BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang mengguncang Asia. Krisis ekonomi tersebut menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang

PENGARUH KURS VALUTA ASING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta kesulitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Wirsono, 2007:17) (Husnan, 2003 : 157).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. dunia yang terjadi disebabkan oleh krisis surat utang subprime mortgage

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. representasi untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri ( capital flight)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasar modal dapat menunjang ekonomi negara yang bersangkutan. Pasar

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

BAB I PENDAHULUAN. melebihi batas maksimum yang diindikasikan dengan tingginya debt to equity

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pembiayaan pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43).

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi

BAB I PENDAHULUAN. diterima untuk tiap investor. Tujuan utama dari aktivitas pasar modal adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KURS VALUTA ASING, INFLASI, UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR KEUANGAN

Pengaruh Exchange Rate Dan Trading Volume Activity Terhadap Harga Saham

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Per Dollar AS, Tingkat Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI

BAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. modal (IDX, 2016). Dibandingkan dengan investasi surat berharga lainnya di

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB VI PENUTUP. diambil dari hasil penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan dan perekonomian suatu negara, Sirait dan D. Siagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup

BAB I PENDAHULUAN. (Fahmi, 2012).Kemajuan suatu negara antara lain ditandai adanya pasar

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Secara umum pasar modal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian modern dan era globalisasi saat ini pasar modal di suatu

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara dan sebagai tujuan alternatif investasi yang menguntungkan. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen inflasi, BI Rate,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh nilai tukar rupiah

Transkripsi:

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran aktif lembaga pasar modal sangat diperlukan dalam membangun perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang strategis dalam perekonomian Indonesia. Secara umum pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan untuk mencari dana untuk mendanai kegiatan usahanya. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpunan dana masyarakat secara langsung dengan menanamkan ke dalam perusahaan yang sehat dan baik pengelolaannya. Fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana pembentukan modal dan akumulasi dana bagi pembiayaan suatu perusahaan atau emiten. Dengan demikian pasar modal merupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan pembangunan nasional pada umumnya dan emiten pada khususnya di luar sumbersumber yang umum dikenal, seperti tabungan pemerintah, tabungan masyarakat, kredit perbankan dan bantuan luar negeri. Bagi kalangan masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan berminat untuk melakukan investasi, hadirnya lembaga pasar modal di Indonesia menambah deretan alternatif untuk menanamkan dananya. Banyak jenis surat berharga (securities) yang dijual di pasar tersebut, salah satunya adalah saham. Saham perusahaan go public sebagai komoditi investasi tergolong beresiko tinggi karena sifatnya yang peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi baik oleh pengaruh yang bersumber dari dalam maupun luar negeri. Perubahan itu antara lain dibidang politik, ekonomi,

20 moneter, undang-undang atau peraturan maupun perubahan yang terjadi dalam industri dan perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) itu sendiri. Kinerja pasar modal dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja ekonomi secara keseluruhan dan mencerminkan apa yang akan terjadi dalam perekonomian secara makro. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kurs rupiah, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, pertumbuhan ekonomi dan beberapa variabel ekonomi makro lainnya merupakan cermin wajah ekonomi suatu Negara. Hubungan antara kondisi makroekonomi dengan pasar modal digambarkan oleh Hall dan Marc Lieberman (2005) berikut ini : Shock to stock market Shock to macro economy Stock market Shock to both stock market&macro economy Macro economy Gambar 1.1 Hubungan antara Makroekonomi dengan Pasar Modal

