Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 8 Mei 2015 Pendahulu kami sebagai Gubernur Bank Indonesia, Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia, Pimpinan Kementerian dan Lembaga Negara, Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia, Perwakilan pelaku usaha, asosiasi industri, dan asosiasi perbankan, Perwakilan lembaga penelitian, pengamat dan akademisi, Pimpinan perbankan nasional, Para narasumber dan moderator, Hadirin dan undangan yang berbahagia, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, 1. Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas perkenan- Nya kita semua masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk hadir di acara pagi hari ini. Insya Allah kita akan bersama-sama mengikuti diskusi dan peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.24, Maret 2015 dengan tema Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik. 1
2. Buku KSK ini merupakan refleksi dinamika yang terjadi pada semester II-2014 dan merupakan bagian dari publikasi rutin Bank Indonesia untuk memenuhi transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang Makroprudensial. 3. Secara umum, substansi yang dimuat dalam buku ini merupakan hasil monitoring dan analisis Bank Indonesia mengenai perkembangan dan dinamika yang melingkupi sistem keuangan Indonesia. Termasuk dalam hal ini adalah uraian mengenai asesmen terhadap potensi risiko dan ketidakseimbangan keuangan, baik di lembaga keuangan, pasar keuangan, infrastruktur keuangan, serta sektor korporasi dan rumah tangga. 4. Kami berharap hasil monitoring dan analisis tersebut dapat membantu masyarakat, dan para pemangku kepentingan lainnya, untuk memahami kebijakan-kebijakan Makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia dalam menjaga dan memelihara stabilitas sistem keuangan. Bapak/Ibu yang kami hormati, 5. Kita belum lama meninggalkan tahun 2014, tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Cukup banyak peristiwa yang bisa diceritakan tentang bagaimana ekonomi Indonesia harus berhadapan dengan dinamika perekonomian global dan situasi domestik yang kurang menguntungkan. 6. Pada tataran global, kita bersama-sama menyaksikan bahwa pemulihan perekonomian global masih terus berlangsung, namun 2
dengan kecepatan yang tidak sesuai ekspektasi dan juga tidak merata. Dinamika yang bertransformasi menjadi tekanan global tersebut lebih mengemuka ketika harga komoditas dunia juga terus merosot karena lemahnya permintaan dunia, terutama dari Tiongkok. Dampaknya, kinerja perekonomian negara-negara emerging market menjadi terpengaruh dan berisiko mengalami pembalikan arus modal asing yang sebelumnya masuk dengan cukup deras, termasuk di Indonesia. 7. Dari dalam negeri, kami juga melihat adanya tekanan terhadap perekonomian yang tidak kalah beratnya. Perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik semakin diperdalam dengan berbagai kerentanan di sektor keuangan, seperti kecenderungan meningkatnya risiko kredit dan semakin membesarnya utang luar negeri swasta yang terekspos risiko nilai tukar. 8. Selain itu, berbagai permasalahan juga perlu segera diselesaikan karena membawa pengaruh pada stabilitas sistem keuangan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain adalah (i) pasar keuangan domestik yang belum dalam, (ii) segmentasi di Pasar Uang Antar Bank, (iii) kenaikan pangsa dana mahal berjangka pendek pada dana pihak ketiga perbankan, serta (iv) kenaikan harga properti yang masih berlanjut. Bapak/Ibu, para hadirin yang berbahagia, 9. Syukur Alhamdulillah, ditengah dinamika tantangan global dan domestik, stabilitas sistem keuangan Indonesia pada semester II 3
tahun 2014 secara umum masih tetap terjaga, dengan didukung oleh kinerja pasar keuangan yang membaik. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kinerja keuangan global, serta masih tingginya inflow dana asing ke Indonesia yang selama tahun 2014 mencapai Rp181,5 triliun. 10. Selain itu, kondisi sistem keuangan yang terpelihara baik juga ditopang oleh kondisi perbankan yang cukup kuat. Ini antara lain tercermin dari rasio ketahanan modal (CAR) perbankan yang jauh diatas ketentuan minimum, likuiditas industri yang relatif tinggi, serta rasio kredit bermasalah yang relatif rendah. Lebih jauh, kondisi sistem pembayaran yang semakin efisien, aman dan lancar juga turut berkontribusi pada terjaganya kondisi sistem keuangan. 11. Meskipun demikian, kita masih harus tetap waspada dan mencermati berbagai risiko yang mungkin timbul pada sistem keuangan. Kita tentu tidak ingin menjadi lengah dengan berbagai pencapaian yang mendukung ketahanan sektor keuangan di tahun 2014. 12. Dengan karakteristik perekonomian dan sistem keuangan Indonesia saat ini, kami mencermati adanya sumber-sumber kerentanan dan ketidakseimbangan keuangan yang berpotensi dapat menyebabkan risiko sistemik. Sumber-sumber kerentanan dan ketidakseimbangan tersebut setidaknya berkisar pada 5 (lima) area. 13. Pertama, perilaku prosiklikalitas perbankan yang mengikuti siklus keuangan, dan peningkatan pangsa dana mahal berjangka pendek pada dana pihak ketiga bank. Kedua, pertumbuhan utang luar 4
