BAB I PENDAHULUAN. Olahraga dayung di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkembang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dayung merupakan salah satu jenis cabang olahraga aerobic. Air sebagai

2014 METODE SET SYSTEM DAN METODE SUPER SET SYSTEM KAITANNYA DENGAN PENINGKATAN DAYA TAHAN OTOT:

BAB I PENDAHULUAN JENIS SCULLING SWEEP ROWING KAYAK CANOE CANOE POLO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaid Muksin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesta Olahraga Negara-Negara Asia Tenggara (juga dikenal sebagai Sea

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi

: Pelatihan Cabang Olahraga Dayung (teori dan praktek) KODE MATA KULIAH : PL 418

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembinaan kondisi fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA POWER LENGAN, FLEKSIBILITAS PINGGANG, DAN RASA PERCAYA DIRI TERHADAP HASIL PRESTASI DAYUNG NOMOR KAYAK SLALOM ARUS DERAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN POWER TUNGKAI TERHADAP WAKTU PEMBALIKAN RENANG GAYA BEBAS 100 METER

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Prestasi Indonesia pada Sea Games (Tahun ) (Sumber: Dikdik Zafar Sidik, 2010: 1)

BAB I PENDAHULUAN. tantangan alam seperti banjir (Kasiyo, 1980: 11). Lebih lanjut dijelaskan

ILUSTRASI PEMANDUAN BAKAT DI NEGARA-NEGARA EROPA TIMUR (AKHIR 1960 AWAL 1970)

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogie Hary Kusumah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. Berdasarkan data dari KONI, PON terakhir

BAB I PENDAHULUAN. semua cabang olahraga yang dipertandingkan ataupun diperlombakan.

SISTEM PEREKRUTAN ATLET DAYUNG PUSAT LATIHAN DAERAH JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

TEKNIK ROWING. Kegiatan Belajar 2:

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dunia saat ini. Tujuan seseorang

SURVEI KONDISI FISIK PADA SISWA EKSTRKURIKULER DAYUNG PERAHU NAGA SMA NEGERI 22 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pesat, sudah semestinya jika manusia menyadari arti pentingnya hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

HUBUNGAN DAYA TAHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN PRESTASI DAYUNG 1000 METER PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga telah menjadi gejala sosial yang tersebar di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan

PERENCANAAN YANG BAIK MERUPAKAN SALAH SATU ELEMEN PENTING DALAM BAGAIMANA MELATIH YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasinya. Untuk mencapai hal itu, atlet dituntut mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

2015 HUBUNGAN ANTARA POWER TUNGKAI D AN KESEIMBANGAN D ENGAN KECEPATAN SPRINT 300 METER PAD A OLAHRAGA SEPATU ROD A

BAB I PENDAHULUAN. menyebutnya Perahu Naga adalah olahraga beregu yang memiliki nilai-nilai

PENGARUH METODE LATIHAN DAN POWER TUNGKAI TERHADAP KELINCAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola voli dalam perkembangan di zaman modern ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 MENINGKATKAN DAYA TAHAN CARDIOVASCULAR MELALUI ZUMBA DANCE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Fahmi Hasan, 2013

2015 UJI VALID ITAS D AN RELIABILITAS KONSTRUKSI ALAT UKUR POWER END URANCE TUNGKAI

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Irman Rediansyah, 2015

2015 PENGARUH BENTUK LATIHAN ENVELOPE RUN DAN LATIHAN BOOMERANG RUN DENGAN METODE LATIHAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan efek samping yang bersifat kontra produktif terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Tercapainya prestasi

ILUSTRASI PEMANDUAN BAKAT DI NEGARA-NEGARA EROPA TIMUR (AKHIR 1960 AWAL 1970)

PERSATUAN BOLABASKET SELURUH INDONESIA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 PROFIL KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK, KEKUATAN MAKSIMAL, POWER,

