BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, perkreditan, kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Hal ini dapat

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mengandung makna kerjasama. Definisi koperasi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang cepat dalam masyarakat kita telah menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu dan hasil tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atas asas kekeluargaan. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi merupakan suatu ilmu yang terus berkembang dari masa ke

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip Koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Koperasi sebagai lembaga di mana orang-orang yang memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang

LAPORAN Penelitian Individu Tahun 2016 KEBIJAKAN PERMODALAN DALAM USAHA KOPERASI (STUDI KASUS KOTA MALANG, JAWA TIMUR DAN KOTA SOLO, JAWA TENGAH )

PENERAPAN SAK ETAP DALAM LAPORAN KEUANGA N PADA KOPERASI KARYAWAN PT. TATA BUSANA JAKARTA. Dwiyatmoko Pujiwidodo

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2014, pada tahun lalu terdapat 55,2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, akuntansi didenifisikan sebagai sistem informasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. ideologi Negara, yaitu Pancasila serta Undang undang Dasar 1945.

BAB 1 PENDAHULUAN. (2009), unit (2010) dan unit (2011). Di antaranya sekitar 26-27

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan suatu sarana penting yang harus tersedia bahkan

NAMA : MELISA MARIA NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : NOVA ANGGRAINIE, SE., MMSI

PENGARUH PENCABUTAN PSAK 27 TERHADAP PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN INDUSTRI KOPERASI (STUDI KASUS: KOPERASI KARYAWAN PT. ADIS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 30, Nomor 2 April Juni 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia berkembang semakin pesat. Perbankan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jasa dan manufaktur. Setiap perusahaan menjalankan kegiatan operasional

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem

Akuntansi Keuangan Koperasi

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kebijakan Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan lembaga dimana orang-orang yang memiliki kepentingan relatif

BAB AKUNTANSI KOPERASI. orang-orang bukan kumpulan modal sehingga peranan anggota sama menentukan dalam

BAB II LANDASAN TEORITIS

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PADA KOPERASI KARYAWAN BERSAMA PT EPFM

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STRUKTUR DASAR AKUNTANSI BAB 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hanya mengandalkan sumber pemerintah saja tetapi juga partisipasi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN STANDAR AKUNTANSI KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha di Indonesia saat ini sudah semakin pesat. Namun, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia sendiri telah ditetapkan sebuah peraturan yang mewajibkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN KOPERASI PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI KABUPATEN KLATEN

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

Akuntasi Koperasi Sektor Riil sebagai STANDAR AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Usaha di Indonesia saat ini kian marak, sebut saja salah satunya yakni Usaha

ANALISIS PENERAPAN SAK-ETAP PADA KOPERASI DI UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Karena pada dasarnya koperasi telah menjadi salah satu wadah

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pernyataan Pencabutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pengepulan kardus dan kertas bekas yang semakin berkembang saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Populasi Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa menjadikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

AKUNTANSI UMKM DAN KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Pengelolaan Usaha UKM Mitra Binaan PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Bali. I Nyoman Darmayasa, Ak., BKP., CPMA.

BAB I PENDAHULUAN. menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sebagai bentuk integrasi

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

DISCUSSION PAPER REVISI PSAK UNTUK ENTITAS NIRLABA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan

PENERAPAN SAK ETAP ATAS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KOPERASI MULIA BAKTI DI KECAMATAN PULAU RIMAU

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kecil dan menengah. SAK ETAP ini dimaksudkan agar semua unit usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi mempunyai tujuan untuk mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Koperasi yang dijalankan diharapkan dapat menjadi lembaga ekonomi yang kuat dan menjadi wadah untuk peningkatan golongan ekonomi rendah. Koperasi diatur oleh Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012. Namun, Undang-Undang N0.17 Tahun 2012 berjiwa korporasi. Selain itu, Undang-Undang Perkoperasian telah menghilangkan asas kekeluargaan dan gotong royong yang menjadi ciri khas koperasi (www.hukumonline.com). Menurut Mahkamah Konstitusi, Undang- Undang Perkoperasian 2012 bertentangan dengan UUD 1945, dan menjadi tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat setelah putusan ini, sehingga sementara waktu digantikan terlebih dahulu dengan Undang-Undang No. 25 tahun 1992 sebelum Undang-Undang yang baru telah diterbitkan (Antara News : 2014). Di dalam koperasi diperlukan pertanggungjawaban atas segala tindakan yang dilakukan. Salah satu produk yang dihasilkan dari pertanggungjawaban tersebut yaitu produk akuntansi pada koperasi. Bentuk produk akuntansi adalah proses dari seluruh data aktivitas koperasi dalam suatu siklus akuntasi atau periode usaha, dikelompokkan dan diklasifikasikan sampai menjadi laporan keuangan yang memuat informasi yang menyeluruh mengenai keadaan, sirkulasi, laba/rugi, dan perubahan posisi keuangan, serta laporan sisa hasil usaha (Hadiwidjaja & Wirasasmita, 2005:4). Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Martani, 2011). Laporan keuangan koperasi memiliki perbedaan dengan laporan 1