21 Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat tahun 2008 menyebabkan keguncangan perekonomian global. Krisis yang ditandai dengan bangkrutnya perusahaan sekuritas Lehman Brothers menjadi pertanda ambruknya sistem ekonomi Kapitalis Amerika Serikat. Kolapsnya Lehman Brothers juga diikuti oleh rivalnya Merril Lynch yang harus rela diakuisisi oleh Bank of Amerika. Begitu juga dengan kolapsnya beberapa bank dan perusahaan besar lainnya di Amerika Serikat dan diikuti oleh perusahaan sekuritas, penjamin kredit dan sejumlah bank investasi lainnya yang jatuh satu per satu. Peristiwa ini menyebabkan keguncangan yang luar biasa di lantai bursa Wallstreet. Jatuhnya pasar saham terbesar di dunia tersebut ikut mengguncang pasar saham di beberapa negara lainnya termasuk Indonesia. Keadaan ini menyebabkan IHSG terkoreksi cukup dalam. Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa IHSG mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun selama periode 1994-2009. Fluktuasi IHSG sebagian besar diakibatkan oleh kejadian-kejadian di luar faktor fundamental perusahaan, seperti keadaan makroekonomi dalam dan luar negeri. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makroekonomi secara umum serta kondisi ekonomi global dan pasar modal dunia. Pengaruh makroekonomi tersebut tidak akan dengan seketika mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi secara perlahan dalam jangka panjang. Sebaliknya, harga saham akan terpengaruh dengan seketika oleh perubahan faktor makroekonomi tersebut karena para investor akan memperhitungkan dampaknya baik yang positif maupun

22 yang negatif terhadap kinerja perusahaan beberapa tahun ke depan, kemudian mengambil keputusan membeli, menjual atau menahan saham yang bersangkutan ( Muhammad Samsul, 2006). Oleh karena itu, harga saham lebih cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan makroekonomi daripada kinerja perusahaan yang bersangkutan. Ada dua pengaruh langsung krisis finansial global terhadap perekonomian di Indonesia. Pertama pengaruh terhadap keadaan indeks bursa saham Indonesia. Kepemilikan asing yang masih mendominasi dengan porsi 66% kepemilikan saham di BEI, mengakibatkan bursa saham rentan terhadap keadaan finansial global karena kemampuan finansial para pemilki modal tersebut (Tempo Interaktif,2008). Kedua, ekspor impor, Amerika Serikat merupakan Negara tujuan ekspor nomor dua setelah Jepang dengan porsi 20%-30% dari total ekspor (Depperin, 2008). Dengan menurunnya kinerja ekonomi Amerika Serikat secara langsung mempengaruhi ekspor impor Indonesia juga. IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Seiring dengan perkembangan pasar dan tuntutan untuk lebih efisien serta daya saing di kawasan regional, maka efektif sejak tanggal 3 Desember 2007 secara resmi PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) digabungan dengan PT. Bursa Efek Surabaya (BES) dan berganti nama menjadi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI).

23 Selain aktivitas transaksi yang meningkat, IHSG juga menunjukkan kenaikan yang luar biasa. Pada akhir tahun 1994, IHSG masih berada pada level 469,640. Meskipun sempat mengalami penurunan pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1997, akan tetapi pada era tahun 2000-an IHSG mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Pada tanggal 9 Januari 2008, IHSG mencapai level 2.830,263 atau meningkat sebesar 502,65% dibandingkan penutupan tahun 1994. Tahun 1999 merupakan tahun pemulihan bagi pasar modal Indonesia setelah dalam beberapa tahun mengalami krisis ekonomi. Membaiknya pasar ditandai dengan kenaikan 278,88 bps menjadi 676,919 bps dibandingkan dengan tahun 1998. Dalam tahun 1999, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan 1,8% dibandingkan tahun 1998 sebesar -13,2% dan inflasi turun tajam menjadi 2,01% dibandingkan dengan inflasi pada tahun sebelumnya sebesar 77,6% (laporan tahunan BAPEPAM, 1999). Setelah mengalami peningkatan pada tahun 1999, pada tahun 2000 IHSG mengalami penurunan menjadi 416,321 bps dan pada tahun 2001 mengalami penurunan kembali menjadi 392,036 bps. Penurunan IHSG tersebut terutama dipengaruhi oleh melemahnya nilai tukar rupiah, naiknya tingkat suku bunga diskonto menjadi 17% serta melemahnya kinerja bursa regional (laporan tahunan BAPEPAM, 2001). Perkembangan nilai IHSG dapat dilihat pada tabel 1.1

