INOVASI TEKNOLOGI JARAK PAGAR MENDUKUNG PROGRAM DESA MANDIRI ENERGI

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

Peresmian Desa Mandiri Energi oleh Menteri Kehutanan RI Bapak Zulkifli Hasan pada tanggal 6 Desember 2009.

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

Kebijakan Sektor Pertanian Mendukung Pengembangan BBN

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. Usaha perkebunan merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial untuk

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RAMI DAN DUKUNGAN PADA PILOT PROJECT PENGEMBANGAN RAMI DI KABUPATEN GARUT

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan

Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Saat dunia mengalami krisis bahan bakar, Indonesiapun ikut terkena imbasnya.

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN DALAM RANGKA MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KARET. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

REVITALISASI KEHUTANAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

1.1 Latar Belakang Masalah

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

Transkripsi:

KEYNOTE SPEECH INOVASI TEKNOLOGI JARAK PAGAR MENDUKUNG PROGRAM DESA MANDIRI ENERGI Dr.Ir. Achmad Suryana Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian LATAR BELAKANG Penggunaan energi nasional kita masih sangat boros. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya perbandingan antara tingkat pertumbuhan konsumsi energi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional atau yang biasa disebut sebagai elastisitas energi. Dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Jepang dan Amerika Serikat yang hanya 0,10 dan 0,26, elastisitas energi nasional Indonesia masih tinggi, yaitu sekitar 1,84. Penggunaan energi asal minyak bumi masih sekitar 54,4%; gas bumi 26,5%; batu bara 14,1%; tenaga air 3,4%; panas bumi 1,4%; sedangkan penggunaan energi lainnya termasuk bahan bakar nabati atau biofuel hanya sekitar 0,2%. Ketimpangan energi mix ini tentunya sangat mencemaskan, mengingat cadangan minyak bumi sangat terbatas dan suatu saat akan habis. Setiap kenaikan harga minyak bumi di pasar internasional (minggu ini bahkan sudah mencapai US$90 per barrel) akan menambah beban APBN karena jumlah subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah akan meningkat, sedangkan pengurangan subsidi minyak akan memberikan dampak ekonomi yang cukup signifikan bagi masyarakat. Hal ini terbukti dengan terjadinya kenaikan harga BBM Oktober tahun 2005 yang membuat sebagian besar sektor industri di negara kita mengalami stagnasi. Untuk mengatasinya diperlukan langkah-langkah strategis, melalui pengembangan alternatif sumber-sumber energi yang baru dan terbarukan. Dalam upaya mendukung pengembangan bioenergi di dalam negeri pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang antara lain menetapkan sasaran penggunaan bahan bakar nabati menjadi lebih dari 5% terhadap konsumsi energi nasional pada tahun 2025. Sasaran kebijakan energi nasional ini akan dicapai melalui kebijakan utama dan kebijakan pendukungnya. Kebijakan utama dalam perpres. tersebut adalah: (1) Penyediaan energi melalui penjaminan ketersediaan pasokan energi, optimalisasi produksi, dan pelaksanaan konversi energi, (2) Pemanfaatan energi melalui efisiensi dan diversifikasi, (3) Penetapan kebijakan harga berdasarkan harga keekonomiannya, dan (4) Pelestarian lingkungan. Sedangkan kebijakan pendukungnya adalah melalui pengembangan infrastrukstur energi, kemitraan antara pemerintah dan dunia usaha, pemberdayaan masyarakat, penelitian dan pengembangan, serta pendidikan dan latihan. Untuk percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN), kebijakan tersebut di atas diikuti dengan Instruksi Presiden No. 1 tahun 2006, yang antara lain menginstruksikan kepada Menteri Pertanian untuk mendorong penyediaan bahan tanam, termasuk fasilitas penyediaan benih dan bibitnya, penyuluhan dan mengintegrasikan kegiatan pengembangan dan kegiatan pascapanen bahan tanam, untuk mendukung penyediaan bahan bakar nabati. Untuk melaksanakan Inpres No. 1 tahun 2006, Departemen Pertanian telah memiliki program aksi dan terus mengembangkan bahan ta- 1

