NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA PENDERITA BRONKIEKTASIS DI RS PKU MUHAMADIYAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA PENDERITA BRONKIEKTASIS DI RS PKU MUHAMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit paru-paru obstriktif kronis ( Chronic Obstrictive Pulmonary

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB I PENDAHULUAN. Laennec di tahun 1819, kemudian diperinci oleh Sir William Osler pada

BAB I PENDAHULUAN. maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di Amerika

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS DI RS PARU ARIO WIRAWAN SALATIGA

BAB 1 PENDAHULUAN. memulihkan fungsi fisik secara optimal(journal The American Physical

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sudah mulai menjadi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PPOK DI BBKPM SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BRONKIEKTASIS DI RSUD. DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA ASMA EKSASERBASI AKUT DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU-PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

LATIHAN BATUK EFEKTIF DAN NAFAS DALAM PADA KLIEN DENGAN PNEMONIA. Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari penyebab kasus mortalitas dan morbiditas di negara-negara dengan. pendapatan tinggi dan pendapatan rendah.

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan mengakibatkan kematian jiwa pertahun, peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

BAB I PENDAHULUAN. peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban penyakit dan peringkat

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK DI RSKP RESPIRA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPAT GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI. Disusun Oleh :

PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA KONDISI BRONKITIS AKUT DI RS PARU DR. ARIO WIRAWAN SALATIGA

Fisioterapi Pada Penyakit Paru Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

PENGARUH PURSED LIPS BREATHING

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BRONKIEKTASIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SINDROM OBSTRUKSI. PASKA TUBERKULOSIS DI RS PARU Dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup tidak sehat.

PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA KONDISI BRONKITIS AKUT DI RS PARU DR. ARIO WIRAWAN SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS ASMA BRONCHIAL DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA ASMA BRONKIALE DI RUMAH SAKIT KHUSUS PARU RESPIRA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA BRONCHITIS ACUTE DI RS. PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI BBKPM SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS DI RS PARU ARIO WIRAWAN SALATIGA

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) EKSASERBASI AKUT DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman. Mycobacterium tuberculosis, kuman dengan ukuran 1-5 mikrometer

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevalensipenyakit paru obstruktif kronikdisingkat dengan PPOKterus

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

PENATALAKSANAANFISIOTERAPI PADA EFUSI PLEURA DI RS PARU Dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA PENDERITA BRONKIEKTASIS DI RS PKU MUHAMADIYAH SURAKARTA Disusun Oleh : Saputra Aji Hasmana J 100 090 064 Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA 2012

HALAMAN PENGESAHAN Dipertahankan di depan Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Surakarta dan diterima untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan program studi Fisioterapi Diploma III Fisioterapi Hari : Sabtu Tanggal : 21 Juli 2012 Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Nama terang Tanda Tangan Penguji I : Wahyuni, SSt. FT, M. Kes ( ) Penguji II : Dwi Kurniawati, SSt. FT ( ) Penguji III : Isnaini Herawati, SSt. FT, M.Sc ( )

PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPHY PADA PENDERITA BRONKIEKTASIS DI RS PKU MUHAMADIYAH SURAKARTA (Saputra Aji Hasmana, 2012, 57 halaman) ABSTRAK Latar belakang: Di negara barat insiden bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi, sedangkan di Indonesia berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. Soetomo tahun 1990 menempatkan urutan ke-7 terbanyak. Dengan kata lain didapatkan 221 penderita dari 11.018 (1.01%) pasien rawat inap. Tujuan: mengetahui manfaat pemberian chest physiotherapy pada penderita bronkiektasis untuk mengurangi atau menghilangkan sesak nafas, meningkatkan pengembangan sangkar thorax, dan membantu pengeluaran sputum. Hasil: Frekuensi sesak nafas yang menurun di ukur dengan skala borg yaitu sebelum dilakukan tindakan fisioterapi (T0): posisi duduk 5 (berat), tidur terlentang 4 (agak berat) tidur setengah duduk 3 (sedang) menjadi akhir fisioterapi (T6): posisi duduk 2 (ringan), tidur terlentang 2 (ringan), setengah duduk 1 (cukup ringan). Peningkatan mobilitas sangkar thorak kearah yang lebih baik untuk melakukan proses inspirasi dan ekspirasi yang maksimum dan normal yaitu sebelum dilakukan tindakan fisioterapi (T0): axilla 0,5 cm, intercostalis ke IV 0,5 cm dan lower costa/xiphoideus 0 cm dan akhir fisioterapi (T6): axilla 1 cm, intercostalis ke IV 1 cm dan lower costa/xiphoideus 0,5 cm. Adanya penurunan timbunan sputum pada lobus bawah kanan paru yaitu sebelum dilakukan tindakan fisioterapi (T0): terdapat timbunan sputum banyak menjadi akhir fisioterapi (T6): timbunan sedikit. Kesimpulan: Dapat disimpulkan terdapat keberhasilan dalam membantu penurunan derajat sesak nafas, peningkatan mobilitas sangkar thorak, penurunan timbunan sputum pada lobus bawah kanan, dan penurunan spasme otot bantu pernafasan yaitu otot sternocledomastoideus dan otot pectoralis. Kata kunci : Bronkiektasis, breathing exercise, latihan mobilisasi thorak, postural drainage, latihan batuk efektif, dan massage.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevelensi penyakit paru-paru sangat besar diperkirakan bahwa lebih dari 80.000 orang Amerika Serikat meninggal setiap tahun karena penyakit paru yang menahun, lebih dari 5 juta orang menderita gangguan fungsi paru-paru, dan lebih dari 20 juta mempunyai gejala-gejala paru-paru. Dalam tahun 1967, biaya morbiditas dan mortalitas karena penyakit paru diperkirakan 1,8 milyar dolar dan pada tahun 1990 angka ini meroket menjadi lebih dari 40 milyar dolar (Mark, 1995). Angka kejadian yang sebenarnya dari bronkiektasis tidak diketahui pasti. Di negara-negara Barat, insiden bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Insidens bronkiektasis cenderung menurun dengan adanya kemajuan pengobatan antibiotika. (Rahmatullah, 2001). Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat penting pada negara-negara berkembang. Di negara-negara maju seperti AS, bronkiektasis mengalami penurunan seiring dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan golongan sosioekonomi yang rendah. Data terakhir yang diperoleh dari RSUD Dr. Soetomo tahun 1990 menempatkan bronkiektasis pada urutan ke-7 terbanyak. Dengan kata lain didapatkan 221 penderita dari 11.018 (1.01%) pasien rawat inap (Alsagaff, 2006).

B. Tujuan Laporan Kasus Dalam penulisan karya tulis ilmiah, penulis mempunyai tujuan yaitu: 1. Untuk mengetahui modalitas fisioterapi berupa breathing exercise, latihan mobilisasi thorak, postural drainage, massage dan latihan batuk efektif, dapat mengurangi sesak nafas pada kasus bronkiektasis. 2. Untuk mengetahui modalitas fisioterapi berupa breathing exercise, latihan mobilisasi thorak, postural drainage, massage, dan latihan batuk efektif, dapat meningkatkan pengembangan sangkar thorak 3. Untuk mengetahui modalitas fisioterapi breathing exercise, latihan mobilisasi thorak, postural drainage, massage dan latihan batuk efektif, dapat membantu pengeluaran sputum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kasus 1. Bronkiektasis Merupakan dilatasi abnormal bronkus atau bronkiolus. Bronkiektasis terjadi pada obstruksi paru kronis di saluran nafas bagian bawah yang dapat terjadi karena tumor, infeksi kronis, akumulasi mukus. Bronkus yang terisi mukus akan terjadi atelektasis dan terjadi suatu pembentukan hubungan abnormal antar bronkus, sehingga berakibat ventilasi alveolus akan terganggu (Corwin, 2008). Sedangkan menurut Michael (2003), Bronkiektasis merupakan dialatasi abnormal Sehingga dinding bronkus dinding bronkus dan berlangsung kronis. akan terganggu dan berakibat terjadinya peradangan maupun terinfeksi oleh bakteri. 2. Etiologi Penyebab bronkiektasis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat. Menurut Rahmatullah (2001), penyebab bronkiektasis dapat diklasifikasikan antara lain karena kelainan kongenital, dan bronkiektasis didapat yaitu oleh kaarena infeksi dan obstruksi bronkus itu sendiri.