24 Tabel 1.1 Perkembangan Bursa Efek Indonesia Tahun 1994 2009 Tahu n Rata-rata Transaksi Harian Volume Nilai Frek (juta) (Rp (Rib IHSG Tertinggi Terendah Akhir Kapitali sasi psar(rp Triliun) Jmlh Emit en Miliar) u X) 1994 21.6 104.0 1.5 612.888 447.040 469.640 104 217 1995 43.3 131.5 2.5 519.175 414.209 513.847 152 238 1996 118.6 304.1 7.1 637.432 512.478 637.432 215 253 1997 311.4 489.4 12.1 740.833 339.536 401.712 160 282 1998 366.9 403.6 14.2 554.107 256.834 398.038 176 288 1999 722.6 598.7 18.4 716.460 372.318 676.919 452 277 2000 562.9 513.7 19.2 703.483 404.115 416.321 260 287 2001 603.2 396.4 14.7 470.229 342.858 392.036 239 316 2002 698.8 492.9 12.6 551.607 337.475 424.945 268 331 2003 967.1 518.3 12.2 693.033 379.351 691.895 460 333 2004 1,708.6 1,024.9 15.5 1,004.430 668.477 1,000.233 680 331 2005 1,653.8 1,670.8 16.5 1,192.203 994.770 1,162.635 801 336 2006 1,805.5 1,841.8 19.9 1,805.523 1,171.709 1,805.523 1,249 344 2007 4,225.8 4,268.9 48.2 2,810.962 1,678.044 2,745.826 1,988 383 2008 3,282.7 4,435.5 55.9 2,830.263 1,111.390 1,355.408 1,076 396 2009 6,089.9 4,046.2 87.0 2,534.356 1,256.109 2,534.356 2,019 398 Sumber : BEI, 2010 Perkembangan Indeks Harga Sektoral (IHS) pada beberapa tahun belakangan ini juga mengalami kenaikan dan penurunan. Penurunan rata-rata terjadi pada tahun 1998 sebesar -9,18 jika dibandingkan dengan tahun 1997, hal ini disebabkan oleh pada tahun tersebut terjadi pergolakan demokrasi dan politik di Indonesia. Penurunan juga terjadi pada tahun 2000,2001 dan tahun 2008. Pada tahun 2008 terjadi penurunan indeks sektoral akibat dampak terjadinya krisis keuangan di Amerika Serikat. Sedangkan kenaikan rata-rata IHS terjadi sejak tahun 2002 hingga

25 tahun 2007 dan kembali menguat pada tahun 2009. Indeks rata-rata dari tahun 1997 sampai tahun 2009, sektor pertambangan (735,73) merupakan sektor yang memiliki indeks yang paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Di ikuti dengan sektor pertanian (700,99), sektor transportasi dan infrastrukutr (351,19) dan sektor industri barang konsumsi (255,19). Sektor properti dan real estate memiliki rata-rata indeks yang paling kecil sebesar 79,53. Hal ini dapat di lihat pada tabel 1.2 Tabel 1.2 Perkembangan Indeks perusahaan yang listing di BEI berdasarkan sektor,1997-2009 Tahun sektor Ratarata perubah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 an 1997 397.16 173.92 60.40 95.01 68.66 72 102.24 64.57 69.98 122.66-1998 371.82 152.14 94.18 82.31 91.19 27.42 95.4 45.76 61.08 113.48-9.18 1999 278.52 182.19 128.83 134.88 201.80 55.81 152.26 58 202.64 154.99 41.51 2000 176.18 129.67 60.09 95.23 141.12 27.86 82.13 36.69 130.62 97.73-57.26 2001 119.05 118.84 40.53 73.48 129.10 26.97 112.84 36.69 111.28 85.42-12.31 2002 144.36 94.87 36.92 88.13 135.47 24.33 129.41 51.03 107.61 90.24 4.82 2003 182.83 332.63 63.87 124.59 209.38 42.11 221.29 78.84 142.10 155.29 65.05 2004 304.66 491.16 98.33 192.01 233.32 68.22 332.54 133.72 171.14 225.01 69.72 2005 493.45 604.57 104.24 204.67 280.83 64.12 472.87 131.48 196 361.67 136.66 2006 1,218.45 933.21 147.10 284.12 392.46 122.9 771.62 206.57 275.08 483.50 121.83 2 2007 2,754.56 3,270.09 238.05 477.35 436.04 251.8 87.07 260.57 392.24 994.98 511.48 2 2008 918.77 877.68 134.99 214.94 326.84 103.4 490.35 176.33 148.33 376.86-618.3 9 2009 1,753.09 2,203.48 273.93 601.47 671.31 146.8 728.53 301.42 275.76 772.87 396.01 Ratarata 700.99 735.73 113.96 205.25 255.19 79.53 351.19 121.67 175.69 Sumber : BEI, 2009 Keterangan : 1 ( sektor pertanian), 2 (sektor pertambangan), 3 (sektor industri dasar dan kimia), 4 (sektor aneka industri), 5 (sektor industri barang konsumsi), 6 (sektor properti dan real estate), 7 (sektor transportasi dan infrastruktur), 8 (sektor keuangan) dan 9 (sektor perdagangan, jasa dan investasi).

