke tersebut yaitu a. Stroke Iskemik Menurut Prof. S.M. Lumbantobing, ahli saraf pada fakultas kedokteran UI(2001), stroke iskemik secara patofisiologis adalah kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak mencukupi. Stroke iskemik disebabkan 23

penggumpalan darah.penyebab utamanya adalah aterosklerosis pembuluh darah di leher dan kepala. Stroke iskemik terdiri dari : 1. Stroke Iskemik Trombotik: Stroke jenis ini terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah ke otak. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit ateroklerosis. 2. Stroke Iskemik Embolik: terjadi tidak di pembuluh darah otak, melainkan ditempat lain, seperti jantung. Penggumpalan darah terjadi di jantung, sehingga darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak. 3. TIA (Transient Ischemic Attack): serangan iskemik sementara. Gejalanya mirip stroke, tapi hanya terjadi dalam beberapa menit. Tidak sampai berjam- jam. Gejalanya antara lain : wajah pucat,tangan atau kaki kanan atau kiri- lumpuh. Vertigo (sakitkepala) juga menjadi salah satu gejala, juga disfagia (sulit menelan), lemahnya kedua kaki, mual, dan ataksia. Lalu pasien juga tak bisa berbicara atau memahami omongan orang, kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata,serta hilangnya keseimbangan dan koordinasi. b. Stroke Hemoragik 24

Ini jenis stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak atau pembuluh darah otak bocor. Ini bisa terjadi karena tekanan darah ke otak tiba-tiba meninggi, sehingga menekan pembuluh darah Stroke hemoragik terdiri dari : 1. Stroke Hemoragik Intraserebral: Pada kasus ini, sebagian besar orang yang mengalaminya bisa menderita lumpuh dan susah di obati. Pada stroke jenis ini pendarahan terjadi di dalam otak. Biasanya mengenai basal ganglia, otak kecil, batang otak, dan otak besar. Jika yang terkena di daerah talamus, sering penderitanya sulit dapat di tolong meskipun di lakukan tindakan operatif untuk mengevakuasi perdarahannya. 2. Stroke Hemoragik Subaraknoid: Memiliki kesamaan dengan stroke hemoragik intraserebral. Yang membedakannya, stroke ini di pembuluh darah di luar otak, tapi masih di daerah kepala, seperti di selaput otak bagian bawah otak. Meski tidak di dalam otak, perdarahan itu bisa menekan otak. Hal ini terjadi akibat adanya aneurisma yang pecah atau AVM (arteriovenous malformation) Peneliti memasukkan teori tentang klasifikasi stroke, dikarenakan hal ini memberikan 25

informasi kepada peneliti tentang penyebab dari jenisjenis stroke yang dialami oleh penderita stroke. Stroke mengakibatkan individu mengalami keterbatasan dalam hidupnya. Gangguan fisik tersebut adalah adanya serangan defisit neurologis/ kelumpuhan fokal, seperti : hemiparase yaitu kelumpuhan pada sebelah badan yang kanan atau kiri saja. 2.5 Hubungan antara personal hygiene perawat dengan kepuasan pasien imobilisasi dengan stroke. Personal hygiene merupakan tindakan untuk menjaga kebersihan diri guna mewujudkan dan mempertahankan kesehatan.personal hygiene meliputi memandikan pasien, membersihkan kuku,kaki dan tangan, mencuci rambut, membersihkan mulut, membersihkan mata, hidung, telinga. Personal hygiene tidak hanya penting bagi orang sehat, tapi menjadi kebutuhan penting bagi pasien yang terpenuhi selama menjalani perawatan di rumah sakit.personal hygiene bagi pasien bertujuan untuk meningkatkan kesembuhan klien dan mencegah terjadinya infeksi nosokomial.personal hygiene bagi pasien, bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien, bantuan keluarga atau bergantung penuh pada bantuan perawat. 26

Peran perawat sebagai pendidik dalam melakukan personal hygiene adalah mengajarkan kepada pasien dan keluarga cara memenuhi kebutuhan personal hygiene. Selain itu juga bertujuan untuk mengupayakan kebutuhan pasien agar keluarga ini dapat melakukan tindakan personal hygiene sewaktu ia pulang dari rumah sakit. Pemenuhan kebutuhan personal hygiene pasien adalah tugas/ tanggung jawab perawat.pasien imobilisasi dengan stroke membutuhkan perawat untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene.pasien stroke ini, tidak mampu melakukan personal hygiene secara mandiri karena keterbatasan fisik (imobilisasi) akibat efek dari penyakit stroke yang dialami.personal hygiene perawat memberikan dampak fisik dan psikologis pada pasien imobilisasi karena pasien imobilisasi mengalami keterbatasan gerak fisik. Salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan. Oleh karena itu, kepuasan pasien sebagai konsumen pelayanan kesehatan akan tercapai, apabila setiap pasien memperoleh hasil dan mutu pelayanan pelaksanaan personal hygiene yang baik dari perawat. 27

2.6 Kerangka Konseptual Variabel Independen Tindakan personal hygiene perawat Variabel Dependen Kepuasaan pasien imobilisasi dengan stroke 2.7 Hipotesis H0: Tidak ada hubungan tindakan personal hygiene terhadap kepuasan pasien imobilisasi dengan stroke. H1: Ada hubungan tindakan personal hygiene terhadap kepuasan pasien imobilisasi dengan stroke. 28