nam yang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku bioenergi, meliputi jarak pagar, ubi kayu, sorgum, sagu, kelapa, kelapa sawit, dan bahan tanam lainnya, tanpa mengganggu program pemantapan ketahanan pangan nasional. Program tersebut juga sesuai dengan visi litbang pertanian ke depan dalam meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian guna meningkatkan kesejahteraan petani, serta sejalan pula dengan program revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan yang telah dicanangkan pemerintah pada tahun 2005 yang lalu. Sesuai dengan prioritas yang sudah dicanangkan pemerintah, maka pengembangan bahan baku bioenergi difokuskan pada kelapa sawit dan jarak pagar. Kelapa sawit, teknologinya sudah relatif tersedia dan sudah dikuasai Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Medan, dan bahkan saat ini sudah memasok biodiesel kepada Pertamina. Tidak demikian halnya dengan tanaman jarak pagar. Tanaman ini hampir tidak pernah digarap oleh para ahli pemuliaan di Indonesia. Sementara di sisi lain, sebagian masyarakat mempunyai antusiasme yang tinggi untuk membudayakan tanaman jarak pagar, dengan motivasi yang beragam. Antusiasme masyarakat tersebut tentu saja harus dihargai. Namun demikian sayangnya antusiasme ini tidak disertai dengan pemahaman tentang budi daya jarak pagar yang benar. Dilaporkan bahwa di masyarakat berkembang opini bahwa tanaman jarak pagar dapat tumbuh dengan baik (dan berproduksi tinggi) di lahan-lahan kritis atau kering dengan teknologi budi daya seadanya. Di samping itu tanaman jarak pagar juga diasumsikan dapat dikembangkan di mana saja tanpa perlu didasarkan hasil pengkajian kesesuaiannya terhadap kondisi ekosistem setempat. Opini-opini semacam ini tentu saja dapat menyesatkan masyarakat. Perlu kita sadari bersama bahwa pengembangan jarak pagar, sebagaimana tanaman tahunan lainnya, merupakan investasi jangka panjang yang harus diperhitungkan secara cermat, agar di kemudian hari investasinya dapat kembali, bahkan mampu memberikan keuntungan yang optimal. Sesuai dengan Inpres No. 1 tahun 2006, Badan Litbang Pertanian sangat berkepentingan untuk menjawabnya, sekaligus memberikan informasi teknologi budi daya yang tepat, agar masyarakat dapat mengembangkan jarak pagar sesuai dengan kaidahkaidah budi daya yang seharusnya. ARAH, TUJUAN, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JARAK PAGAR Untuk memenuhi target yang dicanangkan pemerintah, arah pengembangan jarak pagar, walaupun dikenal memiliki spektrum yang luas, seyogyanya diprioritaskan ke provinsi-provinsi yang kondisi lahan dan iklimnya sesuai untuk menghasilkan produktivitas jarak pagar yang optimum. Alternatif lainnya adalah secara diversifikasi dengan tanaman lain, baik dengan sistem tumpang sari, tanaman sela, tanaman pagar, maupun rotasi. Sesuai dengan visi dan misi pembangunan perkebunan serta memperhatikan prospek, potensi, dan peluang yang ada, maka tujuan pengembangan agribisnis jarak pagar jangka pendek adalah untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar rumah tangga atau yang lebih dikenal dengan Program Desa Mandiri Energi (DME). Sedangkan dalam jangka panjang pengembangan jarak pagar diharapkan dapat digunakan untuk substitusi biofuel (B10). Dalam pengembangannya strategi penyediaan bahan bakar nabati (BBN) dilakukan melalui Triple Track Strategy, yakni pro-job (karena dapat menyerap tenaga kerja), pro-poor (mengurangi tingkat kemiskinan), dan pro-growth (memperkuat sistem ekonomi nasional). Selain triple track, pengembangan BBN diharapkan juga akan proplanet (memperbaiki kesuburan lahan kritis). 2