26 Pengaruh lain krisis finansial global terhadap makroekonomi adalah dari sisi tingkat suku bunga. Dengan naik turunnya nilai dolar, suku bunga akan naik karena Bank Indonesia (BI) akan menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningkat. Pengaruhnya pada investasi pasar modal, krisis global ini akan mebuat orang tidak lagi memilih pasar modal sebagai tempat menarik untuk berinvestasi karena kondisi makro yang tidak mendukung (Adiwarman, 2008). Menurut Sirait dan Siagian (2002), kinerja pasar modal dapat dilihat dari indikator-indikator pasar modalnya, salah satunya IHSG. Indikator pasar modal ini dapat berfluktuasi seiring dengan perubahan asumsi-asumsi makroekonomi yang ada. Seiring dengan indikator pasar modal, indikator makroekonomi juga berfluktuasi. Tabel 1.3 Perkembangan IHSG dan Beberapa Indikator Makroekonomi di Indoneia Tahun 2003-2009 Indikator Tahun IHSG Kurs Suku Bunga(%) Inflasi (%) PDB(%) 2003 691.90 8465 8.31 5.06 4.7 2004 1,000.23 9290 7.43 6.23 4.9 2005 1,162.635 9830 12.75 16.21 5.69 2006 1,805.523 9020 9.75 6.41 5.49 2007 2,745.826 9419 8.00 6.41 6.34 2008 1,355.408 10,950 9.25 11.19 6 2009 2,534.356 9400 6.50 4.89 4.55 Sumber : IDX statistic, BPS dan SEKI berbagai tahun di olah Penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih et al (2001) menunjukkan hasil bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh negatif terhadap saham, apabila kurs dolar Amerika turun (apresiasi rupiah) maka akan menyebabkan IHSG naik.

27 Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika mengakibatkan nilai IHSG ikut menguat ke posisi 691,90 bps di tahun 2003 dan pada tahun 2006. Nurdin (1999), mengemukakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak memiliki pengaruh terhadap resiko saham. Utami dan Rahayu (2003), mengemukakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh positif terhadap saham. Penelitian tentang hubungan antara suku bunga dengan harga saham terdapat perbedaan hasil penelitian. Granger (dalam Mok, 1993), mengemukakan bahwa ada terdapat pengaruh negatif antara suku bunga dengan harga saham. Sesuai dengan teori Keynes (Nopirin, 1997), apabila tabungan mengalami kenaikan maka harga saham akan mengalami penurunan dan begitu juga sebaliknya, hal ini tercermin pada peningkatan IHSG di tahun 2003 sebesar 266,95 bps pada tahun 2004. Situasi kembali berubah di pertengahan tahun 2005, harga minyak international naik tajam hingga di atas US$ 70 an per barel. Hal ini kembali memaksa otoritas moneter dalam ini BI utuk menaikkan suku bunga di tahun 2005-2006. Selain hal tersebut kebijakan suku bunga tinggi dalam negeri dipicu oleh kondisi perekonomian global dimana perekonomian Amerika Serikat, Eropa (Inggris), Asia (Jepang) juga menetapkan suku bunga tinggi oleh otoritas moneter negara tersebut (Gatra edisi 27 Januari 2007). Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Boedie et al (1995), mengemukakan bahwa ada pengaruh antara suku bunga dengan harga saham, dan hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Utami dan Rahayu (2003). Hal ini terlihat pada tahun 2004, suku bunga naik namun di ikuti oleh peningkatan IHSG dari posisi 1.000,233 bps di tahun