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak disukai dan

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurcahyo, 2013

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

PERIODISASI THEORY AND METHODOLOGY OF TRAINING TUDOR O BOMPA RINGKASAN OLEH DRS. OCTAVIANUS MATAKUPAN

TEKHNIK DASAR MENDAYUNG ROWING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sepakbola ini maka dibentuklah organisasi sepakbola dunia yaitu FIFA (Federation

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TAHAP-TAHAP LATIHAN (PHASES OF TRAINING) Hedi Ardiyanto Hermawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfi Nuraeni, 2014 Uji Validitas Dan Reliabilitas Konstruksi Alat Ukur Power Endurance Lengan

BAB II. Olahraga dayung yang dikenal di Indonesia pada dasarnya merupakan

2015 KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

HASIL BELAJAR ILMU GIZI OLAHRAGA PADA PEMILIHAN MAKANAN ATLET DAYUNG UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. membuat progam latihan untuk pembinaan kondisi fisik seorang atlet. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia untuk pembangunan. Olahraga merupakan kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Renang merupakan suatu aktivitas yang membutuhkan gerakan yang

EVALUASI UNSUR FISIK PADA ATLET BOLA VOLI

JURNAL CONTRIBUTION OF RESISTANCE MUSCLE STRENGTH OF ARMS AND ABILITY FLEXIBILITY PADDLE DISTANCE 500 METER ROWER PADANG PARIAMAN.

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena

GENERAL FITNESS TRAINING

BAB I PENDAHULUAN. yang melelahkan selama waktu tertentu. Kemudian tujuan olahraga prestasi

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

I. PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan seperti: Sea Games, Asean Games, dan Olimpiade, PON,

EFFECT OF WRIST COORDINATION AND MUSCLE POWER ARM BELOW SHOULDER OF THE PASSING ABILITY MEN S VOLLEYBALL TEAM SMK MUHAMMADIYAH 3 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. dan gerak jurus (Taulo). Wong Kiew Kit (2002:1) menyatakan bahwa. Kung-Fu

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk melakukan aktifitas fisik, mengembangkan fungsional, yang berupa olahraga salah satunya adalah olahraga renang.

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara multi budaya dan keanekaragaman. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. (2008:53) Olahraga arung jeram (white water rafting) sebagai olahraga mengarungi

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga dayung di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkembang dan menunjukkan tendensi yang terus meningkat. Salah satu indikatornya adalah peningkatan prestasi atlet dayung dalam mengikuti kejuaraan-kejuaraan pada tingkat nasional maupun tingkat internasional. Selain itu pula ditandai dengan adanya peningkatan baik kualitas maupun kuantitas dari para peserta yang mengikuti kejuaraan yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB.PODSI). Cabang olahraga dayung bukan merupakan cabang olahraga permainan atau bahkan olahraga yang cenderung memberikan gerak dengan unsur seni. Olahraga dayung merupakan gerak olahraga yang melibatkan perpaduan gerak tubuh beserta alat yang digunakan untuk mendayung. Berkaitan dengan hal ini Stephen (1990:1) dalam kutipan Rohmat dkk (2002:8), menjelaskan tentang karakteristik mendayung yaitu : Gerakan mendayung dilakukan secara berirama, terus menerus dan ada rasio yang baik antara fase kerja dan fase istirahat. Olahraga dayung yang dikenal dan berkembang di Indonesia, sebenarnya merupakan gabungan dari tiga cabang olahraga, yaitu canoeing, rowing dan traditional boat race. Didalam tataran Regional dan Internasional, ketiga cabang olahraga tersebut mempunyai induk organisasi yang tersendiri, yaitu ICF 1

