PENGKAJIAN KAIN SONGKET MELAYU BATUBARA DITINJAU DARI BENTUK ORNAMEN, WARNA DAN MAKNA SIMBOLIK Andry Dwira Utama 1*, Sugito 2* Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan E-mail : Andry.tama22@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk ornamen, warna dan makna simbol yang terkandung dalam kain songket Melayu Batubara di Desa Padang Genting Kabupaten Batubara. Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu pada awal Agustus sampai dengan September Penelitian 2016. Lokasi ini bertujuan penelitian untuk adalah mengetahui daerah bentuk Batubara, ornamen, Sumatera warna dan Utara. makna Sampel simbol pada penelitian yang ini berjumlah terkandung 8 dalam kain kain songket songket Melayu Batubara. di Penelitian Desa Padang ini menggunakan Genting metode deskriptif Kabupaten kualitatif Batubara. Waktu dengan penelitian menguraikan selama 2 bulan masing-masing yaitu pada awal subjek Agustus yang sampaiditeliti, dengan menggunakan dengan September dua 2016. data Lokasi yakni penelitian data primer adalah diperoleh daerah Batubara, dari Sumatera survei lapangan Utara. dan dokumentasi Sampel yaitu pada mengamati penelitian ini langsung berjumlah objek 8 kain songket yang diteliti. Melayu Batubara. Sedangkan Penelitian data ini sekunder menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menguraikan masing-masing subjek diperoleh melalui yang diteliti, wawancara.hasil dengan menggunakan kajian dua 8 data kain yakni songket data primer Melayu diperoleh Batubara dari menunjukkan survei bahwa terdapat lapangan 19 dan dokumentasi yang diterapkan yaitu mengamati pada kain langsung songket objek Melayu yang diteliti. Batubara. Sedangkan Motif- tersebut antara data sekunder lain diperoleh mahligai, melalui wawancara.hasil bunga tekwa, kajian 8 kain rantai songket tumpuk Melayu berobang, serek, Batubara menunjukkan tabur bintang, bahwa terdapat semut 19 beriring, yang diterapkan keris, pada kain pucuk songketrebung, kaluk Melayu pakis, Batubara. Motif- siku keluang, tersebut antara tampuk lain manggis mahligai, bersela bunga kuntum, tekwa, rantai tumpuk berobang, serek, tabur bintang, semut beriring, tampuk manggis, keris, pucuk pucuk betikam, rebung, kaluk kembang pakis, sepatu, siku keluang, gigi hiu, tampuk bunga mawar, manggis pucuk bersela pandan, kuntum, bunga tampuk melati manggis, dan pucuk itik betikam, pulang petang. kembang Terdapat 6 warna yang sepatu, digunakan gigi untuk hiu, songket bunga yaitu mawar, merah, pucuk hitam, pandan, merah muda, bunga hijau, melati dan ungu dan coklat. itik pulang petang. Terdapat 6 warna yang digunakan untuk songket yaitu merah, hitam, merah muda, hijau, ungu dan coklat. Masing-masing bentuk ornamen dan warna memiliki makna diantaranya bentuk ornamen melati yang memiliki makna sopan Kata Kunci : Bentuk Ornamen, Warna, Makna. PENDAHULUAN Keberadaan suku Melayu di Batubara yang merupakan salah satu Kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara memiliki perpaduan dari beberapa etnis dan budaya, karena di kota ini didapati beberapa etnis Aceh, Banjar, Batak dan sebagian besarnya etnis Melayu. Songket adalah satu artefak dalam budaya yang berperan sebagai salah satu jati diri orang Melayu. Oleh karena itu, diperlukan kajian mengenai songket sebagai salah satu budaya lokal yang dapat menjadi rujukan bagi masyarakat Melayu secara umum. Pentingnya kajian ini juga didasari oleh kenyataan bahwa masyarakat Melayu Batubara dipandang kuat dalam 54
