1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KAWASAN AGROTEKNOBISNIS SUMEDANG (KAS) KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa. memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ina Kristiani, 2013

BADAN PUSAT STATISTIK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

Oleh : Slamet Heri Winarno

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekreasi merupakan bagian dari kebutuhan pokok dari banyak orang pada

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENGERTIAN PERTANIAN 10/24/2007 ARTI PENTING SEKTOR PERTANIAN. PERTANIAN : Pertanian, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Perkebunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN.

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Studi Kinerja Industri Properti Komersial Apartemen, Hotel, Perkantoran, Pusat Perbelanjaan, Lahan Industri

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah Benua Australia dan Benua Asia, sedangkan samudera yang mengapit adalah Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Letak geografis Indonesia sangat menentukan perubahan musim di Indonesia. Pergantian musim di Indonesia disebabkan oleh angin muson yang berhembus setiap setengah tahun dan berganti arah. Secara astronomis, Indonesia terletak diantara 6 0 LU - 11 0 LS dan 95 0 BT 141 0 BT. Letak astronomis ini berpengaruh terhadap cuaca dan iklim di Indonesia. Indonesia merupakan daerah tropis merata sepanjang tahun dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Iklim tropis menyebabkan Indonesia mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun. Oleh karena itu, kondisi alam Indonesia sangat subur dan berpotensi untuk pengembangan pertanian. Pada tahun 2005-2007 sektor pertanian menempati urutan ketiga penyumbang bagi PDB di Indonesia. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2005-2009** (Miliar Rupiah) LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008* 2009** Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 364.169,3 433.223,4 541.931,5 716.065,3 858.252,0 25,26 Pertambangan dan Penggalian 309.014,1 366.520,8 440.609,6 540.605,3 591.531,7 17,73 Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih 760.361,3 919.539,3 1.068.653,9 1.380.713,1 1.480.905,4 18,40 26.693,8 30.354,8 34.723,8 40.846,1 46.823,1 15,09 Konstruksi 195.110,6 251.132,3 304.996,8 419.642,4 554.982,2 30 Perdagangan, Hotel & Restoran 431.620,2 501.542,4 592.304,1 691.494,7 750.605,0 14,9 Pengangkutan dan Komunikasi 180.584,9 231.523,5 264.263,3 312.190,2 352.407,2 18,85 Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 230.522,7 269.121,4 305.213,5 368.129,7 404.116,4 15,13 Jasa-jasa 276.204,2 336.258,9 398.196,7 481.669,9 573.818,7 20,06 Produk Domestik Bruto 2.774.281,1 3.339.216,8 3.950.893,2 4.951.356,7 5.613.441,7 19,34 Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 2.458.234,3 2.967.040,3 3.534.406,5 4.427.193,3 5.146.512,1 20,33 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (diolah) Keterangan : *angka sementara ** : angka sangat sementara

Tabel 1. menggambarkan bahwa PDB Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005-2007 sektor industri pengolahan menempati urutan pertama disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor pertanian menempati posisi kedua pada tahun 2008-2009. Sektor yang menyumbangkan PDB terkecil adalah listrik, gas dan air bersih. Pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2005-2008 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, pada tahun 2009 sektor pertanian mengalami penurunan pertumbuhan. Peningkatan PDB sektor pertanian terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 32,13 persen dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2007. Rata-rata pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2005-2009** menempati urutan kedua setelah sektor konstruksi. Rata-rata pertumbuhan sektor pertanian adalah 25,26 persen per tahun. Jawa Barat merupakan provinsi tersubur di Indonesia. Jawa Barat berjenis tanah andosol yang sangat subur untuk pertanian, didukung oleh curah hujan tinggi sehingga Jawa Barat memiliki ketersediaan air yang cukup untuk pengembangan pertanian. Komoditas pertanian Jawa Barat meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata agro. Kegiatan pertanian yang ada tidak terlepas dari budaya masyarakat Jawa Barat. Selain dikembangkan dengan cara tradisional, pengembangan budi daya agro di Jawa Barat juga mengadopsi teknologi masa kini untuk menghasilkan produk agro unggulan. Oleh karena itu, wisata agro menjadi suatu wahana untuk memperkenalkan Jawa Barat sebagai provinsi pertanian. Keragaman dan keunikan hasil pertanian yang dihasilkan oleh Jawa Barat serta kekayaan kultural yang sangat beragam mempunyai daya tarik yang kuat untuk dikembangkan sebagai wisata agro. Wisata agro merupakan salah satu alternatif pemasaran produk pertanian yang dapat meningkatkan daya saing pertanian. Peningkatan daya saing produk pertanian dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas produk sesuai dengan permintaan konsumen. Selain itu, peningkatan daya saing produk pertanian juga dapat dilakukan melalui pendekatan lainnya, yaitu dengan memberikan keunikan tersendiri terhadap produk pertanian yang dihasilkan. Salah satu caranya yaitu dengan menawarkan konsep baru di bidang pertanian seperti 2