INOVASI TEKNOLOGI JARAK PAGAR Telah diketahui bahwa inovasi teknologi mempunyai peran yang sangat vital untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang dinamis, efisien, dan berdaya saing tinggi (Suryana, 2007). Menurut Mosher (1966) inovasi teknologi merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi agar suatu pembangunan pertanian dapat tumbuh-berkembang secara progresif; keempat syarat mutlak lainnya adalah adanya pasar bagi produk-produk agribisnis, tersedianya sarana dan peralatan produksi secara lokal, adanya perangsang produksi bagi produsen dan adanya fasilitas transportasi. Tanpa adanya inovasi teknologi secara terus-menerus, pembangunan pertanian akan terhambat, walaupun keempat syarat mutlak lainnya telah terpenuhi. Dalam konteks agribisnis jarak pagar, teknologi baru yang dimaksud mencakup teknik dan teknologi yang digunakan untuk memproduksi hasil pertanian primer, mengolah hasil pertanian, menyimpan dan mengangkut produk-produk agribisnis yang dihasilkan. Pengertian baru disini adalah perbaikan atau pengembangan atas apa yang dipergunakan selama ini, yang mungkin saja sudah lama ditemukan dan telah digunakan secara luas oleh pihak lain. Yang penting adalah bahwa suatu teknologi baru harus memberikan manfaat yang makin besar bagi aktivitas agribisnis. Beberapa inovasi teknologi dan hasil-hasil penelitian yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dan instansi yang terkait, baik dari dalam maupun luar negeri, diharapkan dapat mendukung pengembangan agribisnis jarak pagar di Indonesia, khususnya program pemerintah untuk mewujudkan Desa Mandiri Energi. Inovasi teknologi dan hasil-hasil tersebut adalah sebagai berikut: 1) Bibit unggul. Belum adanya bahan tanam unggul jarak pagar di Indonesia telah mendorong Puslitbang Perkebunan untuk melakukan eksplorasi materi genetik jarak pagar dari seluruh Indonesia, yang hasilnya saat ini digunakan untuk menghasilkan bibit unggul baru. Tiga kebun induk telah dibangun dan saat ini sudah operasional, yakni Kebun Induk Jarak Pagar Asembagus, di Situbondo, Jawa Timur untuk mewakili iklim kering, Kebun Induk Jarak Pagar Muktiharjo, di Pati Jawa Tengah, mewakili wilayah iklim sedang, dan Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon, di Sukabumi Jawa Barat untuk mewakili iklim basah. Untuk mempercepat penyediaan bibit sumber dan penyebarannya, Badan Litbang Pertanian membangun 3 kebun induk jarak pagar di luar Jawa, yakni di Natar, Lampung; Sidondo, Sulawesi Tengah; dan Sandubaya, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hasil-hasil kegiatan tersebut, pada tanggal 16 Juli 2006 Menteri Pertanian telah meluncurkan bibit unggul jarak pagar, khususnya bibit unggul terpilih IP-1A, IP-1M, dan IP- 1P, dengan produktivitas sekitar 4 5 ton per ha. Upaya peningkatan produktivitas melalui seleksi rekuren tahap kedua terhadap populasi terpilih tersebut telah menghasilkan bibit unggul terpilih IP-2A, IP-2M, dan IP-2P yang telah diluncurkan pada kesempatan Penas XI di Desa Sembawa, Palembang pada bulan Juli 2007 yang lalu. Benih unggul IP-2 ini mempunyai tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan benih IP-1, yakni sekitar 7 8 ton per ha. 2) Kompor Minyak Nabati Protos. Kompor ini buatan HBH Jerman dan dirancang khusus untuk menggunakan bahan bakar minyak nabati. Cara kerjanya hampir mirip dengan kompor semawar atau kompor tahu berbahan bakar minyak tanah, yaitu membakar minyak yang telah berubah menjadi gas karena dipanaskan terlebih dahulu menggunakan spiritus. Kompor ini 40% lebih efisien dibandingkan kompor minyak tanah biasa. 3