2 keuangan badan usaha lain. Diantaranya adalah perkiraan modal terdiri dari Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Simpanan Sukarela, Modal Penyertaan, Sumbangan, dan Sisa Hasil Usaha yang Belum Dibagi, sedangkan pada badan usaha lainnya seperti CV, permodalannya merupakan milik sekutu komanditer dan permodalaannya berupa saham bagi Perseroan Terbatas (PT). Pada koperasi Laporan Laba Rugi disebut Laporan Perhitungan Sisa Hasil Usaha dan untuk akun-akun tertentu seperti piutang, pendapatan, dan kewajiban harus dibedakan antara transaksi yang terjadi dengan anggota dan non anggota (Sari, 2010: 10-11). Laporan keuangan koperasi dibuat berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.27 tentang akuntansi pengkoperasian. Hal tersebut dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengingat penyajian laporan keuangan koperasi berbeda dengan penyajian laporan keungan badan usaha lain. Namun, akuntansi perkoperasian mulai disesuaikan dengan International Financial Reporting Standard (IFRS), maka dari itu dilakukannya penyesuaian kebijakan akuntansi perkoperasian dengan diawali penerbitan atau expose disclosur pernyataan pencabutan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 atau ED- PPSAK No. 8 pada 23 Oktober 2010. Proses tersebut dilanjutkan dengan PPSAK No. 8 pada 8 April 2011 dan secara resmi PSAK Nomor 27 untuk Koperasi dinyatakan tidak berlaku lagi dengan dikeluarkan peraturan menteri yang baru Nomor 04/Per/M.KUKM/VII/2012 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi (www.depkop.go.id: 2012). Sebagai pengganti PSAK No.27, kini telah terbit Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) telah disahkan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tanggal 19 Mei 2009 dan mulai efektif dilaksanakan pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011 (Wayuningsih, 2013). Hal tersebut dipertegas dengan penjelasan dari Setyo Heriyanto selaku Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian Koperasi dan UKM, menjelaskan bahwa sejak 1 Januari 2012 standar akuntansi keuangan koperasi menggunakan kebijakan akuntansi yang baru dan sebagai langkah transisional disahkan dengan surat edaran Deputi Bidang Kelembagaan KUKM No. 200/SE/ Dep.l/XII/2012. Sejak

3 20 Desember 2011, surat tersebut disampaikan ke seluruh dinas yang membidangi urusan koperasi dan UKM provinsi tentang pencabutan PSAK No. 27 dan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) (www.depkop.go.id: 2012). Fenomena yang terjadi pada koperasi saat ini yaitu koperasi sudah siap untuk memasuki pasar global, Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan menjelaskan di Medan dalam acara peringatan hari jadi Kopersi yang ke-67. (www.rri.co.id: 2014). Hal tersebut dikarenakan koperasi Indonesia dinilai semakin baik menunjukan kualitasnya. Koperasi juga dinilai sudah mampu berperan penting dalam memajukan perekonomian nasional. Selain itu, Presiden Susilo Bambang Yudhonono dalam www.antaranews.com (2013), menjelaskan bahwa apa yang dilakukan semua unsur penggerak koperasi dan UKM sangat bermanfaat bagi masyarakat, terutama dalam aspek pengurangan angka kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kehidupan masyarakat. Koperasi Mulia Bakti adalah salah satu koperasi serba usaha yang bergerak dibidang simpan pinjam, penjualan dan jasa yang berhubungan dengan kelapa sawit yang dapat mensejahterakan masyarakat. Koperasi tersebut berada di Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin tepatnya berada di Desa Banjar Sari. Koperasi Mulia Bakti mempunyai peran sangat penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Banjar Sari khusunya anggota koperasi dalam bidang kelapa sawit. Semua kegiatan dan laporan keuangan berupa dana-dana yang dikeluarkan mapun dana masuk dirangkum dalam Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Koperasi setiap tahunnya. Di dalam Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Koperasi, laporan keungan sangat penting untuk menginformasikan posisi keungan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entias yang berguna bagi sejumlah pengguna dalam pengambilan keputusan. Dalam penyajian laporan keuangan koperasi harus menganut SAK ETAP yang diputuskan berdasarkan peraturan menteri yang baru Nomor 04/Per/M.KUKM/VII/2012. Koperasi Mulia Bakti dalam penyajian Laporan Keuangannya hanya menyajikan Neraca, Laporan Laba Rugi/Laporan Sisa Hasil Usaha dan Penjelasan mengenai Neraca. Sehingga, penyajian Laporan Keuangan Koperasi Mulia Bakti