wisata agro. Wisata agro merupakan konsep gabungan dari aktivitas pertanian dengan wisata alam yang memberikan pemandangan alam yang sejuk dan udara yang bersih. Pada umumnya kunjungan wisatawan ke objek wisata Jawa Barat pada tahun 2005-2007 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Wisatawan yang datang ke Provinsi Jawa Barat terdiri dari wisatawan mancanegata dan wisatawan domestik. Jumlah wisatawan mancanegara cenderung meningkat setiap tahunnya. Berbeda dengan wisatawan mancanegara, kunjungan wisatawan nusantara lebih berfluktuatif. Tabel 2. Kunjungan Wisatawan Ke Objek Wisata Jawa Barat Tahun 2005-2007 Wisatawan Wisatawan Tahun Jumlah Mancanegara Nusantara 2005 207.935 16.890.316 17.098.251 2006 227.068 23.859.547 24.086.615 2007 338.950 23.782.302 24.121.252 Sumber : Dinas Pariwisata (2010) Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa tahun 2005 merupakan tahun yang jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara paling sedikit dibanding tahuntahun lainnya. Tahun 2008 merupakan tahun dimana jumlah wisatawan nusantara paling banyak. Peningkatan pada tahun ini sebesar 41,26 persen dari tahun sebelumnya, tahun 2005. Jumlah wisatawan paling banyak adalah pada tahun 2007 yaitu sebesar 24.121.252 orang. Peningkatan jumlah wisatawan ke Jawa Barat setiap tahunnya harus dimanfaatkan untuk mengembangkan wisata agro. Salah satu kawasan wisata agro yang potensial untuk dikembangkan adalah objek wisata Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS). Kawasan Agrowisata ini terletak di Dusun Nangorak, Desa Margamekar, Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. KAS memiliki konsep memberdayakan masyarakat 3

pedesaan dengan mengembangkan sistem pertanian yang berorientasi agroeduteknobisnis dan berwawasan lingkungan. 1 1.2 Perumusan Masalah KAS terbentuk dari hasil kerja sama antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan pemerintah Jawa Barat, khususnya pemerintahan Kabupaten Sumedang. Kerja sama ini dilakukan dalam rangka implementasi ilmu pengetahuan untuk peningkatan daya saing Provinsi Jawa Barat. KAS diresmikan pada tanggal 8 April 2006. Pada tahun 2008 pengelolaan KAS diserahkan sepenuhnya kepada Pemkab Sumedang dan koordinatornya adalah Bapedda Kabupaten Sumedang. KAS resmi menjadi Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) pada tahun 2009 yang diharapkan dapat memberikan pemasukan terhadap penerimaan daerah. KAS merupakan proyek pembangunan yang berorientasi bisnis, sebagai pusat pengembangan teknologi, sebagai pusat pemasyaratan teknologi agribisnis, menerapkan teknologi mutakhir, mengembangkan produk lokal spesifik yang bernilai ekonomi tinggi, dilaksanakan secara terintegrasi, ramah lingkungan dan meminimalkan limbah (zero waste), mampu membiayai diri sendiri (self financing activities) dan memanfaatkan network agribisnis. Oleh karena itu, KAS kemudian berkembang menjadi kawasan wisata agro yang mengenalkan pertanian secara terpadu dengan menerapkan teknologi modern. Untuk sektor pertanian, kawasan ini memiliki kebun jagung hibrida, pabrik pengolahan jagung, kebun stroberry, screen house stroberry, screen house gold melon dan sebagian talas semir. Selain itu, di bidang peternakan dan perikanan KAS juga memiliki sapi dan domba serta kolam pemancingan ikan. Tempat peristirahatan juga tersedia di tempat ini. KAS memiliki luas lahan 95,345 ha, sedangkan yang baru dikembangkan sekitar 20 ha, sehingga masih banyak peluang untuk pengembangannya di masa mendatang. Kawasan ini memiliki manfaat yang besar bagi daerah Sumedang dan sekitarnya, khususnya di sektor pertanian dan peternakan. KAS diharapkan dapat 1 Panolih, Krisna P. 2003. Kabupaten Sumedang. http://www.kompas.com/kompascetak/0302/03/nasional/107956.htm. [13 Desember 2009] 4

dijadikan contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia dan secara maksimal dapat menunjang keberhasilan bagi masyarakat yang membutuhkannya khususnya masyarakat petani dan peternak. Disamping itu, kawasan ini juga dijadikan sebagai pusat konsultasi andalan bagi petani sekitar seperti konsultasi mengenai teknologi pertanian, peternakan beserta pengembangannya dan konsultasi mengenai metode tepat guna untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan memiliki keunggulan tersendiri. KAS adalah salah satu tempat wisata yang menjanjikan kedekatan pengunjung dengan alam. Pengunjung bisa melihat berbagai macam komoditas agro yang dikembangkan. Selain itu, pengunjung bisa bermain dan belajar mengenai hal yang berkaitan dengan agro dengan menggunakan teknologi yang modern. Namun, jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke tempat ini masih rendah, kurang dari satu persen dari keseluruhan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumedang (Tabel 3.). 600.000 500.000 433.520 446.201 477.732 490.353 400.000 371.108 384.024 300.000 200.000 100.000 0 12.916 12.681 12.621 2007 2008 2009 Wisman Wisnus Total Gambar 1. Jumlah Pengunjung ke Objek Wisata Kabupaten Sumedang 2007-2009 Sumber : Disbudparpora Kabupaten Sumedang, 2010 (diolah) Menurut data pada Gambar 1 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Sumedang cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Sebaliknya, jumlah kunjungan wisatawan domestik mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah wisatawan mancanegara ke Kabupaten Sumedang paling kecil terjadi pada tahun 2009. Pada tahun 2008 jumlah 5