mengekspresikan budaya songket di kawasan Sumatera, bahkan dunia Melayu. Kain Songket Batubara terkenal dengan bentuk ornamennya yang penuh menghiasi kain dan warnanya beraneka ragam dan jenis. Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah maupun masyarakat suku Melayu ingin mengangkat dan melestarikan seni budaya meskipun terjadi pembaharuan. Songket Batubara ini hidup terus menuruti perkembangan zaman, karena songket sangat fungsional dalam kebudayaan Melayu di kawasan ini. Batubara sendiri merupakan pusat industri songket di Sumatera Utara. Songket selalu menjadi bagian penting dalam upacaraupacara adat Melayu seperti pesta pernikahan, khitanan, menyambut tetamu, menghantar dan menyambut jamaah haji, dan lain-lainnya. Pada era sekarang ini, hanya sedikit masyarakat terutama masyarakat Melayu yang tahu akan bentuk ornamen dan makna yang terdapat dalam kain songket. Hal ini disebabkan karena hanya diajarkan cara pembuatannya saja tanpa memberi tahu arti dari yang sedang dibuatnya. Sulit ditemukannya referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan bagi masyarakat terutama bagi pendidikan. Dalam hal warna, orang Melayu dulu di Batubara hanya menggunakan warna hitam, kuning, hijau dan merah saja yang memiliki makna tertentu dan hanya kaum bangsawan saja yang memakainya. Sedangkan pada era saat ini, perkembangan songket telah beraneka ragam warna dipakai karena mengikuti permintaan pasar dan siapa saja boleh memakai kain songket ini. Demikian pula yang terjadi dalam budaya masyarakat Melayu Desa Padang Genting, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara, yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap kembali bentuk, warna dan makna simbolik yang menjadi dasar songket Melayu, sehingga akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang telah terjadi. Jadi, dengan demikian peneliti mengambil judul PENGKAJIAN KAIN SONGKET MELAYU BATUBARA DITINJAU DARI BENTUK ORNAMEN, WARNA DAN MAKNA SIMBOLIK. KAJIAN TEORI 1.Pengertian Pengkajian Menurut Wiyatmi (2009:14), mengatakan bahwa kajian didefenisikan sebagai proses, perbuatan mengkaji, menyelidiki, penelaahan. Dengan kata lain kajian adalah kegiatan yang bertujuan untuk mempelajari suatu permasalahan untuk mengetahui pemecahan permasalahannya. 2.Pengertian Songket Kartiwa (1996:11), menyebutkan bahwa : kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti "mengait" atau "mencungkil". Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. 3.Pengertian Bentuk Bentuk ialah suatu unsur seni rupa dari gabungan berbagai suatu bidang. Bentuk terdiri dari bentuk geometris yaitu terdiri dari kubus, silinder, kerucut, dan lain-lain serta bentuk non geometris yaitu sebuah bentuk yang meniru suatu bentuk 55
alam, seperti hewan, manusia dan tumbuhan (Mesra, 2012:7). Gambar Bentuk Geometris Sumber : Blogspot.com 4.Pengertian Ornamen Menurut Gustami (dalam Misgiya dan Atmojo, 2008:19), menyebutkan seni ornamen merupakan cabang seni rupa yang telah mengakar di Indonesia. Keberadaannya sebagai pemuas rasa keindahan manusia di masa sekarang maupun di masa akan datang. Gambar Ornamen Bunga Matahari Sumber : Sirait (1980:187) 5.Pengertian Warna Menurut Rathus (1992:39), menyatakan bahwa : Warna adalah unsur umum yang menceritakan tentang bahasa lisan dan bahasa seni. Kita juga sering menghubungkan emosi dengan warna yang kita berbicara menjadi biru dengan duka cita, merah dengan kemarahan, hijau dengan kecemburuan, warna dalam karya seni dapat juga mencetuskan tanggapan emosi yang kuat. Dalam peninjauan yang diamati pekerjaan tangan yang bersentuhan dengan garis akan memperkaya bentuk dari sebuah pengalaman. Gambar Warna Komplementer Sumber : Tigercolour 6.Pengertian Makna Simbol Menurut Dillistone (2002:20), mendefenisikan simbol sebagai berikut : Sebuah simbol tidak berusaha untuk mengungkapkan keserupaan yang persis atau untuk mendokumentasikan suatu keadaan yang setepatnya. Malahan fungsi simbol adalah merangsang daya imajinasi, dengan menggunakan sugesti, asosiasi, dan relasi. 