PENGARUH VARIASI INPUT PANAS PADA PENGELASAN SMAW DAN GTAW TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KETAHANAN KOROSI SUMURAN DUPLEX SA240 S31803

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

TUGAS AKHIR S T U DI LAJU KOROSI WELD JOINT M A T ERIAL PHYTRA AGASTAMA

Dimas Hardjo Subowo NRP

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

Ir. Hari Subiyanto, MSc

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

Pengaruh Parameter Post Weld Heat Treatment terhadap Sifat Mekanik Lasan Dissimilar Metal AISI 1045 dan AISI 304

Persentasi Tugas Akhir

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

BAB III METODE PENELITIAN

16 Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

Available online at Website

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

TUGAS AKHIR. Oleh : Winda Afrilia Rachmadani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: ( Print)

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM A 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Volume 13 No.1 Maret 2012 ISSN :

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

PENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045

Aryo Cahyo T 1, Budi Agung K, ST, M.Sc 2, Ir Rochman Rochiem, M.Sc 2

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

Jurnal Sains & Teknologi KOROSI PADA LASAN BAJA ANTIKARAT AISI 316 L. Sumaryono

PENGARUH MAGNET EXTERNAL TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN BAJA SS 41 DAN BAJA AH 36

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

Teknik Pembuatan Baja Duplek pada Baja Karbon Rendah Sa dengan Pelapisan Elektroda

PENGARUH PWHT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS TAK SEJENIS AUSTENITIC STAINLESS STEEL DAN BAJA KARBON

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI STUDI METALOGRAFI PENGARUH ARUS DAN HOLDING TIME PADA PENGELASAN SPOT WELDING MATERIAL STAINLESS STEEL

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

KAJIAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS GMAW BAJA KARBON TINGGI DENGAN VARIASI MASUKAN ARUS LISTRIK

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

STUDI LAJU KOROSI WELD JOINT MATERIAL A36 PADA UNDERWATER WELDING

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENGELASAN METODA SMAW & GTAW TERHADAP PERILAKU KOROSI AUSTENITIC STAINLESS STEEL 316L TESIS

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

Karakterisasi Material Sprocket

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

STUDI PENGARUH ARUS DAN WAKTU PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK (SPOT WELDING) LOGAM TAK SEJENIS

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

STUDI PENGARUH MASUKAN PANAS PENGELASAN GTAW TERHADAP BENTUK HASIL LASAN DAN STRUKTUR MIKRO SS 316L

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA BAJA TAHAN KARAT MARTENSITIK 13Cr3Mo3Ni

Analisa Perbandingan Kualitas Hasil Pengelasan Dan Struktur Mikro Material Aluminium 5083 Dan 6082 Menggunakan Metode Pengelasan GMAW Dan GTAW

Transkripsi:

Jurnal Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2010 PENGARUH VARIASI INPUT PANAS PADA PENGELASAN DAN GTAW TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KETAHANAN KOROSI SUMURAN DUPLEX SA240 S31803 Roofi Syamsi Arief (2705100026) Herman Arif Prakosa (2705100028) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Abstrak : Baja tahan karat jenis duplex tipe SA240 S31803 banyak digunakan di industri. Salah satu aplikasinya adalah sebagai material untuk pressure vessel. Baja tahan karat ini memiliki kombinasi sifat mekanik dan ketahanan korosi yang baik dikarenakan komposisi kimia dan kesetimbangan struktur mikronya. Dalam prakteknya rasio kesetimbangan - berubah karena adanya pengaruh panas pada proses pengelasan. Pada penelitian ini dilakukan pengelasan pada logam SA240 S31803 dengan input panas 1,25 kj/mm dan 1,7 kj/mm dan pengelasan GTAW dengan input panas 1,1 kj/mm dan 1,6 kj/mm Setelah proses pengelasan dilakukan uji metallography untuk melihat struktur mikro yang terbentuk, uji korosi sumuran dan uji kekerasan. Hasil yang didiapatkan menunjukkan bahwa semakin tinggi input panas yang diberikan maka kekerasan akan semakin tinggi dan kandungan yang terbentuk akan semakin rendah. Kekerasan tertinggi dimiliki oleh spesimen dengan pengelasan GTAW dengan input panas sebesar 1,6 kj/mm pada HAZ yaitu sebesar 298,1HV dengan kandungan paling rendah yaitu 30,23 % Kata Kunci : SA240 S31803, GTAW,, input panas, korosi sumuran, kekerasan, struktur mikro. LATAR BELAKANG Baja tahan karat jenis duplex SA240 S31803 banyak digunakan diberbagai macam Industri. Baja tahan karat duplex SA240 S31803 merupakan paduan Chrom-Nickel dengan struktur ik ik dengan struktur yang stabil dan secara umum merata. Paduan ini memiliki ketahanan terhadap tegangan lokal dan tegangan akibat korosi yang baik. Baja tahan karat ini memiliki kekuatan yield hampir dua kali lebih besar daripada baja tahan karat ik. Temperatur Operasional yang umum adalah sekitar -50 o C sampai 280 o C. Salah satu aplikasi baja tahan karat jenis ini adalah untuk pressure vessel. Untuk proses produksinya dilakukan pengelasan akan tetapi sering dijumpai permasalahan berupa kandungan yang terlampau banyak pada daerah weld metal maupun HAZ. Hal ini terjadi karena terjadinya perubahan fasa pada daerah HAZ sehingga berpengaruh pula pada kekerasan dan ketahanan korosinya. Penggunaan variasi input panas yang berbeda pada proses pengelasan baja tahan karat jenis duplex SA240 S31803 menghasilkan sifat mekanik yang berbeda-beda. Pada baja tahan karat duplex telah ditemukan bahwa kandungan merupakan fungsi dari input panas/kecepatan pendinginan. Semakin rendah input panas maka semakin banyak kandungan nya dan semakin rendah ketangguhan impaknya. Penjelasan singkat tentang fenomena ini adalah semakin tinggi laju kecepatan pendinginan akan menekan proses difusi pada pembentukan ulang, yang nantinya akan menyebabkan berubahnya rasio komposisi fasa - yang berimbang menjadi lebih banyak kandungan.

