BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. diluar itu seperti nongkrong,arisan,jalan-jalan dll.di tambah pola hidup

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.

BAB I PENDAHULUAN. 10 tahun hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. aktif pada tingkat yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN. membuat penampilan menarik, kebugaran jasmani mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dizaman yang orientasi manusianya lebih mengutamakan uang, bekerja lebih

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa

OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN. secara teratur, sehingga otot otot menjadi kuat, persendian tidak kaku, dan

PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN SEDANG TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK BADAN DI AEROBIC AND FITNESS CENTRE FORTUNA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penunjang kegiatan sehari-hari, baik untuk bekerja, rekreasi maupun

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 MENINGKATKAN DAYA TAHAN CARDIOVASCULAR MELALUI ZUMBA DANCE

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Di era modern sekarang ini, aktivitas yang dilakukan manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari aktifitas olahraga aerobik yang memasyarakat adalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, salah satunya kehidupan sosial ekonomi dunia. Sejak pertengahan 2007,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Potter dan Perry (2005) Pertumbuhan dan perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

2015 PERBANDINGAN PENGARUH SENAM IRAMA LINE DANCE DAN SENAM BODY COMBAT TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA DI SMAN 1 BATUJAJAR

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat telah mengambil alih peran manusia karena telah tergantikan oleh

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu gerakan olah tubuh yang memberikan efek

I. PENDAHULUAN. medali pada sejumlah kegiatan perlombaan seperti Sea Games, Asean Games,

I. PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan seperti: Sea Games, Asean Games, dan Olimpiade, PON,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia semakin berkembang.

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Pola kehidupan sehari-hari mahasiswi memiliki kegiatan yang cukup banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

PANDUAN KESEHATAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktivitas olahraga merupakan pilihan banyak orang untuk tetap menjaga

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

I. PENDAHULUAN. Senam Aerobik merupakan aktifitas fisik yang mudah dilakukan dengan

KETAHANAN (ENDURANCE)

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu kesehatan saat ini, usaha-usaha di bidang kesehatan telah mengalami perkembangan. Tidak terbatas pada usaha kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Kemajuan dunia menuntut orang terus bekerja secara keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kesibukan yang ada telah menjauhkan manusia dari kegiatan fisik atau aktivitas yang sifatnya meningkatkan kebugaran dari masing masing individu, aktivitas yang dimaksud adalah berolahraga. Olahraga telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Dengan olahraga juga terbukti pula dapat meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kebugaran jasmani. Seseorang yang memiliki kebugaran jasmani prima dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan optimal dan tidak cepat lelah, serta masih memiliki cadangan energi untuk dapat melakukan kegiatan lain. Manusia sebagai mahkluk sosial membutuhkan kondisi yang optimal untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Demi memenuhi kebutuhan individu, yang mana sifatnya jasmani maupun rohani, setiap manusia dituntut memiliki keadaan psikis dan fisik yang baik. Keadaan fisik yang baik memungkinkan setiap individu melakukan rutinitas sehari hari sesuai keperluannya tanpa mengalami sebuah kelemahan ataupun keterbatasan dalam gerakan. Dapat dikatakan bahwa olahraga itu adalah kesibukan manusia untuk menggembirakan diri sambil memelihara kebugaran jasmani. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang sangat penting dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan serta mencegah timbulnya suatu penyakit dalam tubuh manusia (Giriwijoyo & Dikdik, 2013). Masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini, seseorang mulai sadar diri dan memberikan perhatian yang besar terhadap citra tubuh (Pratiwi & Hari 2011). Selain itu remaja adalah suatu periode yang panjang sebagai proses tansisi dari masa kanak-kanak menjadi masa dewasa. Umumnya remaja dikatakan dengan mulainya pubertas, yaitu proses yang mengarah pada kematangan seksual, atau fertilisasi yang merupakan 1