2 (International Canoe Federation) untuk canoeing, FISA (Federation International Des societes De Aviron atau The International Rowing Federation) untuk rowing, dan IDBF (International Dragon Boat Federation) untuk traditional boat race. Di Indonesia ketiga cabang tersebut keberadaanya menginduk pada satu organisasi, yaitu PODSI (Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.1 Cabang-Cabang Olahraga Dayung Dalam Naungan Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) INDUK ORGANISASI INTERNASIONAL FISA ICF IDBF CABANG OLAHRAGA ROWING CANOEING TRADITIONAL BOAT RACE NOMOR JENIS PERLOMBAAN 1X (Single Scull) 2X (Double SCULLING Scull) 4X (Quadruple Scull) 2- (Coxless Pairs) 4- (Coxless SWEEP Fours) ROWING 2+ (Cox Pairs) 4+ (Cox Fours) 8+ (eight) KAYAK K-1 (KAYAK - 1) K-2 (KAYAK - 2) K-4 (KAYAK - 4) CANOE C-1 (KANO -1) CANOE POLO C-2 (KANO -2) 10 PEDAYUNG 20 PEDAYUNG JARAK LOMBA 2000 Meter 500 meter 1000 meter Pa Pa 2 x 10 Pa 500 meter 1000 meter Perbedaan yang sangat mendasar dari berbagai nomor terlihat dari karakteristik perahunya, cara mendayung serta posisi pedayung di perahu. Pada cabang olahraga dayung rowing posisi pedayung duduk pada tempat duduk yang

3 dapat bergerak maju-mundur, menghadap ke bagian buritan perahu. Mendayung dengan segenap anggota tubuhnya (tungkai, badan, dan lengan). Tangkai dayung yang digunakan untuk mengayuh terletak pada sisi perahu kiri dan kanan yang disangga oleh satu set alat penyangga dayung (Rigger). Dalam mendayung nomor sculling pendayung menggunakan dua tangkai pengayuh kiri dan kanan. Sedangkan dalam mendayung nomor sweep rowing pedayung masing-masing menggunakan satu tangkai pengayuh, kiri atau kanan. Pada cabang olahraga dayung ada yang dinamakan mesin rowing, mesin ini dikenal dengan nama ergometer rowing. Pada awalnya ergometer rowing dirancang sebagai alat simulasi untuk berlatih atau tes prestasi bagi para pedayung khususnya pada nomor rowing. Namun, seiring dengan berkembangnya olahraga dayung, dalam perjalanannya ergometer rowing dijadikan sebagai salah satu nomor yang diperlombakan di darat yang jaraknya sama dengan di air yaitu 2000 meter. Biasanya para pelatih menganjurkan pada atlit pemulanya untuk terlebih dahulu mempelajari teknik-teknik gerak mendayung di mesin rowing. Cara penggunaan mesin ini sama halnya dengan melakukan gerakkan di perahu. Sebagai gambaran dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 1.2 Mesin Ergometer Rowing (sumber: Pribadi)

4 Gambar diatas adalah alat yang pada awalnya dirancang sebagai alat simulasi untuk berlatih atau test prestasi bagi para pedayung khususnya pada nomor rowing. Namun, dengan seiringnya berkembangnya olahraga dayung, ergometer rowing dijadikan sebagai salah satu nomor yang diperlombakan di darat yang dengan jarak sama dengan perlombaan di air yaitu 2000 meter. Banyak hal yang dapat dijadikan sebagai parameter keberhasilan pendayung rowing di antaranya fisik, teknik, taktik dan mental. Berkaitan dengan hal ini, Harsono (1998), menjelasan bahwa :... prestasi akan dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa faktor antara lain fisik, mental, teknik, taktik, serta aspek strategi. Penampilan atlet dalam setiap pertandingan dituntut untuk memiliki aspek kesegaran jasmani, aspek keterampilan, aspek taktik, serta aspek psikologi. Berkaitan dengan hal tersebut Alderman (1974), yang dikutip oleh Sudibyo (1993:16), menjelaskan sebagai berikut : Faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan atlet antara lain : 1. Dimensi kesegaran jasmani, meliputi antara lain cardiores piratory(endurance), power, strength, flexibility, agility, speed, reaction, coordination, dan sebagainya. 2. Dimensi keterampilan, meliputi antara lain koordinasi, waktu reaksi, kinestik, kelincahan dalam melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan cabang olahraga yang digeluti. 3. Dimensi bakat pembawaan fisik, meliputi antara lain keadaan fisik, tinggi dan berat badan, kemampuan gerak, dan lain-lain. 4. Dimensi psikologik, meliputi motif prestasi, affiliasi, berkuasa, ketidak tergantungan, aktualisasi, ketegangan, serta sifat-sifat kepribadian seperti disiplin, agresifitas, percaya diri, stabilitas emosional, keterbukaan, tanggung jawab, keberanian, dan sebagainya.