Input panas yang berlebih dapat mengurangi kandungan tetapi meningkatkan kecenderungan terbentuknya fasa presipitat intermetalik. Sebagai tambahan input panas yang tinggi akan menyebabkan material berada pada temperatur puncak untuk waktu yang lama akan menyebabkan pertumbuhan butir yang nantinya akan mempengaruhi sifat mekaniknya. Pada pengelasan multipass, HAZ dari siklus pertama dapat dipanasi oleh pass selanjutnya ke derajat yang besarnya tergantung dari posisi HAZ terhadap sumber panas. Hal ini berarti tidak semua daerah HAZ terpengaruh oleh siklus kedua. Daerah HAZ yang terpengaruh siklus kedua akan mengalami perubahan strukturmikro yang signifikan. Dalam pengelasan multipass logam lasan yang dibawah akan dipanasi kembali oleh tiap pass selanjutnya yang juga akan mendorong perubahan strukturmikro. Baja tahan karat duplex sebaiknya dilas dengan temperatur maksimum tiap interpass sebesar 150 o C (302 o F) untuk pengelasan multipass. Semakin tinggi temperatur interpass maka laju pendinginan akan semakin lambat, dimana pada baja tahan ik akan menyebabkan sensitisasi dan pada baja tahan karat duplex akan menyebabkan presipitasi dari beragam fasa sekunder yang tidak dihendaki. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh input panas pengelasan pada proses pengelasan terhadap struktur mikro,kekerasan dan ketahanan korosi sumuran baja tahan karat jenis duplex SA240 S31803. PERSIAPAN SPESIMEN Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah plat duplex stainless steel SA240 S31803 dengan dimensi 600x50x12mm unutk pengelasan GTAW dan dimensi 600x50x20mm. Pengelasan dilakukan dengan penyambungan butt joint. Komposisi kimia duplex stainless steel SA240 S31803 adalah sebagai berikut: Tabel 1 Komposisi kimia stainless steel duplex SA240 S31803 Paduan ini memiliki ketahanan terhadap tegangan lokal dan tegangan akibat korosi yang baik. Baja ini memiliki kandungan 22% Cr dan 3% Mo yang membuat ketahanan korosifnya lebih baik daripada baja tahan karat 316L pada hampir semua media yang korosif. Paduan ini juga memiliki ketahanan korosi sumuran yang baik dengan PREN 38. Pengelasan dilakukan dengan filler metal E2209-17 untuk pengelasan dan E2209 untuk pengelasan GTAW dengan diameter 3.2mm. komposisi kimia dari kedua filler metal dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Komposisi Kimia Elektroda E2209 dan E2209-17 Pengelasan dilakukan dengan input panas sebesar 1,25 kj/mm dan 1,7 kj/mm dengan menggunakan mesin las dan input panas sebesar 1,1 kj/mm dan 1,7 kj/mm untuk pengelasan. Masing-masing plat yang telah di las dipotong dengan ukuran panjang 10 cm, lebar 2 cm memotong daerah las.