2 kemampuan untuk reproduksi. Menurut Desmita yang dikutip oleh Ramadan (2013), bahwa rentang masa remaja dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu usia 12-15 tahun merupakan masa remaja awal, usia 15-18 tahun, yaitu masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir, sedangkan menurut Oktavia (2009) bahwa yang dimaksud remaja, yaitu mereka yang berusia 15-24 tahun. Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja (Pratiwi, 2009). Menurut Ekowarni (2001) pada kalangan remaja akibat dari kurangnya aktifitas fisik dan pola hidup remaja yang kurang memperhatikan kesehatan sehingga dampaknya akan mempengaruhi faktor kesehatan dan kebugaran, yang mana akan timbul masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan kebugaran. Salah satunya, yaitu mengenai daya tahan jantung dan paru. Masalah tersebut dapat berdampak terhadap menurunnya kemampuan memenuhi kebutuhan pengambilan oksigen (O₂) secara maksimal atau banyak yang terkena penyakit jantung serta masalah-masalah lain yang kelak akan berdampak pada kebugaran dan kesehatan pada tubuh (Girwijoyo & Dikdik, 2013). Kesegaran jasmani seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang sejak lahir atau bersifat menetap misalnya usia, jenis kelamin, genetik, dan ras. Faktor eksternal merupakan sesuatu yang berasal dari luar tubuh yang berdampak pada tubuh itu sendiri, misalanya bentuk latihan, pola hidup (alkohol, merokok, tidak suka olahraga dan lain sebagainya), komposisi tubuh, ketinggian, dan letak geografis. Dari faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap pengukuran tingkat kebugaran atau nilai volume oksigen maksimal atau VO₂ max (Seefeldt dkk, 2002). Untuk dapat mengatasi hal-hal yang berdampak negatif tersebut dapat dilakukan berbagai usaha. Adapun beberapa bentuk usaha yang dapat dilakukan dengan cara berolahraga seperti lari, senam aerobik, joging, berenang, bersepeda, dan lain sebagainya. Dengan berolahraga secara teratur dan benar, maka kebugaran jasmani akan tetap terpelihara dengan baik (Amani dkk, 2010). Kebugaran didefinisikan sebagai keberhasilan seseorang dalam beradaptasi dengan tekanan fisik dan mental yang ditemui dalam hidupnya. Kebugaran

3 jasmani secara umum didefiniskan sebagai program latihan yang disusun secara ilmiah dan sistematis untuk membantu seseorang dalam beradaptasi dengan beban fisik yang dihadapinya dalam suatu latihan yang terkontrol. Kebugaran jasmani ini akan mempengaruhi kapasitas atau volume paru dan VO₂ max (Nurjaya, 2009). VO₂ max didefinisikan sebagai pengambilan volume oksigen maksimal yang dapat dimanfaatkan dalam satu menit, selama melakukan aktivitas atau latihan maksimal yang dihitung dengan satuan ml/ kg/ Bb (Quinn, 2014). Kemampuan pengambilan oksigen maksimal pada setiap orang berbeda-beda, antara orang yang terlatih dan yang tidak terlatih, antara pria dan wanita, antara yang usianya muda dan tua. Orang yang muda kemampuan mengkonsumsi oksigen maksimal lebih tinggi daripada orang yang usianya lebih tua, sama halnya dengan pria kemampuan mengkonsumsi oksigen maksimal lebih tinggi daripada wanita, begitu juga pada orang yang terlatih kemampuan mengkonsumsi oksigen maksimal lebih tinggi daripada orang yang tidak terlatih, hal ini disebabkan karena kapasitas kerja aerobik dan perbedaan massa otot (Stagner, 2009). Menurut Nicky (2014), pola hidup remaja sudah mulai seperti halnya orang dewasa. Tidak lagi hanya melakukan kesibukan padat di luar aktivitas belajar mengajar dan hobi, namun saat ini demi pergaulan, para remaja lebih sering keluar malam dalam aktivitas pergaulannya. Pada masa pertumbuhan, remaja seharusnya punya aktivitas positif agar bisa tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang cerdas dan sehat. Akibat dari pergaulan bebas ini sehingga para remaja tidak memperhatikan faktor kesehatan. Beberapa faktor seperti, ekonomi, sosial, budaya, serta kebiasaan buruk seperti tidak suka berolahraga, berolahraga tanpa melakukan pemanasan maupun pendinginan, merokok, alkohol, dan sebagainya yang dijalani pada masa remaja membawa dampak buruk di masa yang akan datang. Meskipun hal ini sudah diketahui oleh mereka, namun hanya beberapa orang saja yang dapat berpikir mengenai gaya hidup sehat. Akibat tidak memperdulikan gaya hidup sehat, sehingga dapat berpengaruh pada kesegaran jasmani yang dapat mengakibatkan nilai VO₂ max menjadi rendah, sehingga meningkatkan resiko terkena berbagai penyakit serta akan terjadi penurunan kemampuan fisik. Pada penelitian yang