7.Jenis - Jenis Motif Songket Batubara Berdasarkan wawancara dengan narasumber Ibu Ratna, adapun itu diantaranya sebagai berikut : a. Motif Pucuk Betikam b. Motif Pucuk Perak c. Motif Pucuk Pandan d. Motif Bunga Mawar e. Motif Bunga Cempaka f. Motif Pucuk Caul g. Motif Siku Keluang h. Motif Naga Berjuang METODE PENELITIAN Untuk melakukan suatu penelitian maka perlu adanya metode agar penelitian itu mencapai tujuan dan lebih terarah. Metode adalah alat atau cara yang telah ditentukan untuk memecahkan suatu masalah. Semakin baik dan sistematis suatu metode, maka pencapaian tujuan penelitian akan semakin efektif pula. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini penulis akan menelusuri berbagai fakta dengan interpretasi yang sesuai dengan kondisi yang berlangsung. Pelaksanaan penelitian deskriptif kualitatif tidak terbatas dengan pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interprestasi datadata. 56
HASIL PENELITIAN Data yang dikaji berdasarkan keberadaannya dan kebutuhan, serta dilihat berdasarkan latar belakang pada kain songket Melayu Batubara tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bentuk Ornamen Adapun bentuk ornamen yang terdapat pada kain songket Melayu Batubara adalah sebagai berikut : a. Ornamen Keris Gambar Ornamen Keris Makna simbolik ornamen keris dalam kebudayaan Melayu adalah sebagai penanda atau pembeda suatu kedudukan. Karena yang memakai berbeda-beda tingkatannya atau kedudukannya, maka jenis kerisnya juga berbeda pula. Misalnya keris yang menggunakan ornamen mahkota dipakai oleh raja, keris yang menggunakan ornamen burung elang dipakai oleh seorang putra mahkota, keris yang menggunakan ornamen burung bayan dipakai oleh rakyat biasa, sedangkan keris yang menggunakan ornamen jawa demam dipakai oleh prajurit. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa ornamen keris yang ada pada songket hanya dipakai oleh kaum bangsawan saja karena kain songketnya berwarna ungu. b. Ornamen Semut Beriring Gambar Ornamen Semut Beriring Ornamen ini diambil dari kehidupan semut yang selalu bekerja sama, mampu sarang yang besar, mampu mengangkat barang-barang yang jauh lebih besar dari badannya dan bila bertemu selalu berangkulan. Ornamen semut beriring dalam budaya Melayu memiliki makna yaitu tingkah laku jalan seiring serasi, bersahabat, kompak, sifat kasih sayang antar sesama, saling tolong menolong, gotong royong, tahu diri dan tetap pendirian. Hidup yang terpuji dan mulia adalah hidup dengan berkasih sayang antar sesama tanpa membedakan suku bangsa, dengan berkasih sayang akan tercipta kehidupan yang aman dan sejahtera serta kehidupan yang tertib dan kedamaian akan terwujud. c. Ornamen Pucuk Rebung Gambar Ornamen Pucuk Rebung Makna simbol ornamen pucuk rebung dalam kebudayaan Melayu melambangkan harapan baik karena bambu merupakan pohon yang tidak mudah roboh oleh tiupan angin kencang. Ornamen pucuk rebung selalu ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain atau tumpal kain tersebut. Ornamen pucuk rebung memiliki makna yang sangat mendalam yaitu sebagai pengingat untuk terus berupaya maju karena pucuk rebung adalah bagian dari pohon bambu yang terus tumbuh dan tumbuh, harus senantiasa berfikir lurus sebagaimana tumbuhnya pucuk rebung, dan jika mencapai puncak tertinggi tidak boleh sombong dan arogan sebagaimana pohon bambu yang selalu merunduk ketika telah tinggi. d. Ornamen Siku Keluang Gambar Ornamen Siku Keluang 57