wisatawan nusantara yang datang ke Kabupaten Sumedang meningkat sebesar 16,82 persen dari tahun sebelumnya. Secara keseluruhan Jumlah wisatawan yang datang ke Sumedang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tabel 3. Jumlah Wisatawan ke Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS) Tahun 2007-2008 Tahun Bulan (orang) Jumlah Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des 2007 778 878 847 1000 623 638 1047 610 948 650 545 1615 10179 2008 - - 658 267 409 1041 501 678 804 1020 - - 5378 Sumber : Kawasan Agroteknobisnis Sumedang, 2009 (diolah) Keterangan : Data hanya tersedia sampai tahun 2008 Berdasarkan data pada Tabel 3, jumlah wisatawan ke KAS menurun dari tahun 2007 2008. Pada tahun 2008 ada beberapa bulan yang sama sekali tidak ada wisatawan yang berkunjung ke KAS. Padahal pada tahun 2008 jumlah kunjungan wisatawan ke Sumedang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. KAS menetapkan target 1000 orang wisatawan setiap bulannya,tapi realisasinya hanya beberapa bulan saja yang bisa mencapai target tersebut, yaitu bulan April, Juli, dan Desember pada tahun 2007 serta bulan Juni dan Oktober pada tahun 2008. Bulan-bulan tersebut bertepatan dengan liburan sekolah dan libur Idul Fitri. Sedikitnya jumlah wisatawan yang berkunjung menyebabkan KAS sampai saat ini belum bisa memberikan pemasukan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sumedang. Jumlah kunjungan wisatawan yang sedikit disebabkan oleh kurangnya promosi yang dilakukan oleh KAS sehingga banyak wisatawan yang belum mengetahui keberadaan KAS. Selain itu, pengemasan kegiatan wisata agro yang ditawarkan masih belum bisa menarik wisatawan untuk berkunjung ke KAS, dengan kata lain strategi yang dipakai oleh KAS untuk menarik perhatian pengunjung masih belum optimal. Lemahnya aspek manajemen KAS terutama dalam fungsi pengorganisasian merupakan salah satu kendala bagi KAS. Keterbatasan sumberdaya pengelola dan peralihan pengelolaan KAS dari BPPT ke Pemkab Sumedang memberikan pengaruh besar terhadap kebijakan dan manajemen usaha yang dilakukan. Pada dasarnya KAS memiliki potensi besar untuk terus mengembangkan usaha. Namun, hal tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan. 6

Kurangnya pemanfaatan potensi yang dimiliki saat ini dikarenakan KAS menghadapi kendala baik dari sisi internal maupun eksternal yang memberikan pengaruh terhadap kelangsungan usaha. Pada lingkungan eksternal, pengetahuan masyarakat tentang keberadaan KAS masih kurang. Oleh karena itu, KAS membutuhkan strategi yang tepat agar mampu bersaing dan mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu memberikan pemasukan yang besar terhadap pendapatan daerah yang akan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sumedang. Dari penjabaran di atas maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu : 1. Faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi KAS? 2. Bagaimana strategi pengembangan yang dapat diterapkan oleh KAS? 3. Strategi apa yang menjadi prioritas dalam pengembangan KAS? 1.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi KAS. 2. Merumuskan strategi pengembangan yang dapat diterapkan oleh KAS. 3. Menganalisis strategi yang bisa menjadi prioritas dalam pengembangan KAS. 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Untuk penulis Penelitian ini akan melatih dan menambah kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi dengan pihak perusahaan maupun masyarakat serta meningkatkan peran mahasiswa dalam memberikan masukan kepada sebuah perusahaan tentang strategi pengembangan bisnisnya. 7

2. Untuk Pemerintah daerah Penelitian ini akan memberikan informasi dan memberikan alternatif perumusan strategi pengembangan wisata agro sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Pemkab Sumedang khususnya BAPEDDA Sumedang untuk mengembangkan KAS agar dapat meningkatkan pendapatan asli daerah dan perekonomian mayarakat dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. 3. Untuk Peneliti Kegiatan penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan referesi mengenai studi strategi pengembangan usaha serta sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah merumuskan strategi yang tepat untuk pengembangan KAS dari segi internal dan eksternalnya. Fokus kajian hanya pada objek wisata agro KAS. Analisis kajian melibatkan kepala UPTB KAS sebagai pihak yang mengelola KAS, Bappeda kabupaten Sumedang, dan Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sumedang. 8