5 Pada cabang olahraga dayung faktor-faktor yang sangat spesifik dalam menentukan pencapaian prestasi dijelaskan oleh Bompa dalam DIKLUSEPORA DEPDIKBUD (1994:9) sebagai berikut : Kriteria yang dapat digunakan dalam pemanduan bakat yaitu meliputi : Kesehatan, biometrik qualities (ukuran anthopometrik), dan heredity atau keturunan. Sedangkan Rowing performance profile menurut Jose Nones (1999:4-104), yang dikutip oleh Rohmat dkk (2002:8) adalah sebagai berikut : 1. Aerobic Capasity 15% 2. Muscular Endurance 15% 3. Technical Skill 30% 4. Psychological Factor 15% 5. Know-how 9% 6. Anaerobic Capasity 4% 7. Mobility 4% 8. Muscular Strength 4% 9. Tactic 4% Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis mencoba untuk meneliti beberapa aspek biomotorik pada atlet dayung terhadap prestasi mendayung dengan jarak 2000 meter pada mesin rowing. Adapun bentuk penelitian tersebut selanjutnya penulis tuangkan dalam penelitian skripsi yang berjudul : Kontribusi Aerobic Capacity Dan Muscle Endurance Terhadap Prestasi Mendayung Mesin Rowing Jarak 2000 Meter. ( Studi Deskriptif pada Atlet Dayung Rowing Pelatnas Putra Sea Games XXVI Indonesia 2011 ) B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada pemaparan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

6 1. Seberapa besar kontribusi yang dihasilkan dari aerobic capaity terhadap prestasi mendayung mesin rowing jarak 2000 meter? 2. Seberapa besar kontribusi yang dihasilkan dari muscle endurnace terhadap prestasi mendayung mesin rowing jarak 2000 meter? 3. Mana yang memiliki kontribus lebih besar dari aerobic capacity dan muscle endurance terhadap prestasi mendayung mesin rowing jarak 2000 meter? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada masalah penelitian di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi yang dihasilkan dari aerobic capacity terhadap prestasi mendayung mesin rowing 2000 jarak meter b. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi yang dihasilkan dari muscle endurance terhadap prestasi mendayung mesin rowing jarak 2000 meter. c. Untuk mengetahui mana yang menghasilkan kontribusi lebih besar dari aerobic capacity dan muscle endurance terhadap prestasi mendayung mesin rowing jarak 2000 meter. D. Kegunaan Penelitian Adapun penelitian ini dapat digunakan dengan mengambil manfaat dari hasil yang telah dicapai. Adapun manfaat tersebut di antaranya :

