BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. remaja sering mengalami kegoncangan dan emosinya menjadi tidak stabil

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. selektif dalam melakukan proses pembelian atas suatu produk. Pada sisi yang lain

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan rencana. Pembelanja sekarang lebih impulsif dengan 21% mengatakan, mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan keluarga. Peran ibu rumah tangga dalam mengurus kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dan keperluannya masing-masing. Tidak terkecuali juga para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

TESIS PENGARUH GAYA HIDUP HEDONIS, KECANDUAN BERBELANJA, KETERLIBATAN FASHION TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PRODUK FASHION GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi dan internet di Indonesia dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. harapkan. Bangsa Indonesia mengharapkan kehidupan yang lebih baik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN PADA MINIMARKET GALAXY DI BOYOLALI

Lampiran 1 : Kuesioner Field Study

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sudah terjadi di seluruh bangsa tak terkecuali indonesia. Faktor pendukung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. informasi, ekonomi-industri, sosial budaya dan bidang lainnya. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam

Psikologi Kelas E 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menciptakan keunikan dari sebuah produk, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. modern. Masyarakat dengan teknologi maju, tingkat pertumbuhan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Saat ini, fenomena pemasaran telah mengalami banyak perubahan mulai

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di negara indonesia dirugikan mencapai hingga triliunan karena banyaknya

LAMPIRAN 1 Alat ukur Locus of Control. Saya sangat percaya bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini begitu banyak perubahan-perubahan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

Pernyataan Angket 1. Pembelian yang bersifat berlebihan (berfoya-foya) Favourable Unfavourable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan membeli konsumen dipengaruhi oleh keterlibatan konsumen dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi fakta bahwa makanan cepat saji sudah membudaya di masyarakat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan, baik itu belanja barang maupun jasa. Recreational Shopper

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekaligus merugikan bagi semua orang. Akibat globalisasi tersebut diantaranya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat perilaku konsumtif juga banyak melanda kehidupan remaja kota-kota besar yang sebenarnnya. Konsumtif merupakan perilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli barang barang yang kurang diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi. (kompas, 2014). Pada kenyataannya banyak kegiatan belanja sehari hari yang tidak didasari oleh pertimbangan yang matang. Kegiatan belanja sebagai salah satu bentuk konsumsi, saat ini telah mengalami pergesaran fungsi. Dulu berbelanja hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi saat ini belanja juga sudah menjadi gaya hidup, sehingga belanja tidak hanya untuk membeli kebutuhan pokok yang diperlukan, namun belanja dapat pula menunjukkan status sosial seseorang, karena belanja berarti memiliki materi Gaya belanja yang lebih spontan juga dapat diantisipasi untuk sewaktu waktu muncul, misalnya saat hasrat untuk membeli terasa begitu kuat sehingga menjadi pemicu timbulnya perilaku konsumtif. Tingkah laku belanja yang spesifik ini merupakan fenomena perilaku konsumen yang keberadaannya tidak pernah surut, melibatkan pembelian berbagai produk dan muncul dalam berbagai situasi serta kebudayaan (Herabadi, 2003). 1

2 Pelaku utama gaya hidup konsumtif adalah kelompok usia remaja. Hal tersebut terkait dengan karakteristik remaja yang mudah terbujuk dengan hal-hal yang menyenangkan, ikut ikutan teman, dan cenderung boros dalam menggunakan uang. Sifat- sifat remaja ini yang dimanfaatkan oleh para produsen untuk memasarkan barang hasil produksinya sehingga mereka dapat dengan mudah menjual dan mendapatkan hasil dari barang produksinya. Hal tersebut diperkuat oleh survey pada bulan Agustus tahun 2005 yang menyebutkan bahwa 93% konsumen yaitu remaja menganggap belanja ke mal merupakan hiburan atau rekreasi (Tambunan, 2001). Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup mahasiswa. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika. Dampak secara psikologis, individu akan merasa rendah diri apabila ia tidak bisa membeli apa yang diinginkannya. Sedangkan secara sosial, ia akan terus mengikuti atribut yang banyak digemari tanpa mau manjadi diri sendiri. Karena ingin selalu membeli apa yang diinginkannya tanpa peduli dengan banyaknya uang yang harus dikeluarkan, mereka akan terus meminta kepada orang tua bagaimanapun caranya tanpa peduli etika lagi. Dengan begitu, mereka