Ornamen siku keluang memiliki makna agar orang memilki sifat yang memegang amanah, taat, teguh pendirian, bertanggung jawab dan solidaritas yang merupakan cerminan dari sifat orang Melayu dalam kehidupannya. e. Ornamen Bunga Mawar kebudayaan Melayu punya banyak anak makin bagus karena dapat mempertahankan tradisi dari generasi ke generasi tanpa takut punah. h. Ornamen Pucuk Rebung Variasi Kaluk Pakis Ornamen bunga mawar memiliki makna menolak malapetaka. Maksudnya menghindari dari seseorang yang ingin berbuat jahat kepada si pemakai songket. f. Ornamen Pucuk Pandan Gambar 4.11 Ornamen Pucuk Pandan Ornamen pucuk pandan dibuat berdasarkan tanaman pandan yang hanya terdiri dari dedaunan yang berwarna hijau yang memiliki makna melihat ke depan demi kamajuan karena ujung daun pandan yang menghadap ke atas, semangat yang tidak pernah ada habisnya karena daun yang sudah tua digantikan dengan yang masih muda, memiliki kekuasaan dan sifat melindungi, dan ornamen daun pandan juga memiliki makna bahwa kaum tua maupun generasi muda selalu membawa keharuman dimanapun mereka berada karena sifat daun pandan sendiri yang membawa aroma pandan dimanapun mereka tumbuh. g. Ornamen Bunga Tekwa Gambar Ornamen Bunga Tekwa Ornamen bunga tekwa ini menyerupai pohon hayat yang memiliki makna kehidupan dan kesuburan. Dalam Gambar 4.17 Ornamen Pucuk Rebung Variasi Kaluk Pakis Ornamen ini memiliki makna dalam kebudayaan Melayu yaitu tahu diri mengikuti alur dimanapun berada karena seperti gambaran pohonnya berkelukkeluk atau meliuk-liuk. Ikuti jalan kehidupan ini berada, jangan selalu mengeluh. Ornamen ini juga mengandung makna keadilan, bijaksana, jujur, keberuntungan dan tetap pendirian yang harus diterapkan dalam jiwa seorang pemimpin, masyarakat dan juga dalam kehidupan sehari-hari. 2. Warna a. Warna Ungu Gambar Songket Keris Pusaka Nama : Perpaduan ornamen keris, ornamen semut beriring, ornamen mahligai, dan ornamen bunga melati dan manusia. Warna : Ungu Makna : Warna ungu memiliki makna simbolik royalti dan kekayaan juga melambangkan kearifan dan spiritualitas. Warna ungu digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri si 58
pemakainya. Selain warna kuning, warna ungu juga hanya dipakai oleh kaum bangsawan saja. b. Warna Merah kebudayaan Melayu warna hitam digunakan oleh pemangku adat atupun panglima-panglima kesultanan. d. Warna Merah Muda Gambar Songket Kembang Sepatu Nama : Perpaduan ornamen pucuk rebung, ornamen kembang sepatu dan ornamen siku keluang. Warna : Merah Makna : Warna merah diasosiasikan dengan darah, marah, bahaya. Warna pada kebudayaan Melayu melambangkan keberanian dan keperawanan atau seseorang yang masih remaja. Warna merah pada kebudayaan Melayu digunakan untuk masyarakat secara umum sebagai lambang kerakyatan. c. Warna Hitam Gambar Songket Bunga Tekwa Nama : Perpaduan ornamen pucuk pandan, ornamen bunga tekwa dan ornamen itik pulang petang. Warna : Merah muda Makna : Warna merah muda diasosiasikan dengan feminim, kelembutan, humor dan kehalusan. Pada kebudayaan Melayu, warna merah muda melambangkan sifat suku Melayu yang memiliki kelembutan dan kehalusan dalam berbicara, mempunyai kasih sayang antar sesama dan digunakan oleh perempuan yang memasuki masa dewasa. e. Warna Coklat Gambar 4.24 Songket Bunga Mawar Sumber Foto : Andry Dwira Utama 2016 Nama : Perpaduan ornamen tabur bintang, ornamen bunga mawar dan ornamen siku keluang variasi keluang banji dan ornamen gigi hiu. Warna : Hitam Makna : Warna hitam yaitu penggabungan seluruh warna yang menjadikan efek yang gelap, suram, menakutkan tetapi elegan. Warna hitam melambangkan kematian, kesedihan dan kedukaan. Dalam Gambar Songket Pucuk Betikam Nama : Perpaduan ornamen bunga mawar dan pucuk betikam Warna : Coklat Makna : Warna coklat mencerminkan keseriusan, kehangatan, dan sifat yang dapat dipercaya. Sehingga warna coklat memiliki makna sifat kesederhanaan yang dimiliki gadis Melayu. Seorang gadis Melayu harus mempunyai sifat 59