28 2004 ke posisi 1.805,52 bps di tahun 2006. Hal ini dapat terjadi karena adanya harapan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, sehingga akan mendapatkan deviden yang lebih besar. Selain itu, peningkatan harga dapat juga disebabkab adanya kemungkinan pasar mengharapkan akan terjadinya penurunan suku bunga sehingga harga indeks naik. Menurut Tandelilin (2000), kinerja bursa efek ikut mengalami penurunan jika inflasi meningkat. Apabila melihat pergerakan inflasi dari tahun 2003 sampai pada tahun 2009 bersifat fluktuatif. Peningkatan inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 9,98% dari tahun sebelumnya sebesar 6,23% ke tingkat 16,21% terlihat penurunan pada IHSG ketika inflasi meningkat pada tahun 2008 sebesar -50% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sesuai dengan pendapat Tandelilin tersebut, IHSG mengalami penurunan ke tingkat 1.355,408 bps di tahun 2009 yang sebelumnya pada tingkat 2.745,826 bps di tahun 2007. Namun hal ini tidak berlaku untuk tahun 2005 di mana inflasi meningkat namun IHSG tetap naik sebesar 162,64 bps dari posisi tahun sebelumnya sebesar 1000,23 bps ke posisi 1.162,635 bps di tahun 2005. Peningkatan IHSG di tahun 2005 lebih dipicu oleh keadaan fundamental ekonomi dalam negeri yang stabil karena keberhasilan melaksanakan pemilu 2005, sehingga investor masih percaya pada kinerja perusahaan (emiten) domestik. Penelitian hubungan antara Gross Domestic Product (PDB) terhadap harga saham yang telah dilakukan oleh Park (1997), yang melakukan penelitian tentang kaitan antar variabel makro, indeks harga konsumen, PDB, tingkat inflasi, dan suku

29 bunga menunjukkan bahwa PDB saja yang berpengaruh positif tehadap harga saham sedangkan yang lainnya tidak. Sedangkan Tandelilin (1997) mengemukakan bahwa pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap indeks harga. Berdasarkan latar belakang dan research gap dari penelitian terdahulu, maka penelitian ini menganalisis pengaruh makroekonomi yaitu nilai tukar, suku bunga, inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang di cerminkan dalam PDB terhadap kinerja IHSG di BEI pada tahun 2005 sampai pada tahun 2009. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, permasalahan yang akan diteliti adalah Apakah pengaruh makroekonomi yang diproxikan dengan nilai tukar dolar terhadap rupiah, suku bunga, laju inflasi dan PDB berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis pengaruh makroekonomi yang diproxikan dengan nilai tukar dolar terhadap rupiah, suku bunga, laju inflasi dan PDB secara simultan dan parsial terhadap IHSG di BEI. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini antara lain :

30 1. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh faktor makroekonomi terhadap IHSG. 2. Bagi pelaku bisnis dan praktisi keuangan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang menarik dan menjadi salah satu masukan dalam mempertimbangkan keputusan investasi. 3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan melengkapi temuan empiris yang sudah ada di bidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah di masa akan datang dan memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya. 1.5. Originalitas Penelitian Penelitian ini merupakan replikasi terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan Pasaribu et al (2009) yang berjudul Analisis pengaruh variabel makroekonomi terhadap indeks harga saham gabungan. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian Pasaribu et al adalah indeks harga saham gabungan sedangkan variabel independen yang digunakan adalah inflasi, SBI, nilai tukar, transaksi berjalan, indeks hangseng, minyak dunia, fed rate. Pasaribu et al menyimpulkan bahwa inflasi, SBI, nilai tukar, minyak dunia dan fed rate tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Sedangkan transaksi berjalan, indeks hang seng berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham gabungan.

31 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Pasaribu et al (2009) adalah variabel independen yang digunakan adalah nilai tukar, suku bunga, inflasi dan pertumbuhan PDB. Penambahan variabel pertumbuhan PDB pada penelitian ini dikarenakan metode penelitian yang digunakan adalah Panel Data yang menggabungkan data Time Series dan Cross Section. Peneliti tidak menggunakan variabel transaksi berjalan, indeks hangseng, minyak dunia dan fed rate karena peneliti ingin meneliti hanya pada faktor makroekonomi di dalam negeri. Perbedaan lainnya adalah periode penelitian ini di mulai pada tahun 2005 sampai pada tahun 2009, sedangkan Pasaribu et al menggunakan periode 2005 sampai tahun 2008.