PENELITIAN PENGUJIAN METALOGRAFI Pengujian metalography dilakukan untuk mengetahui struktur mikro yang terdapat pada spesimen, dimana hasil dari pengujian metalografi ini digunakan untuk mendukung hasil pengujian kekerasan. Langkah-langkah dalam pengujian ini adalah preparasi spesimen yaitu grinding, polishing dan etching. Grinding dilakukan mulai dari grid 120, 400, 600, 800, 1000 sampai dengan grid 1500 atau grid 2000 sambil dialiri air dan untuk proses polishing digunakan bubuk alumina 0.05 mikron dengan menggunakan kain bludru. Setelah mengkilap seperti kaca dan tidak ada goresan maka dilakukan proses selanjutnya yaitu etching. Etching Reagent larutan NaOH yang dibuat dengan mencampurkan 100 ml air dan 20 gram NaOH. Sedangkan untuk pengujian mikro diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran dari 200x dan 500x. Daerah yang diamati adalah bagian permukaan masingmasing spesimen. Kemudian dilakukan pengambilan foto metalografi. PENGUJIAN KEKERASAN Pada pengujian ini, spesimen yang digunakan adalah spesimen yang berstandard ASTM Section 3 vol. 03-01 E92-82. Uji kekerasan dilakukan dengan metode Vikers. Dilakukan indentasi sebanyak 27 titik pada masing-masing spesimen dan pada tiap daerah las (weld metal,haz dan metal) PENGUJIAN KETAHANAN KOROSI SUMURAN Pengujian korosi sumuran (corrosion pitting test) dilakukan untuk mengetahui ketahanan material terhadap korosi terutama korosi sumuran, dimana hasil dari pengujian ini dapat digunakan untuk menentukan efek dari variasi input panas terhadap ketahanan korosi. Pengujian ini dilakukan berdasarkan standart ASTM Section 3 vol. 03-01 G48, dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut : 1. Disiapkan masing-masing satu buah spesimen las dengan input panas 1,1 kj/mm dan input panas 1,6 kj/mm dengan panjang 50 mm, lebar 25 mm dan tebal 12 mm. 2. Spesimen ditimbang untuk menentukan berat awal. 3. Spesimen dicelupkan kedalam larutan dengan 20% HNO 3 + 5% HF dengan temperatur 60 o C selama 10 menit. 4. Spesimen dicuci dengan aquades. 5. Spesimen dicelupkan kedalam larutan ferric-chloride (FeCl 3.H 2 O) dan dieskpose selama 72 jam. 6. Spesimen dicuci menggunakan aquades dan dibersihkan dengan acetone kemudian ditimbang. Material dianggap tahan korosi sumuran apabila corrossion rate tidak lebih dari 10 mdd (miligram per day per dm 2 ). HASIL PENELITIAN UJI METALOGRAFI Pengujian metalografi dilakukan untuk mengetahui lebar daerah HAZ dan komposisi fasa yang terbentuk pada tiap daerah las. Pada pengelasan dan GTAW pada tiap input panas didapatkan bahwa lebar HAZ sangat kecil. Hal ini dapat dilihat pada foto struktur makro yang terbentuk (gambar 1 dan 2). Lebar HAZ yang kecil disebabkan karena perubahan fasa yang terjadi tidak terlalu signifikan dan mikrostruktur yang terbentuk tetap () sehingga tidak menimbulkan perbedaan warna yang mencolok pada struktur makronya. Gambar 1. Struktur makro spesimen dengan pengelasan dengan input panas sebesar 1,25 kj/mm dan 1,7 kj/mm. etsa NaOH 5 volt selama 15 detik.