4 sedang berlangsung di Copenhagen city heart tudy lebih dari1.000 orang yang melakukan aktivitas joging dan ada 400 orang sehat, tetapi tidak melakukan aktivitas joging sama sekali. Antara tahun 2001 dan 2014, 156 dari peserta penelitian tersebut telah meninggal, dari hasil penelitian telah ditemukan bahwa tingkat kematian dari mereka yang sering melakukan aktiviitas joging 90% lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak melakukan aktivitas sama sekali, sedangkan mereka yang melakukan aktivitas olahraga sedang adalah sekitar 60 % lebih rendah. Begitu juga sebaliknya aktivitas joging yang berat juga dapat membahayakan kondisi fisik (Curfman, 2015). Seperti yang tecantum dalam Permenkes, nomor 65 tahun 2015 fisioterapi adalah suatu bentuk pelayanan dalam mengembalikan gerak dan fungsi tubuh yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan, (fisik, elektroterapi, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Oleh karena itu fisioterapi mempunyai peranan penting untuk mengatasi gerak dan fungsi akibat penurunan kemampuan pengambilan maksimal oksigen. Salah satu bentuk pelayanan yang dilakukan oleh fisioterapi, yaitu dengan memberikan olahraga atau latihan aerobik yang bersifat teratur dan terarah untuk menigkatkan kemampuan pengambilan oksigen dari latihan yang diberikan. Olahraga atau latihan yang dapat meningkatkan VO₂ max, yaitu olahraga yang bersifat aerobik seperti senam aerobik, menari, tinju, mendaki gunung, ski air, lari, joging serta renang. Bentuk latihan aerobik tersebut merupakan bentuk latihan yang dapat meningkatkan kerja sistem kardiorespirasi, sehingga meningkatnya penyediaan asupan O₂ (meningkatnya sroke volume) dan meningkatnya jumlah frekuensi jantung untuk memopa darah atau mendsitribusikan asupan O₂ ke seluruh tubuh. Meningkatnya sistem respirasi misalnya, meningkatnya frekuensi dan kedalaman pernapasan (meningkatnya volume tidal), meningkatnya pengambilan VO₂ max (Weil, 2015). Orang yang sehat atau bugar memiliki daya tahan kardiovaskular yang tinggi dan dapat melakukan aktivitas lebih lama daripada yang kondisi daya tahan kardiovaskularnya rendah. VO₂ max dapat dijadikan tolak ukur dari hasil sebuah