3 akan memandang orang tua mereka sebagai mesin uang yang akan memberi mereka uang setiap mereka minta. Gejala ini menunjukkan adanya kebutuhan pada remaja untuk memiliki kemampuan untuk mengontrol perilaku dirinya terhadap kelompok dimana remaja berada, dengan menggunakan ragam strategi dan teknik, salah satunya adalah dengan teknik self-monitoring. Setiap individu berbeda dalam memilih jenis informasi yang digunakan untuk konsep dirinya. Tiap tiap individu memiliki kesadaran berbeda beda tentang cara menampilkan perilaku pada orang lain yang disebut sebagai Self Monitoring (Penrod, 1986). Self Monitoring adalah kemampuan individu untuk menangkap petunjuk yang ada di sekitarnya, baik personal maupun situasional yang spesifik untuk mengubah penampilannya, dengan tujuan menciptakan kesan positif yang meliputi kemampuan individu untuk memantau perilakunya dan juga sensitivitas individu untuk melakukan pemantauan terhadap dirinya (Hiskawati, 2004). Self Monitoring melibatkan pertimbangan ketepatan dan kelayakan sosial, perhatian terhadap informasi perbandingan sosial (social comparison), kemampuan untuk mengendalikan dan memodifikasi penampilan diri dan fleksibilitas penggunaan kemampuan ini dalam situasi situasi tertentu (Direzkia, 1999). Tingkat observasi maupun kontrol individu pada perilaku ekspresif dan presentasi diri bertujuan menyesuaikan dengan cue sosial (O Cass 2000), dengan demikian Self Monitoring merupakan keterampilan individu untuk

4 mempresentasikan diri, menyadari tentang bagaimana menampilkan dirinya pada orang lain (Penrod, 1986). Hal lain yang menunjukkan pola hidup konsumtif adalah pada saat ini, semua kemajuan berpusat pada dunia barat, mulai dari teknologi, mode pakaian, permainan (Timezone), sampai tempat makan (Pizza Hut, KFC,AW, Mc Donald, Es Teler 77, dll). Sehingga tercipta sebuah trend dan gaya hidup perkotaan. Iklaniklan makanan dan minuman, pakaian, teknologi sampai pada pilihan gaya hidup yang ber-merk asing setiap hari ditayangkan di media, menggambarkan pola-pola gaya hidup dunia barat yang merasuki remaja-remaja Indonesia khususnya di kota-kota besar. Gaya hidup konsumtif tersebut dapat terus mengakar dalam gaya hidup remaja, dimana dalam perkembangannya mereka dapat menjadi dewasa dengan gaya hidup konsumtif baik secara sadar atau pun tidak. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Pada akhirnya perilaku seperti ini tidak hanya memiliki dampak ekonomi, tetapi juga dampak psikologis maupun sosial (Arsy, 2006). Mahasiswa, yang merupakan peralihan individu dari fase remaja, tentunya tidak terlepas dari karakteristik individu yang mudah terbujuk oleh halhal yang menyenangkan dan suka ikut-ikuta teman, menjadi pelaku utama dari gaya hidup konsumtif. Tidak jarang dari mahasiswa yang mengatakan bahwa pola hidup konsumtif sudah melekat dalam kehidupan sehari-harinya. Mahasiswa melakukan hal tersebut demi menjaga penampilan mereka sehingga dapat menjadi percaya diri (Taufik, 2006).

5 Mahasiwa dipandang oleh masyarakat sebagai individu yang terpelajar, mengalami pematangan dalam berfikir, berpenampilan menarik, rapi dan sopan santun. Pandangan inilah yang akhirnya membuat mahasiswa untuk mengondisikan diri selalu tampil menarik, elegan dan rapi (Purnomo, 2011). Hal ini sering diartikan oleh mahasiswa bahwa untuk tampil menarik harus memakai pakaian yang baru dan ber- merk, membeli produk untuk menjaga gengsi, membeli barang-barang mahal agar telihat tampil menarik, membeli produk agar dipandang hebat, dan membeli barang mahal agar terlihat lebih hebat. Hal inilah yang akhirnya membuat mahasiswa memiliki gaya hidup konsumtif untuk memenuhi tuntutan gaya hidupnya. Mahasiswa akan lebih percaya diri terhadap penampilannya ketika mahasiswa sudah dapat tampil layak sesuai dengan standar penampilan yang telah dibuatnya (Rujtee, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Enrico, dkk (Amalia, 2016) pada 270 responden di Jakarta terdapat 4 faktor dominan yang berpengaruh terhadap perilaku konsumtif mereka, yaitu penggunaan produk dan daya beli, status sosial, kepuasan, dan prestis. Menurut Kim dan Kang (Amalia, 2016) penelitian juga menunjukkan bahwa keputusan pembelian, tindakan perilaku fisik pembelian, langsung terkait dengan pengaruh pribadi (misalnya, nilai- nilai, sikap, latar belakang, keyakinan, dll), kelompok rujukan, atau media. Berdasarkan hasil survey terhadap 50 mahasiswa fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang dilakukan pada tanggal 25 Maret 2016 pukul 12.00 WIB dapat disimpulkan bahwa 35 dari 50 mahasiswa yang mengisi kuisionair mengaku uang bulanan yang mereka terima dari orang tua