Gambar 2. Struktur makro spesimen dengan pengelasan GTAW dengan input panas sebesar 1,1 kj/mm dan 1,6 kj/mm. etsa NaOH 5 volt selama 15 detik. (e) Pada struktur mikro terlihat pengaruh input panas dapat terlihat dengan jelas baik dengan pengelasan ataupun pengelasan GTAW. Pada weld metal, Strukturmikro pada setiap spesimen mempunyai bentuk yang sama. Austenit berbentuk serabut (dendritik) yang tersebar merata. Pada pengelasan, weld metal dengan input panas 1,25 kj/mm memiliki bentuk yang lebih besar dibandingkan dengan input panas 1,7 kj/mm. Hal ini akan mengakibatkan nilai kekerasan pada weld metal input panas 1,7 kj/mm tinggi. Pada HAZ besar butiran dan distribusi fasa berbeda dari baja induknya. Pada HAZ butiran lebih halus dan rapat. Perbandingan struktur mikro dengan pengelasan ini dapat dilihat pada gambar 3. Pemanasan yang diberikan juga merubah komposisi fasa menjadi lebih banyak yang terbentuk. Pemanasan pada proses pengelasan memberikan waktu untuk bertumbuh sehingga komposisi fasa menjadi lebih banyak daripada. Semakin tinggi input panas yang diberikan maka semakin lambat laju pendinginan yang menyebabkan lebih banyak yang terbentuk sehingga menurunkan kandungan. Pada weld metal dengan input panas 1,25 kj/mm kandungan sebesar 43% dan pada pengelasan dengan input panas 1,7 kj/mm turun menjadi 39%. Hal ini juga terjadi pada HAZ seperti yang ditunjukkan tabel 3. (f) Gambar 3. Struktur mikro spesimen dengan pengelasan dengan input panas 1,25 kj/mm (kanan) dan 1,7 kj/mm (kiri) pada weld metal (a,d), HAZ (b,e) dan metal (c,f) Pada pengelasan GTAW struktur mikro yang terbentuk memiliki tren yang sama seperti pada pengelasan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada weld metal berbentuk serabut. Austenit pada weld metal dengan input panas 1,1 kj/mm memiliki bentuk yang lebih besar dibandingkan dengan pengelasan 1,6 kj/mm. Dapat dilihat pada gambar 4 dan bahwa semakin tinggi input panas maka semakin besar besar butir dan semakin sedikit kandungan yang terbentuk. Pada HAZ tren yang terjadi juga sama dengan HAZ pada pengelasan. Semakin tinggi input panas yang diberikan maka semakin sedikit kandungan yang terbentuk hal ini dibuktikan pada gambar 4 dan tabel 3.

Gambar 4. Struktur mikro spesimen dengan pengelasan GTAW dengan input panas 1,1 kj/mm (kanan) dan 1,6 kj/mm (kiri) pada weld metal (a,c) dan HAZ (b,d). Pengelasan GTAW Tabel 3. Perbandingan persentase ferrit Input Kandungan Ferit (%) Panas (kj/mm) Weld HAZ 1,25 43,05 44 1,7 39,29 42,11 1,1 36,42 33,35 1,6 36,37 30,23 kekerasan 278,44 Hv dan metal dengan angka kekerasan 265,78 Hv. Pada pengelasan GTAW dapat dilihat bahwa semua spesimen memiliki tren distribusi kekerasan yang sama yaitu pada daerah HAZ dan weld metal memiliki kekerasan yang lebih tinggi dari pada metal. Dari gambar 5 terlihat bahwa rata-rata nilai kekerasan paling tinggi pada daerah weld metal dan HAZ didominasi oleh spesimen dengan input panas sebesar 1,6 kj/mm. Angka kekerasan tertinggi terdapat pada daerah HAZ yaitu 322 hv. Angka kekerasan yang berbeda ini merupakan akibat dari besar butir dan kandungan yang terbentuk. Seperti yang ditunjukkan gambar 3, gambar 4 dan tabel 3, besar butiran dan kandungan yang terbentuk berbeda pada daerah weld metal, HAZ dan metal sehingga kekerasan akan lebih tinggi pada daerah ini. Daerah las yang memiliki kandungan yang lebih rendah memiliki angka kekerasan lebih tinggi. UJI KEKERASAN Pengujian kekerasan dilakukan untuk mengetahui distribusi kekerasan pada daerah metal, HAZ dan weld metal. Pada gambar 5 dan dapat dilihat bahwa pengujian kekerasan pada spesimen dengan pengelasan memiliki tren distribusi kekerasan yang berbeda. Pada pengelasan dengan input panas 1,25 kj/mm kekerasan paling tinggi dimiliki oleh weld metal dengan angka kekerasan rata-rata 276,44 Hv diikuti oleh HAZ dengan angka kekerasan 272,89 Hv dan metal dengan angka kekerasan 265,11 Hv. Pada spesimen dengan input panas 1,7 kj/mm nilai kekerasan tertinggi dimiliki oleh HAZ dengan angka kekerasan rata-rata 281,89 Hv diikuti oleh weld metal dengan angka