4 tidak lengkap. Kekurangan penyajian laporan Koperasi Mulia Bakti yaitu tidak adanya Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas (Modal), dan Catatan atas Laporan keuangan yang lengkap. Laporan Laba Rugi pada Koperasi Mulia Bakti dalam penghitungannya tidak diselisihkan antara penghasilan dan beban (pengeluaran). Sehingga, Penghitungannya terjadi seperti penghitungan pada neraca. Di dalam Neraca pos Piutang Usaha dengan pos Piutang Pinjaman Anggota tidak dipisahkan, melainkan dijadikan satu menjadi pos Piutang Anggota. Pada pos Aset Tetap yaitu bangunan tidak adanya akumulasi penyusutan bangunan, sehingga didalam penjelasan neracanya tidak terdapat penghitungan penyusutan Aset Tetap. Selain itu, tidak terdapatnya akumulasi penyusutan pada laptop dan printer. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membuat laporan akhir dengan judul Penerapan SAK ETAP atas Penyajian Laporan Keuangan Koperasi Mulia Bakti di Kecamatan Pulau Rimau. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan Koperasi Mulia Bakti di kecamatan Pulau Rimau, penulis menemukan masalah utama dan masalah khusus. Permasalahan utama yang terdapat pada Laporan Keuangan Koperasi Mulia Bakti yaitu bagaimana penerapan SAK ETAP atas penyajian laporan keuangan Koperasi Mulia Bakti? Pertanyaan tersebut mengakibatkan timbulnya masalah khusus yaitu: 1. Bagaimana karakteristik kualitatif informasi laporan keuangan dalam penerapan di laporan keuangan Koperasi Mulia bakti berdasarkan SAK ETAP? 2. Bagaimana pengakuan unsur-unsur laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP di dalam laporan keuangan Koperasi Mulia Bakti? 3. Bagaimana penyajian laporan keuangan Koperasi Mulia Bakti berdasarkan SAK ETAP?

5 1.3 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN Agar pembahasan dalam penulisan Laporan Akhir nantinya lebih terarah dan tidak menyimpang dari konteks, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan yaitu membahas mengenai standar akuntansi, karakteristik informasi kualitatif laporan keuangan koperasi, pengakuan unsur-unsur laporan keuangan dan penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP pada koperasi yang ada di Kecamatan Pulau Rimau yaitu Koperasi Mulia Bakti. SAK ETAP merupakan standar yang dikeluarkan setelah dicabutnya PSAK No. 27 sesuai dengan dikeluarkannya peraturan menteri yang baru Nomor 04/Per/M.KUKM/VII/2012 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi. SAK ETAP disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tanggal 19 Mei 2009 dan mulai berlaku diterapkan pada Laporan Keuangan Koperasi pada tanggal 1 Januari 2012. Laporan Keuangan Koperasi Mulia Bakti disajikan selama 3 tahun yaitu periode tahun 2012-2014. 1.4 TUJUAN DAN MANFAAT 1.4.1 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka penulis memiliki tujuan umum dalam pembuatan Laporan Akhir yaitu untuk mengonkonversikan standar akuntansi yang diterapakan pada Laporan Keuangan Koperasi Mulia Bakti berdasarkan SAK ETAP. Hal tersebut megakibatkan timbulnya tujuan khusus yaitu: 1. Untuk mengetahui karakteristik informasi kualitatif laporan keuangan yang digunakan Koperasi Mulia Bakti berdasarkan SAK ETAP. 2. Untuk mengetahui pengakuan unsur-unsur laporan keuangan koperasi. 3. Untuk mengetahui penyajian Laporan Keuangan Koperasi Mulia Bakti berdasarkan SAK ETAP. 1.4.2 Manfaat Penulisan Laporan Akhir ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui secara langsung penerapan SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangan pada Koperasi Mulia Bakti.