3. Patofisiologi Berdasarkan definisi, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan dimana terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah akibat dari suatu proses infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi, nitrit okside dan netrophilic protease yang dilepaskan oleh system imun tubuh sebagai respon terhadap antigen (Hassan, 2012). 4. Gambaran Klinis Gambaran dan tanda klinis yang timbul pada penderita bronkiektasis adalah biasanya pasien datang dengan gejala batuk berulang dan produksi sputum yang mukopurulen selain itu kejadian Hemoptisis pada 50-70%. Pada suatu kasus yang lebih berat, akan terjadi perdarahan yang lebih besar sebagai akibat dari perdarahan dari hipertrofi arteri bronkial. Selain itu gambaran klinis yang khas pada pasien bronkiektasia yang khas adalah timbul sesak nafas, gangguan mobilitas thorak, dan penumpukan sputum (Loscalzo, 2010). B. Teknologi Intervensi Fisioterapi Berikut ini adalah teknik yang digunakan untuk mengatasi masalah pada kondisi Bronkiektasis: 1. Breathing excercize Tujuan dilakukan Breathing excercize adalah untuk mendapatkan pengaturan napas yang lebih baik dari pernapasan sebelumnya yang cepat dan

dangkal menjadi pernapasan yang lebih lambat dan dalam (Sugiono, 2010). Teknik latihan napas yang digunakan adalah pursed lip breathing, dan pernapasan diafragma. a. Pursed lip breathing Dengan pursed lips breathing akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaaps saluran nafas kecil pada waktu ekspirasi. Hal ini akan menurunkan volume residu, kapasitas vital meningkat, dan distribusi ventilasi merata pada paru sehingga dapat memper baiki pertukaran gas di alveoli, dan menurunkan sesak nafas (Alamsyah, 2010). b. Pernapasan diafragma Dengan teknik latihan pernafasan diafragma maka akan melatih kembali penderita untuk menggunakan diafragma dengan baik dan merelaksasi otot-otot asesoris, dan bertujuan meningkatkan volume alur napas, menurunkan frekuensi respirasi dan residu fungsional, serta memperbaiki ventilasi (Sugiono, 2010). 2. Mobilisasi Sangkar Thorak Latihan ekspansi thorak akan meningkatkan volume inhalasi dan membantu meningkatkan aliran udara masuk melalui saluran ventilasi colateral. Latihan pengembangan sangkar thorak yang dilakukan secara verbal dan stimulasi taktil, penguluran secara cepat dan ditambah tahanan yang diberikan melalui tangan fisioterapi dengan mengambil keuntungan

memanjangnya ketegangan secara optimal pada otot otot inspirasi sehingga dapat memperbaiki inspirasi secara maksimal (Suseno, 2011). 3. Postural Drainage Postural drianage merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dan sekret itu sendiri. Dengan gaya berat yang ada maka sputum yang berada dalam bronkus akan mengalir untuk dikeluarkan. Postural drainase dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya secret dalam saluran nafas tetapi juga mempercepat pengeluaran secret sehingga tidak terjadi atelektasis (Lubis, 2005). 4. Massage Massage dengan teknik perkusi dan vibrasi merupakan energi gelombang mekanik yang diterapkan pada dinding dada dan diteruskan kedalam paru. Dengan gelombang energi mekanik tersebut sekret akan bergetar dan turun sehingga pembersihan sputum akan bertambah (Sutadinata, 1981). 5. Latihan Batuk Efektif Batuk efektif merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi dengan merangsang terbukanya system kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, meningkatkan volume paru, dan memfasilitasi pembersihan saluran napas sehingga sputum yang tertimbun dengan latihan batuk efektif akan berkurang (Citra dan Swardana, 2012).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Sesuai dengan tindakan terapi yang dilakukan kepada pasien Tn. D usia 82 tahun dengan diagnosa bronkiektasis serta mendapatkan penanganan fisioterapi selama enam kali terapi, Setelah dilakukan penetalaksanaan fisioterapi pada pasien tersebut didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Adanya penurunan sesak nafas Grafik 4.1 Hasil evaluasi penurunan sesak nafas dengan skala borg 6 5 4 3 2 1 0 Duduk Tidur terlentang Setengah duduk T0 T1 T2 T3 T4 T5 2. Peningkatan mobilitas thorak Grafik 4.2 Hasil evaluasi mobilitas thorak dengan pita ukur 1,2 1 0,8 T0 T1 0,6 0,4 0,2 0 Aksila Costa 4 Xipoideus T2 T3 T4 T5