kehangatan, kesederhanaan serta kelembutan agar menarik hati setiap lelaki yang melihatnya. f. Warna Hijau Gambar 4.27 Songket Pucuk Rebung Variasi Kaluk Pakis Nama : Perpaduan ornamen bunga bertabur dan ornamen pucuk rebung variasi kaluk pakis. Warna : Hijau Makna : Warna hijau melambangkan keseimbangan emosi, menciptakan rasa tenang, kesehatan, menciptakan rasa aman dan pengasuhan bagi semua. Dalam kebudayaan Melayu, warna hijau identik dengan ke-islaman sehingga mempunyai makna ketenangan dan kesembuhan serta mengingatkan kepada sang pencipta karena warna hijau juga melambangkan alam. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan berdasarkan uraian yang telah dijabarkan mulai dari latar belakang sampai kepada pembahasan. Penulis memperoleh kesimpulan: 1. Pada kain songket Melayu Batubara terdapat 19 jenis bentuk yang diterapkan pada kain songket Melayu Batubara antara lain, mahligai, bunga tekwa, rantai tumpuk berobang, serek, tabur bintang, semut beriring, keris, pucuk rebung, kaluk pakis, siku keluang, tampuk manggis bersela kuntum, tampuk manggis, pucuk betikam, kembang sepatu, gigi hiu, bunga mawar, pucuk pandan, bunga melati dan itik pulang petang. 2. Warna-warna yang di terapkan pada songket Melayu Batubara ada 7 warna yaitu warna hitam, kuning, hijau, merah, merah muda, coklat dan ungu. Warna hitam dipakai sebagai warna kebesaran hulubalang atau panglima. Warna kuning dalam kebudayaan Melayu digunakan untuk raja-raja, bangsawan, dan keturunannya sebagai lambang kekuasaan dan sampai sekarang hanya boleh dipakai oleh keturunannya saja, sehingga warna kuning jarang diproduksi. Warna hijau melambangkan sebagai menyeimbangkan emosi orang, menciptakan rasa tenang, kesehatan dan pengasuhan bagi semua. Warna merah memiliki makna berani, kekuatan dan kebahagiaan sebagai lambang kerakyatan masyarakat. Warna merah muda mempunyai makna bahwa orang Melayu harus berkasih sayang antar sesama tanpa membedakan suku bangsa. Warna coklat mempunyai makna kesan hangat, nyaman dan aman, dan warna ungu melambangkan kesan spiritual, megah dan kebijaksanaan. Warna ungu pada kain songket jarang dijumpai. 3. Dalam songket Melayu Batubara ini terdapat berbagai bentuk ornamen di dalamnya setiap hiasan memiliki arti tersendiri seperti itik berbaris 60
melambangkan kesetiaan terhadap pemimpin. Kemudian tampuk manggis dilambangkan kesehatan manusia karena kita ketahui selain memiliki rasa buah yang enak, kulit manggis sendiri di gunakan sebagai obat yang bermanfaat untuk kesehatan manusia. Bunga melati yang melambangkan keindahan kecantikan. Pucuk rebung diartikan cikal bakal dari tumbuhan atau biasa di katakan awal dari suatu kehidupan. Pucuk pandan melambangkan kesuburan dan kesejahteraan. DAFTAR RUJUKAN Dellistone. 2002. The Power of Symbol. Yogyakarta : Kanisius. Kartiwa, S. 1996. Kain Songket Indonesia. Jakarta : Djambatan. Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara, 1967/1980. Laporan Penelitian Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara. Rathus, Fichner Lois. 1992. Understanding Art. New Jersey : Englewood Cliffs Tri Atmojo, Wahyu & Misgiya. 2008. Penerapan Ornamen Batak Dalam Teknik Batik Untuk Menciptakan Industri Kerajinan Batik di Sumatera Utara. Medan : Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED. Wijadmi. 2009. Kajian Sastra. Jakarta : Gramedia. 61