7 1. Secara teoretis dapat dijadikan sebagai informasi keilmuan serta masukan bagi segenap insan olahraga dalam setiap perkembangan cabang olahraga guna meraih suatu prestasi yang tinggi pada cabang olahraga dayung. 2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang berarti bagi : a) Para atlet, pelatih, pembina olahraga dayung khususnya nomor rowing dalam proses pelatihan untuk meningkatkan prestasi atlet pada mesin rowing 2000 meter. b) Peneliti, dalam hal ini sebagai bekal untuk menyeleksi dan mencari bakat sebagai atlet potensial cabang olahraga dayung khususnya nomor rowing. E. Batasan Masalah Penelitian Untuk memperoleh gambaran serta hasil yang lebih jelas, maka perlu membatasi permasalahan dalam penelitian, hal ini dilakukan dengan asumsi agar penelitian ini tidak menyimpang dari maksud serta sasaran dari penelitian. Disamping itu pula hal ini dilakukan sebagai langkah untuk memudahkan dalam proses penelitian yang dilaksanakan. Proses penelitian haruslah bersifat kompleks artinya harus terdapat ruang lingkup penelitian yang jelas. Lebih lanjut Nasution (1993:31), menjelaskan bahwa :...tiap masalah hendaknya kompleks sehingga tidak dapat diselidiki segala aspek secara tuntas, maka karena itu peneliti harus membatasi ruang lingkup masalahnya. Adapun ruang lingkup penelitian tersebut di antaranya :

8 1. Penelitian ini untuk jenis mesin rowing jarak 2000 meter. 2. Penelitian ini terbatas pada variabel aerobic capacity dan muscle endurance. 3. Sampel penelitian ini adalah atlet rowing putra yang mengikuti Pelatnas Sea Games XXVI Indonesia 2011. F. Definisi Operasional Sehubungan dengan judul tersebut, maka untuk mengindari agar persoalan yang dibicarakan dalam penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan semula dan supaya didalam penelitian tidak terjadi salah penafsiran istilah yang digunakan maka perlu adanya penegasan istilah yang meliputi: 1. Aerobic kapacity atau juga disebut kapasitas aerobic menurut Santosa ( 2003:27) adalah faktor pembatasan kemampuan maksimal sekunder oleh karena kapasitas aerobik hanya menetukan apakah kelelahan mutlak cepat atau lambat datangnya. Berdasarkan pengertian diatas, dalam penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa aerobic capacity merupakan kemampuan daya tahan seorang atlet dalam melakukan suatu latihan. Kemudian munculah penilaian terhadap apa yang diproses dari hasil pengamatan tersebut, yang dalam hal ini adalah prestasi mendayung mesin rowing 2000 meter. 2. Muscle endurance atau daya tahan otot menurut Harsono (1988:202) adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi yang berturut-turut untuk waktu yang lama.

9 Berdasarkan pengertian diatas, dalam penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa muscle endurance merupakan kemampuan daya tahan otot seorang atlet dalam melakukan suatu latihan. Kemudian munculah penilaian terhadap apa yang diproses dari hasil pengamatan tersebut, yang dalam hal ini adalah prestasi mendayung mesin rowing 2000 meter. 3. Prestasi. menurut Poerwadarminta prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dsb) sedangkan dalam kamus istilah olahraga dijelaskan : Prestasi adalah kesanggupan tertinggi atas hasil kerja seseorang atau tim. Jadi, yang dimaksud prestasi dalam penelitian ini adalah kemampuan seorang atlet dayung menempuh jarak 2000 meter dalam waktu yang cepat atau singkat yang diukur dengan mesin rowing. Dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi ialah suatu kemampuan seorang atlet dalam mendayung mesin rowing jarak 2000 meter. 4. Rowing Ergometer. adalah alat yang dirancang sebagai alat simulasi untuk berlatih atau tes bagi para pendayung. Alat ini dilengkapi dengan monitor khusus. Yang dimakdus dengan rowing ergometer dalam penelitian ini adalah suatu alat pengukuran dalam olahraga dayung cabang rowing. G. Anggapan Dasar dan Hipotesis a. Anggapan Dasar Dalam melakukan penelitian diperlukan sebuah anggapan dasar, hal ini dimaksudkan untuk sebuah titik tolak di dalam penelitian itu sendiri. Penelitian