negeri swasta yang tidak seluruhnya di proteksi dengan lindung nilai. Ketiga, berlanjutnya penurunan harga-harga komoditas dunia yang mempengaruhi ekspor Indonesia yang masih bertumpu pada komoditas sumber daya alam. 14. Keempat, masih berlanjutnya ketidakpastian normalisasi kebijakan moneter the Fed dan membaiknya perekonomian Amerika Serikat yang berdampak pada penguatan dolar AS. Kelima, masih berlanjutnya peningkatan harga properti secara berlebihan yang dapat berdampak pada peningkatan risiko kredit maupun mempengaruhi upaya pengendalian inflasi. Bapak/Ibu yang kami muliakan, 15. Sumber-sumber ketidakseimbangan dan potensinya untuk menjadi risiko sistemik tersebut perlu diwaspadai, serta direspon dengan efektif dan sinergis. Dalam hal ini, koordinasi dan kolaborasi kebijakan antar otoritas dan lembaga yang tergabung dalam Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan, yaitu Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan LPS, menjadi kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan. 16. Sebagai otoritas makroprudensial, Bank Indonesia dalam menjaga dan memelihara stabilitas sistem keuangan berkontribusi dengan melanjutkan berbagai kebijakan makroprudensial yang telah dijalankan sejak pertengahan 2013. 5
17. Kebijakan-kebijakan makroprudensial tersebut antara lain mencakup penerapan Giro Wajib Minimum (GWM) Sekunder, GWM yang dikaitkan dengan besaran Loan to Deposit Ratio (LDR), kebijakan Loan to Value (LTV), serta upaya pendalaman pasar keuangan dan peningkatan keuangan inklusif. Selain itu, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan kebijakan yang dapat digunakan sebagai prudential guidelines dalam pengelolaan ULN oleh korporasi non-bank. 18. Perlu kami sampaikan bahwa pada prinsipnya kebijakan-kebijakan makroprudensial tersebut tidak bersifat permanen dan juga tidak cross-sectoral. Setiap saat dapat kebijakan-kebijakan tersebut dapat direview, dilakukan fine-tuning, dan disempurnakan agar keseimbangan dan kestabilan sistem keuangan yang menjadi tujuan kebijakan makroprudensial tetap dapat dijaga. Bapak/Ibu dan para hadirin yang kami hormati, 19. Mencermati kondisi di sistem keuangan, serta tekanan dan tantangan pada perekonomian nasional, arah kebijakan makroprudensial Bank Indonesia pada tahun 2015 akan difokuskan pada upaya-upaya untuk: (i) (ii) memitigasi risiko ketidakseimbangan keuangan, menjaga kecukupan likuiditas dan memperdalam pasar keuangan, serta 6
(iii) mendorong pertumbuhan kredit yang berkualitas pada sektor-sektor ekonomi produktif untuk mendukung peningkatan kapasitas perekonomian. 20. Arah kebijakan makroprudensial tersebut diimplementasikan antara lain melalui penyusunan neraca keuangan nasional dan daerah, penerapan komponen permodalan bank dalam bentuk Countercyclical Capital Buffer (CCB), dan penyempurnaan ketentuan GWM-LDR. 21. Selain itu, implementasi arah kebijakan makroprudensial juga dilaksanakan melalui penerapan mekanisme insentif/disinsentif untuk mendorong penyaluran kredit UMKM yang berkualitas, penguatan Protokol Manajemen Krisis (PMK), serta mendorong ketersediaan payung hukum Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK). 22. Satu hal yang perlu kami tekankan, upaya untuk menjaga dan memelihara stabilitas dan ketahanan sistem keuangan tidak hanya berkaitan dengan sistem keuangan konvensional. Bank Indonesia bersama dengan OJK dan Pemerintah juga terus berusaha meningkatkan stabilitas dan ketahanan di bidang keuangan syariah. Hal ini antara lain dilakukan melalui pengembangan instrumen keuangan syariah, pendalaman pasar Sukuk, dan perumusan regulasi yang kondusif. 23. Kita juga perlu mewaspadai konstelasi kebijakan moneter global, dimana terjadi divergensi kebijakan moneter antara the Fed dan negara maju lainnya yang membawa dampak pada berlanjutnya 7
penguatan dolar AS. Hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi kita, mengingat Indonesia dalam waktu yang bersamaan tengah menghadapi defisit neraca transaksi berjalan yang masih perlu dikendalikan. Kondisi ini apabila tidak diantisipasi dan direspon dengan baik akan berdampak pada kestabilan nilai tukar, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi stabilitas sistem keuangan. Bapak/Ibu sekalian, 24. Demikian kiranya yang dapat kami sampaikan sebagai pengantar diskusi dan peluncuran Kajian Stabilitas Keuangan No. 24, Maret 2015. Kami berharap diskusi nanti dapat membuka wawasan yang lebih luas terhadap sistem keuangan Indonesia, serta menghasilkan pemikiran-pemikiran yang konstruktif dan strategis bagi upaya pemeliharaan stabilitas sistem keuangan. 25. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi dan meringankan langkah kita. Sekian dan terima kasih Wassalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh Agus D.W.Martowardojo Gubernur Bank Indonesia 8