3) Inovasi Teknologi Pascapanen. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang telah merekayasa mesin pemecah buah jarak Balittas tipe I, kemudian disempurnakan menjadi Balittas Tipe II, yang mempunyai kapasitas kerja mesin 250 300 kg biji per jam dengan putaran silinder 250 rpm. Di samping itu, telah diidentifikasi mesin screw press buatan PT Sanjaya yang mampu menghasilkan minyak dengan rendemen 30%. Kedua mesin ini akan sangat membantu sekali dalam proses pascapanen di tingkat pengguna. 4) Badan Litbang Pertanian juga telah memetakan daerah-daerah yang sesuai bagi pengembangan jarak pagar dan akan menyempurnakan dalam skala yang lebih detil. 5) Hasil-hasil penelitian MT 2007 berhasil mengidentifikasi faktor-faktor utama penyebab benih kopong serta kemunduran viabilitas dan vigor benih, yang secara teknis akan menentukan tingkat produktivitas dan mutu benih jarak yang dihasilkan. Di samping itu juga telah dikembangkan teknologi perbanyakan tanaman jarak pagar melalui teknik kultur jaringan, teknologi pemanfaatan limbah organik jarak pagar untuk produk diversifikasi, seperti pupuk organik, briket, dll. Teknologi-teknologi ini akan terus disempurnakan sekaligus dimasyarakatkan, yang pada gilirannya nanti, masyarakat dapat memanfaatkan dan mengembangkannya melalui kaidah-kaidah budi daya dan usaha yang benar. Penyebarluasan informasi hasil penelitian harus segera dilakukan, baik melalui media cetak maupun elektronik, melalui berbagai seminar maupun lokakarya. Bahkan jika memungkinkan, kebun-kebun percobaan yang saat ini digunakan untuk pengembangan bibit unggul jarak pagar seperti Pakuwon, Sukabumi (Jabar); Asembagus, Situbondo (Jatim); dan Muktiharjo, Pati (Jateng) dapat dijadikan sarana penyebaran informasi kepada masyarakat sekaligus tempat agrowisata. Bibit unggul baru yang dihasilkan diharapkan segera dimanfaatkan untuk masyarakat, termasuk untuk bahan pengembangan kebun-kebun bibit sumber, paling tidak di provinsi-provinsi yang potensial untuk pengembangan jarak pagar. Sesuai dengan program aksi Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan telah merencanakan hal ini. Dengan demikian, masyarakat di daerahdaerah tersebut dapat segera mengikuti dan sekaligus memanfaatkan teknologi baru tersebut. Banyak pemerintah daerah yang ingin segera mengembangkan tanaman jarak pagar ini. Diharapkan, unit kerja Departemen Pertanian di daerah seperti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) hendaknya dapat dimanfaatkan sebagai pendamping sekaligus nara sumber dalam memanfaatkan teknologi baru budi daya dan bibit unggul harapan jarak pagar ini. BPTP dibentuk memang untuk membantu daerah dalam menerapkan teknologi pertanian spesifik lokasi. Sementara menunggu terbentuknya pasar yang stabil, ada 3 konsep pemasaran produk biji jarak di tingkat pedesaan yang bisa diadopsi untuk menunjang Program DME, yakni (1) koperasi menjual jasa pengepresan (dari biji menjadi minyak jarak mentah) kepada petani, (2) koperasi membeli biji jarak dari petani, kemudian setelah diolah menjadi minyak, koperasi menjualnya ke petani, dan (3) koperasi membeli minyak dari petani. AGENDA KE DEPAN Untuk menyempurnakan pengembangan dan aplikasi iptek dalam pembangunan pertanian dalam era globalisasi sekarang ini, agenda kebijakan ke depan perlu menyesuaikan dengan perubahan kelembagaan yang juga berkembang dengan pesat. Apabila dahulu, fokus kebijakan lebih banyak pada 4

pembahasan input yang digunakan, kini fokus tersebut telah bergeser pada efisiensi penggunaan teknologi biologi-kimiawi, seperti benih unggul, pupuk, dan pestisida. Perubahan aransemen kelembagaan yang menyertai pengembangan teknologi tidak dapat dilakukan secara sambilan, tetapi harus secara holistik dan dilengkapi dengan kebijakan yang memadai. Kajian dan penelusuran lebih dalam tentang input produksi pertanian dengan aspek kelembagaan serta kondisi sosial ekonomi yang meliputi proses produksi harus terus-menerus dilakukan. Di tingkat lapangan, hal tersebut perlu diterjemahkan melalui kajian yang terus menerus untuk menemukan teknologi dan spesifikasi produksi pertanian yang tepat, sesuai dengan kondisi agroklimat serta setting kelembagaan suatu daerah tertentu. Perbaikan kondisi sosial ekonomi serta fungsi-fungsi kelembagaan tersebut, dapat ditempuh melalui desentralisasi perumusan kebijakan teknologi di bidang pertanian. PENUTUP Telah cukup banyak inovasi teknologi dan hasil-hasil penelitian yang dapat mendukung pengembangan agribisnis jarak pagar, khususnya mendukung Program Desa Mandiri Energi. Namun demikian, sebagaimana telah dikemukakan oleh Mosher (1966) inovasi teknologi ini perlu diperbaiki secara terus menerus. Di samping itu seluruh pemangku kepentingan (stake holder) juga diharapkan dapat berperan lebih besar lagi dalam pembangunan pertanian, baik dalam tataran perencanaan dan penyusunan kebijakan, maupun dalam tataran praktis di berbagai subsektor atau bagian dalam agribisnis pertanian. Karena disadari bahwa pembangunan pertanian membutuhkan sinergi yang saling memperkuat di antara semua pihak terkait. 5