10 yang dilakukan harus terkonsep dengan benar, artinya dalam penelitian harus terdapat sebuah konsep yang dapat mendasari terhadap proses penelitian yang dilakukan. Anggapan dasar itu sendiri pada dasarnya merupakan sebuah konsep dasar dalam penelitian, hal ini berguna untuk mengetahui kebenaran terhadap sebuah penelitian. Suharsimi (1994:17), dalam hal ini menjelaskan bahwa : Anggapan Dasar adalah suatu kebenaran yang diyakini oleh peneliti yang berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak pada peneliti dalam melaksanakan penelitian. Sebagai anggapan dasar dalam penelitian ini, penulis gambarkan pemahaman berpikir pada beberapa alasan penelitian di antaranya : Dalam istilah dunia kepelatihan olahraga aspek dari dimensi pembawaan fisik sering diidentikkan dengan istilah biometrik. Hal ini dijelaskan oleh Alderman (1974), yang dikutip oleh Sudibyo (1993:16), bahwa : Faktor yang mempengaruhi penampilan atlet salah satunya adalah faktor bakat (pembawaan fisik), yang meliputi antara lain keadaan fisik, tinggi badan, berat badan, kemampuan gerak, dan lain-lain. Pada cabang olahraga dayung faktor-faktor yang sangat spesifik dalam menentukan pencapaian prestasi dijelaskan oleh Bompa dalam DIKLUSEPORA DEPDIKBUD (1994:9) sebagai berikut : Kriteria yang dapat digunakan dalam pemanduan bakat yaitu meliputi : Kesehatan, biometrik qualities (ukuran anthopometrik), dan heredity atau keturunan.

11 Sedangkan Rowing performance profile menurut Jose Nones (1999:4-104), yang dikutip oleh Rohmat dkk (2002:8) adalah sebagai berikut : 1. Aerobic Capasity 15% 2. Muscular Endurance 15% 3. Technical Skill 30% 4. Psychological Factor 15% 5. Know-how 9% 6. Anaerobic Capasity 4% 7. Mobility 4% 8. Muscuar Strength 4% 9. Tactic 4% Sesuai dengan karakteristiknya, maka aspek biometric dan performance ini sangat menentukan sekali terhadap tercapainya suatu prestasi yang optimal pada cabang olahraga dayung. Artinya kualitas biometric dan performance berbanding lurus dengan kualitas prestasi. Dalam cabang olahraga dayung sangat dianjurkan atau bahkan diharuskan bagi atlet memiliki aerobic capacity dan muscle endurance yang bagus. Hal tersebut dikarenakan sangat berhubungan dengan kualitas kayuhan yang dihasilkan. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa dengan memilki aerobic capacity yang bagus oleh atlet maka atlet memiliki daya tahan yang lebih lama sehingga memungkinkan untuk melakukan kayuhan yang cepat dan kuat dengan ketahanan yang lama. Muscle endurance merupakan kekuatan otot yang dimiliki oleh tubuh. Muscle endurance dalam hal ini sangat menentukan pada kekuatan daya tahan otot seseorang, sehingga beberapa cabang olahraga memiliki klasifikasi muscle

12 endurance yang salah satunya yaitu dayung rowing. Muscle endurance yang dimiliki sangat mempengaruhi terhadap kualitas kayuhan yang dilakukan. Berkaitan dengan hal ini dijelaskan bahwa : Pada prinsipnya Muscle endurance menentukan kekuatan daya tahan otot seseorang sehingga beberapa cabang olahraga ada klasifikasi muscle endurance yang salah satunya yaitu dayung rowing. Prinsipnya apabila seorang atlit memiliki muscle endurance yang bagus maka dapat menentukan kualitas kayuhan dan daya tahan otot dalam setiap kayuhan. b. Hipotesis 1. Terdapat korelasi yang positif antara aerobic capaity dengan prestasi mendayung mesin rowing 2000 meter. 2. Terdapat korelasi yang positif antara muscle endurance dengan prestasi mendayung mesin rowing 2000 meter. 3. Terdapat korelasi yang positif antara aerobic capacity dan muscle endurance secara bersam-sama dengan prestasi mendayung mesin rowing 2000 meter.