weld weld Gambar 5.Distribusi Kekerasan pada pengelasan dengan input panas 1,25 kj/mm dan 1,7 kj/mm. Pengelasan GTAW dengan input panas 1,1 kj/mm dan 1,6 kj/mm UJI KOROSI SUMURAN Pada pengujian ketahanan korosi sumuran laju korosi yang didapatkan pada setiap spesimen relatif kecil seperti yang ditunjukkan pada tabel 4. Menurut standart pengujian ketahanan korosi sumuran, nilai laju korosi ini merupakan nilai yang diperbolehkan karena tidak melebihi 10ddm. Laju korosi yang terjadi sebanding dengan luasan spesimen yang berarti tidak terdapat korosi lokal pada spesimen yang menyebabkan penurunan berat yang berlebih. Pada gambar 6 yang merupakan foto makro dengan perbesaran 20 kali dari spesimen uji juga tidak menunjukkan adanya indikasi korosi pitting. Tidak adanya indikasi korosi pitting disebabkan karena pengujian dilakukan pada temperatur dibawah nilai PREN dari duplex SA240 S31803 yaitu sebesar 38. Hal ini menunjukkan bahwa pengelasan dengan input panas sebesar 1,25 kj dan 1,7 kj tidak merubah ketahanan weld metal dan HAZ duplex terhadap korosi sumuran pada temperatur kamar. weld weld Gambar 6. Foto makro spesimen yang telah diekspose selama 72 jam dalam larutan ferric chloride. Spesimen dengan pengelasan dengan input panas 1,25 kj/mm dan 1,7 kj/mm. Spesimen dengan pengelasan GTAW dengan input panas 1,1 kj/mm dan 1,6 kj/mm.

Tabel 4 Data perhitungan laju korosi merata 1,25 kj/mm 1,70 kj/mm GTAW 1,10 kj/mm GTAW 1,60 kj/mm Weight loss (gram) Corrosion Rate (mdd) 0,0133 7,92 0,0134 7,92 0,0091 6,81 0,0084 6,42 KESIMPULAN Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Semakin tinggi Input panas yang diberikan maka nilai kekerasan pada weld metal dan HAZ akan meningkat baik pada pengelasan ataupun GTAW. 2. Semakin tinggi Input panas yang diberikan menurunkan jumlah kandungan pada weld metal dan HAZ. 3. Angka kekerasan tertinggi didapatkan pada pengelasan GTAW dengan input panas 1,6 kj/mm sebesar 298,1HV dengan kandungan paling rendah sebesar 30,23 %. 4. Input panas yang diberikan tidak mempengaruhi ketahanan korosi sumuran pada weld metal maupun HAZ. REFERENSI Songqing Wen., Carl D. Lundin., dan Greg Batten. 2005. Metallurgical Evaluation Of Cast Duplex Stainless Steels And Their Weldment. Knoxville:The University Of Tennesse. Gunn, R., ed. 1997. Duplex Stainless Steels - Microstructure, Properties and Applications. Abington :Cambridge England. Charles, J., 1991. Super Duplex Stainless Steel: Structure and Properties. in 2nd. Duplex Stainless Steels. Bernhardsson, S., 1991. The Corrosion Resistance of Duplex Stainless Steels. In Duplex Stainless Steels 91. Farrar, R.A., 1995. The Importance of Microstructural Transformations for Welding and the Stability of Long Term Service Properties. Welding in the World, vol. 36: p. 143-151. Atamert, S.a.K., J.E., 1991. Elemental Partitioning and Microstructural Development in Duplex Stainless Steel Weld Metal. Acta. Metall. Mater., 39(3): p. 273-285. Lippold, J.C., Varol, I. and Baeslack III, W.A. 1991. Microstructural Evolution in Duplex Stainless Steel Weldments. in Duplex Stainless Steel 91. William, F.S. 1993. Structure and Properties of Engineering Alloys. second Edition. University of Central Florida....,.ASM volume 08, 1973, Mettallography, Structures and Phase Diagram, New York. Oates, William R., dan Saitta, Alexander M. 1998. Welding Handbook Volume 4 Materials and Applications Part 2. American Welding Society. LeJeune Road, Miami. Forlais, G., Kardatos, J.D., dan Papadimitriou, G. 2000. The Effect of Cooling Rate on The Mechanical and Corrosion Properties of SAF 2205 (UNS 31803) Duplex Stainless Steel Welds. Swansea: University of Wales Swaansea....,Duplex Stainless Steel AL 2205 TM Alloy Technical Data Blue Sheet. Allegheny Ludlum Steel Co....,Stainless Steel Covered Electrodes. Avesta Welding LLC