5 latihan untuk dianalisis dan menentukan kemampuan dari daya tahan kardiorespirasi. Dengan meningkatnya aktivitas kerja dalam keseharian serta pemaparan masalah tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui Efektifitas latihan joging dan renang terhadap peningkatan VO₂ max pada pria remaja. Joging adalah salah satu bentuk latihan atau tipe latihan aerobik dengan kegiatan atau aktivitas yang tampaknya sempurna mewujudkan konsep aktivitas fisik yang sehat. Pada saat melakukan aktivitas atau kegiatan orang-orang biasanya berjalan selama1 jam atau lebih dalam sehari. Joging bisa dilakukan oleh seseorang atau lebih, kapanpun dan dimanapun individu tersebut berada. Joging dapat dikombinasikan dengan latihan yang lambat atau sedang 2-3 kali dalam seminggu dengan total waktu 60-145 menit (Curfman, 2015). Latihan joging sama dengan berlari, hanya saja perbedaannya terletak pada kecepatan dan cara melakukan latihan tersebut. Dengan demikian joging adalah lari dengan kecepatan minimal. Joging adalah peningkatan dari fase berjalan, yang mana selama berjalan ada kontak dari kedua kaki pada tanah (double support phase). Saat kecepatan berjalan meningkat, double support phase akan hilang dan kemudian akan digantikan dengan double float phase (Guo dkk, 2006). Proses dari joging dikenal ada dua fase, yaitu fase menapak (stance phase) dan fase mengayun (swing phase), dengan presentase 60% fase menapak dan 40% fase mengayun (Vaughan, 2007). Joging selama 1km hampir mencapai 500-600 langkah kaki. Latihan joging termasuk olahraga kardiovaskular yang murah meriah dan sejuta manfaat yang ada dalam latihan ini. Di Amerika Serikat lebih dari 30 juta orang, memilih joging sebagai salah satu aktivitas rekreasi atau sebagai satu tujuan kompetisi (Guo dkk, 2006). Dengan aktivitas rutin selama 20 menit sehari, tubuh kita akan terlihat lebih sehat. Joging yang benar adalah melakukan gerakan berlari atau berjalan santai diiringi dengan mengatur sistem pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan proses pembakaran energi yang maksimal. Joging akan menyebabkan jantung memompa darah untuk dialirkan ke seluruh tubuh, sehingga membutuhkan oksigen yang cukup. Joging dapat dilakukan ditempat terbuka seperti lapangan agar tidak bosan, joging memiliki durasi yang sama dengan frekuensi. Untuk melakukan latihan joging perlu diketahui bahwa harus

6 melakukan pemanasan terlebih dahulu agar tubuh dapat siap untuk melakukan aktivitas fisik, begitupun setelah latihan inti harus melakukan pendinginan (Robson, 2013). Renang merupakan salah satu kegiatan olahraga dengan tipe latihan aerobik yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi sistem kardiorespirasi (Kisner, 2007). Selain itu renang merupakan olahraga paling populer ke empat di Amerika Serikat dan salah satu jenis olahraga yang baik untuk mendapatkan aktivitas fisik aerobik secara teratur. Hanya membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam per minggu dari aktivitas fisik aerobik, seperti berenang, bersepeda, atau berjalan dapat mengurangi resiko penyakit kronis. Renang juga dapat menyebabkan peningkatan kesehatan bagi penderita diabetes dan penyakit jantung. Menurut Harris (2015) menjelaskan bahwa dengan latihan renang dapat mengurangi resiko terkena penyakit jantung, penyakit kronis, stroke, meningkatkan kebugaran, bahkan mengurangi 50% resiko kematian dibandingkan dengan orang-orang yang melakukan aktivitas lari, jalan kaki, dan mereka yang tidak melakukan aktivitas sama sekali. B. Identifikasi Masalah Pengertian VO₂ max adalah kapasitas maksimal aerobik, yaitu indikator potensi aerobik untuk melakukan suatu kinerja tanpa menggunakan penyediaan energi secara anaerobik. Pengukuran VO₂ max adalah volume maksimal konsumsi oksigen per menit per kilogram berat badan. Konsumsi oksigen maksimum (VO₂ max) adalah salah satu dari indikator untuk mengukur performa individu. VO₂ max adalah pengukuran dari kemampuan tubuh saat mengambil dan menggunakan oksigen secara maksimal. VO₂ max didefinisikan sebagai pengambilan volume oksigen maksimal yang dapat dimanfaatkan dalam satu menit, selama melakukan aktivitas atau latihan yang maksimal (Quinn, 2014). VO₂ max merupakan kemampuan atau tingkat tertinggi dari pengambilan oksigen secara maksimal saat melakukan suatu aktivitas. Latihan sebagai salah satu faktor penting dalam usaha pencegah penyakit terutama kardiorespirasi dan peningkatan kualitas kesehatan yang merupakan modalitas utama fisioterapi, seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah bahwa, kebugaran jasmani seorang