6 2. Sebagai bahan untuk mengevaluasi penyajian laporan keuangan agar semakin baik untuk perkembangan koperasi kedepannya yang sesuai dengan SAK ETAP. 3. Sebagai tambahan informasi dan referensi bacaan khususnya bagi mahasiswa mengenai penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP. 1.5 METODE PENGUMPULAN DATA 1.5.1 Teknik Pengumpulan Data Penulis membutuhkan data yang relevan berupa laporan keuangan Koperasi Mulia Bakti untuk menganalisis penerapan penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP. Data tersebut digunakan sebagai alat untuk pengambilan keputusan-keputusan ataupun pemecahan permasalahan. Guna mendapatkan data yang diperlukan dalam mendukung analisis terhadap permasalahan yang dibahas, maka diperlukan metode-metode tertentu agar didapatkan data yang objektif dan mempunyai korelasi dengan masalah yang akan dibahas. Menurut Noor (2011:138), teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah. Umumnya cara mengumpulkan data dapat terbagi menjadi 5 (lima) cara yaitu: 1. Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai. 2. Kuesioner atau angket adalah suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respons. 3. Observasi merupakan teknik yang menuntut adanya pengamatan dari peniliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. 4. Dokumen merupakan catatan atau data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. 5. Focus Group Discussion (FGD) merupakan teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahanman sebuah kelompok. Berdasarkan jenis-jenis teknik pengambilan data tersebut, penulis menggunakan teknik wawancara dan dokumen dalam mendapatkan data. Data diperoleh dengan melakukan tanya jawab secara langsung terhadap Ketua Koperasi Mulia Bakti yaitu berupa:

7 1. Sejarah singkat Perusahaan 2. Struktur organisasi dan Pembagian tugas 3. Laporan Keuangan Koperasi Mulia Bakti 1.5.2 Sumber Data Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010:172). Pengumpulan Data dapat dilakukan dengan berbagai sumber. Menurut Sugiyono (2013: 193), terdapat 2 (dua) macam sumber dalam pengumpulan data yaitu: 1. Sumber data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data 2. Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat dokumen atau data yang sudah di publikasi. Jenis sumber data yang diperoleh penulis adalah data primer yang terdiri dari Laporan Keuangan pada Koperasi Mulia Bakti Tahun 2012-2014 dan informasi mengenai sejarah dan struktur organisasi Koperasi. Data pendukung dalam penulisan ini, penulis menggunakan sumber dari buku, jurnal, internet yang sering disebut sumber literatur. 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Sistem penulisan ini bertujuan untuk memberikan garis besar mengenai isi Laporan Akhir secara ringkas dan jelas. Sehingga terdapat gambaran hubungan antara masung-masing bab, dimana bab tersebut dibagi menjadi beberapa sub-sub secara keseluruhan. Sistematika penulisan terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab ini, penulis mengemukakan tentang apa yang melatarbelakangi penulis dalam memilih judul penelitian, perumusan masalah, ruang lingkup pembahasan, tujuan dan manfaat penelitian, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang landasan teori dan literatur-literatur yang digunakan sebagai acuan perbandingan untuk

8 membahas masalah mengenai koperasi, karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan, pengakuan unsur-unsur laporan keuangannya, standar yang digunakan koperasi yaitu SAK ETAP, dan bentuk penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP. Bab III Gambaran Umum Perusahaan Pada bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah singkat mengenai koperasi, struktur organisasi dan uraian tugas, kegiatan koperasi, karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan Koperasi Mulia Bakti, pengakuan unsur-unsur laporan keuangannya, dan laporan keuangan Koperasi Mulia Bakti. Bab IV Pembahasan Dalam bab ini berisi mengenai pembahasan penulis yaitu mengenai standar akuntansi yang digunakan, karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP, pengakuan unsurunsur laporan keuangan Koperasi Mulia Bakti berdasarkan SAK ETAP, dan penyajian Laporan Keuangan Koperasi Mulia Bakti berdasarkan SAK ETAP. Laporan keuangan yang akan dibahas yaitu terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi/Laporan Sisa Hasil Usaha dan CaLK. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini adalah bab terakhir dimana penulis memberikan kesimpulan dari isi pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang diharapkan akan bermanfaat dalam pemecahan masalah yang akan datang.