3. Penurunan timbunan sputum maupun pengeluaran sputum Tabel 3.4 Hasil evaluasi penimbunan sputum dengan auskultasi Lobus yang Hasil Auskultasi diperiksa T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 Lobus bawah kanan ++ ++ ++ ++ + + + Lobus tengah kanan - - - - - - - Lobus atas kanan - - - - - - - Lobus bawah kiri - - - - - - - Lobus atas kiri - - - - - - - Keterangan : ++ : krakels keras + : krekels menurun - : tidak terdengan bunyi krekels B. Pembahasan Berdasarkan grafik penilaian terapi diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Penurunan sesak nafas Berdasarkan terapi yang telah dilakukan yaitu berupa breathing exercise, latihan mobilisasi thorak, postural drainage, massage dan latihan batuk efektif dapat mengurangi sesak nafas pada kasus bronkiektasis. Breathing excercize adalah untuk mendapatkan pengaturan nafas yang lebih baik dari pernapasan sebelumnya yang cepat dan dangkal menjadi pernapasan yang lebih lambat dan dalam (Sugiono, 2010). Teknik latihan nafas yang digunakan adalah pursed lip breathing, dan pernapasan diafragma.

Dengan pursed lips breathing akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabangcabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaaps saluran nafas kecil pada waktu ekspirasi. Hal ini akan menurunkan volume residu, kapasitas vital meningkat, dan distribusi ventilasi merata pada paru sehingga dapat memper baiki pertukaran gas di alveoli, dan menurunkan sesak nafas (Alamsyah, 2010). Dengan teknik latihan pernafasan diafragma maka akan melatih kembali penderita untuk menggunakan diafragma dengan baik dan merelaksasi otot-otot asesoris, dan bertujuan meningkatkan volume alur napas, menurunkan frekuensi respirasi dan residu fungsional, serta memperbaiki ventilasi (Sugiono, 2010). 2. Peningkatan mobilitas thorak Berdasarkan terapi yang telah dilakukan yaitu berupa breathing exercise, latihan mobilisasi thorak, postural drainage, massage dan latihan batuk efektif dapat meningkatkan pengembangan sangkar thorak. Latihan ekspansi thorak akan meningkatkan volume inhalasi dan membantu meningkatkan aliran udara masuk melalui saluran ventilasi colateral. Latihan pengembangan sangkar thorak yang dilakukan secara verbal dan stimulasi taktil, penguluran secara cepat dan ditambah tahanan yang diberikan melalui tangan fisioterapi dengan mengambil keuntungan memanjangnya ketegangan secara optimal pada otot otot inspirasi sehingga dapat memperbaiki inspirasi secara maksimal (Suseno, 2011).