7 individu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang akan berpengaruh pada VO₂ max. Permasalahan dari kedua faktor tersebut dapat mengakibatkan tingkat kebugaran, kapasitas aerobik, dan mempengaruhi penurunan VO₂ max pada populasi penelitian. Hal ini menjadi alasan peneliti untuk mencoba meneliti, karena aktivitas remaja yang meningkat dan pola hidup yang sedentary maupun aktivitas fisik yang tidak teratur (saat melakukan latihan) dapat mengakibatkan menurunnya efisiensi ventilasi, menurunnya VO₂ max, tidal volume, IRV, ERV, naiknya volume paru, terganggunya transportasi O₂ dan CO₂, menurunnya kapasitas difusi dalam paru. Semua ini dapat mengakibatkan penurunan tingkat kebugaran dari sesorang, dan mempengaruhi penurunan VO₂ max pada populasi penelitian. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas latihan joging dan renang terhadap peningkatan VO₂ max pada pria remaja, dan tujuan dari penelitian ini dapat tercapai dengan maksimal dan hasilnya dapat bermanfaat bagi populasi penelitian. Pada latihan joging dan renang terhadap peningkatan VO₂ max, karena dipengaruhi oleh respon fisiologis jantung dan paru. Peningkatan konsumsi oksigen maksimal terjadi selama melakukan latihan dan menimbulkan adaptasi kronik sehingga VO₂ max meningkat. Peningkatan tersebut mempengaruhi fungsi dari jantung dan paru. Meningkatnya kontraksi jantung pada saat melakukan latihan joging dan renang terjadi, karena pada olahraga seperti joging dan renang melibatkan anggota gerak atas maupun bawah yang memiliki banyak grup otot-otot besar sehingga menyebabkan peningkatan fisiologi sistem kerja dari jantung dan paru, yang meliputi peningkatan tekanan darah, volume darah, aliran darah oleh karena meningkatnya stimulasi saraf simpatis. Sehubungan dengan latar belakang tersebut di atas dengan memperhatikan beberapa permasalahan yang biasa timbul maka salah satu usaha untuk mengatasinya adalah memelihara dan meningkatkan kebugaran dengan berlatih secara teratur dan terukur sesuai dengan dosis latihan. Dosis latihan joging dan renang yang dimaksud, yaitu berdasarkan prinsip FITT antara lain : frekuensi, intensitas, time, dan tipe (Gormley & Juliette, 2005).

8 C. Perumusan Masalah 1. Apakah latihan joging dapat meningkatkan VO₂ max pada pria remaja? 2. Apakah latihan renang dapat meningkatkan VO₂ max pada pria remaja? 3. Apakah ada perbedaan antara latihan joging dengan latihan renang terhadap peningkatan VO₂ max pada pria remaja? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan latihan joging dan renang terhadap peningkatan VO₂ max pada pria remaja. 2. Tujuan khusus 1) Untuk mengetahui latihan joging dapat meningkatkan VO₂ max pada pria remaja. 2) Untuk mengetahui latihan renang dapat meningkatkan VO₂ max pada pria remaja. 3) Untuk mengetahui perbedaan latihan joging dan renang terhadap peningkatan VO₂ max pada pria remaja. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari, mengidentifikasi dan mengembangkan teori-teori yang diperoleh dari kampus. b. Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat mengetahui sejauh mana manfaat program latihan yang diberikan kepada pria remaja. 2. Bagi Institusi Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan serta menambah wawasan atau pengetahuan mengenai pemberian latihan joging dan renang terhadap penigkatan VO₂ max. 3. Bagi Pendidikan a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukkan bagi fisioterapis dan menentukan suatu program latihan yang berkaitan dengan tingkat kebugaran atau VO₂ max.

9 b. Dapat dijadikan bahan perbandingan hasil pengukuran yang obyektif bagi tingkat kebugaran atau VO₂ max khususnya pada pria. 4. Bagi Peneliti Mendapat gambaran tentang peran latihan joging dan renang terhadap kesehatan dan pengaruhnya terhadap penigkatan VO₂ max. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya latihan agar banyak penyakit dapat dicegah.