6 dinilai kurang untuk memenuhi kebutuhan setiap bulanya, 27 diantaranya selalu meminta uang tambahan di pertengahan bulan kepada orang tua mereka sedangkan 8 diantaranya mengaku mengambil uang di tabungan untuk memenuhi kebutuhanya 8 diantara mereka mengaku bahwa uang yang diberikan orang tua sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan perbulanya sedangkan sisanya, 7 orang mengaku bahwa uang yang diberikan orang tua setiap bulanya masih bisa sisa untuk ditabung. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 16.38 WIB dengan salah satu responden Mahasiswi berinisial AR, mengatakan bahwa setiap melihat ada barang yang menarik selalu ingin di beli. Bahkan AR mengatakan pernah membeli barang yang sama namun dengan warna yang berbeda, ketertarikannya pada barang tersebut dikarenakan model yang bagus sehingga ia ingin memiliki dua atau tiga barang yang sama namun dengan warna yang berbeda. Salah satu alasan AR membeli barang adalah tuntutan lingkungan dan pergaulan dengan teman-teman dekat AR yang selalu berpenampilan fashionable hal ini menuntut AR untuk tampil berbeda setiap harinya untuk bisa diterima dikomunitasnya hal ini menunjukan bahwa AR berusaha untuk menunjukan apa yang terbaik melalui petunjuk-petunjuk yang ada disekitarnya. Hal inilah yang disebut sebagai self monitoring yang tinggi sehingga AR menjadi konsumtif. Hal ini sependapat dengan apa yang dikatakan FR, berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 28 Maret 2015 17.18 WIB diperoleh keterangan bahwa FR selalu membeli barang-barang di luar kebutuhan perkuliahan dan bila tidak membeli barang tersebut akan muncul rasa penyesalan sehingga FR memutuskan

7 untuk membeli barang tersebut. Pembelian barang terkadang dilakukan FR berdasarkan media cetak yaitu melalui katalog, hal ini dilakukan karena banyaknya pilihan serta bermacam-macam model dari barang tersebut. Hal ini menunjukan sikap impulsive buying karena penangaruh lingkungan. hal ini berarti FR menangkap informasi-informasi di sekitarnya untuk dijadikan bahan evaluasi diri yang menandakan bahwa FR memiliki self monitoring yang tinggi yang memicu perilaku konsumtif pada dirinya. Sikap membeli suatu barang sering tidak didasari pada kebutuhan yang sebenarnya dikarenakan perilaku yang dilakukan semata-mata demi kesenangan, sehingga menyebabkan seseorang cenderung lebih konsumtif dalam membeli barang. Penelitian sebelumnya oleh Anin A.F dkk (2011). Self monitoring mempunyai pengaruh terhadap impulsive buying terutama terhadap produk fashion pada remaja. Sumbangan efektif self monitoring terhadap impulsive buying terhadap produk fashion pada remaja sebesar 16,2 %. Angka tersebut menunjukkan proporsi pengaruh self monitoring yang cukup besar terhadap impulsive buying pada produk fashion mengingat banyaknya faktor faktor lain yang mempengaruhi impulsive buying. Dibuktikan dalam penelitian Astuti pada tahun 2005 yang membuktikan bahwa program pemberian hadiah dan potongan harga mempengaruhi besarnya impul sive buying yang dilakukan seseorang. Dari penelitian ini diketahui bahwa self monitoring mengiringi impulsive buying yang dilakukan remaja pada produk fashion. Selain faktor tersebut, masih terdapat 83,8% pengaruh dari variabel lain seperti kelas sosial, lingkungan pergaulan

8 remaja, jumlah uang saku, dan faktor faktor lain yang mempenga ruhi impulsive buying remaja terhadap produk fashion. Mahasiswi mempresentasikan diri melalui penampilan oleh karena itu produk fashion adalah hal penting untuk mereka. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya (Anin dkk, 2008) bahwa remaja mengkonsumsi produk fashion berdasarkan perasaan dan emosi ingin diterima kelompok melalui penampilan. Produk fashion merupakan mode pakaian, termasuk semua aksesori seperti ikat pinggang, sepatu, topi, tas, kaus kaki dan pakaian dalam. Arloji dan handphone juga dapat menjadi produk yang memiliki modenya sendiri sehingga sebagian masyarakat menganggap keduanya sebagai produk fashion Hasil Penelitian sebelumnya mengenai makna dari perilaku konsumtif, termanifestasi dalam bentuk kegemaranya berbelanja, berbelanja bukan hanya sekedar membeli barang, memakai atau menghabiskan barang tersebut. Namun lebih dari itu semua belanja adalah cara untuk dapat dihargai dan diakui keberadaanya di lingkungan sosial. Selain itu Belanja sudah menjadi identitas ( Umami & Nurcahyati, 2013 ) Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalahnya adalah Apakah ada hubungan antara Self Monitoring dengan kecenderungan perilaku konsumtif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta? dari rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dengan mengadakan penelitian dengan judul : Hubungan Antara Self Monitoring Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

9 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui hubungan antara Self Monitoring dengan Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta 2. Mengetahui tingkat Self Monitoring pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta 3. Mengetahui tingkat Kecenderungan Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta 4. Mengetahui Sumbangan efektif Self Monitoring terhadap Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari sisi : 1. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi tempat penelitian untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia 2. Bagi Mahasiswa Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hubungan antara Self Monitoring dengan kecenderungan perilaku konsumtif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil dari penelitian ini sebagai referensi untuk bahan masukan, pertimbangan, informasi tambahan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis, sehingga dapat menjadi acuan dalam penyempurnaan penelitian sejenis.