3. Penurunan timbunan sputum maupun pengeluaran sputum Berdasarkan terapi yang telah dilakukan yaitu berupa breathing exercise, latihan mobilisasi thorak, postural drainage, massage dan latihan batuk efektif dapat membantu pengeluaran sputum. Postural drianage merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dan sekret itu sendiri. Dengan gaya berat yang ada maka sputum yang berada dalam bronkus akan mengalir untuk dikeluarkan. Postural drainase dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya secret dalam saluran nafas tetapi juga mempercepat pengeluaran secret sehingga tidak terjadi atelektasis (Lubis, 2005). Massage dengan teknik perkusi dan vibrasi merupakan energi gelombang mekanik yang diterapkan pada dinding dada dan diteruskan kedalam paru. Dengan gelombang energi mekanik tersebut sekret akan bergetar dan turun sehingga pembersihan sputum akan bertambah (Sutadinata, 1981). Batuk efektif merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi dengan merangsang terbukanya system kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, meningkatkan volume paru, dan memfasilitasi pembersihan saluran napas sehingga sputum yang tertimbun dengan latihan batuk efektif akan berkurang (Citra dan Swardana, 2012).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada kasus Brokiektasis setelah dilakukan terapi selama 6 kali terapi dengan modalitas terapi latihan berupa breating excercize, mobilisasi thorak dan postural drainage, massage dan latihan batuk efektif didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan sesak nafas, peningkatan mobilitas sangkar thorak, penurunan penimbunan sputum, penurunan spasme otot bantu pernafasan. Adanya kemajuan dan keberhasilan pada penderita bronkiektasis tidak lepas dari kerja sama antara fisioterapis dengan tenaga medis lainnya maupun peran dan dukungan dari keluarga B. Saran Dalam hal ini pasien disarankan untuk tetap semangat melakukan latihan secara rutin seperti yang diajarkan terapis, dan rutin minum obat yang telah di berikan oleh dokter. Kepada keluarga pasien disarankan untuk tetap memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien, dan selalu menjaga lingkuangannya agar tetap bersih. Peran fisioterapi pada pasien bronkiektasis sangat penting untuk mencegah terjadinya penurunan kapasitas fisik maupun kemampuan fungsional sehingga dalam memberikan terapi latihan perlu diberikan secara efektif dan efisien baik intensitas maupun frekuensi pemberian terapi. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka diharapkan nantinya dapat memberikan hasil yang lebih baik bagi penyembuhan bronkiektasi.

DAFTAR PUSTAKA Mark H dan Swartz. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC. Alsagaff H dan Mukty A. 2006. Bronkiektasis Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press. Alamsyah, Hariman. 2010. Efek latihan pernafasan terhadap faal paru, derajat sesak nafas dan kapasitas fungsionla penderita penyakit paru obstruksi kronik stabil. Thesis. Kota: Medan. Universitas Sumatra utara. Citra, Ade dan Swardana. 2012. Batuk Efektif dan Melatih Nafas Dalam. Aceh: Poltekes Kemenkes Aceh Corwin, Elizabeth J. 2008. Handbook of Pathophysiology, 3rd Edition. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins. Hassan I. Pathophysiology Bronchiectasis. Diakses tanggal 18 Maret 2012. http://emedicine.medscape.com/article/296961-overview#a0104. Lubis M. 2005. Fisioterapi pada Penyakit Paru Anak. E-USU Repository Unisversitas Sumatra Utara. Loscalzo, Joseph. 2010. Harrison s Pulmonary and Critical Care Medicine. United States of America: The McGraw-Hill Companies. Michael EH. 2003. Current Diagnosis & Treatment in Pulmonary Medicine. United States of America: McGraw-Hill Companies Rahmatullah P. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi Ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Sugiono. 2010. Pengaruh Kombinasi Tindakan Fisioterapi Dada dan Olahraga Ringan Terhadap Faal Paru, Kapasitas Fungsional dan Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil. Thesis. Kota: Medan. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP H. Adam Malik. Suseno M. 2011. Pengaruh Mobilitas Sangkar Thorak Terhadap Pengurangan Sesak Nafas Pada Penderita PPOK. Skripsi. Kota: Surakarta. Politeknik Kesehatan Surakarta. Sutadinata, Hudaya. 1981. Postural Drainage. Cermin Dunia Kedokteran. 24:1981:22-23