MISKONSEPSI SISWA KELAS VII SMP GEMBALA BAIK PONTIANAK TENTANG ASAM DAN BASA ARTIKEL PENELITIAN KARTIKA CITRA NIM: F

dokumen-dokumen yang mirip
THE EFFECT OF THE READING REFUTATION TEXT TO STUDENT S MISCONCEPTIONS REMEDIATION OF ACID BASE CONCEPT IN XI SCIENCES CLASS SMA NEGERI 4 PONTIANAK

DESKRIPSI MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA IKIP PGRI PADA MATERI VEKTOR

TINJAUAN PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN ASAM DAN BASA PADA TINGKAT MAKROSKOPIK DAN TINGKAT MIKROSKOPIK SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 BATU

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan

DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP VEKTOR DAN JENIS KESALAHANNYA DITINJAU DARI TINGKAT PENCAPAIAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA

PENYEDIAAN REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI KESALAHAN KONSEP SISWA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK PADA MATERI LISTRIK STATIS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD

DESKRIPSI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HIDROLISIS GARAM DI KELAS XI IPA SMA KATOLIK TALINO

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DI MAN 1 PONTIANAK

BAB III METODE PENELITIAN

MISKONSEPSI SISWA KELAS RANGKAP SDN 47 SEKADAU PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA

RESPONS SISWA TERHADAP SAJIAN SIMBOL, TABEL, GRAFIK DAN DIAGRAM DALAM MATERI LOGARITMA DI SMA

PENGARUH TEKNIK SURVEY, QUESTION, READING, RECITE, REVIEW, TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DI SEKOLAH DASAR

REMEDIASI MISKONSEPSI MEMBACA GRAFIK GERAK LURUS DENGAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. hukum, prinsip dan teori. Materi kimia yang sangat luas menyebabkan kimia

BAB III METODE PENELITIAN

REMEDIASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL GAS IDEAL MELALUI METODE LEARNING TOGETHER DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN

C. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ATOM, MOLEKUL, DAN ION DI SMP NEGERI 21 PONTIANAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

REMEDIASI MISKONSEPSI MEMBACA GRAFIK GERAK LURUS DENGAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif. Menurut Nazir (2009:54) Metode deskriptif adalah suatu

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Natar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL CHANGE UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI IA SMAN 2 BOJONEGORO

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI MODEL THINK-PAIR-SHARE BERBANTUAN WORD SQUARE PADA PERPINDAHAN KALOR DI SMP

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA DISTRAKTOR BERMAKNA UNTUK MENGIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KONSEPSI FISIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MALANG

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP

Keywords: Math Learning Outcome,Student s Learning Activity, Learning Starts With A Question

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP NEGERI 8 MATARAM

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING BERBANTUAN ANIMASI

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

DESKRIPSI KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA TIPIS

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

THE QUALITY OF TRYOUTS ITEM ANALYSIS FOR EVERY SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XII IN PEKANBARU BY USING ITEM ANALYSIS PROGRAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PERHITUNGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA 2 DI SMA NEGERI 1 TELAGA

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN. suatu penelitian yang bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-hal yang terjadi

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 1 BANGUNTAPAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI POKOK ASAM-BASA DI KELAS XI SMAN 1 BOJONEGORO

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Identifikasi miskonsepsi, diartikan sebagai suatu upaya penyelidikan yang

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Kata ( Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Desember 2013 BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS I

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

BAB III METODE PENELITIAN

MISKONSEPSI SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 SAMBAS PADA MATERI REAKSI REDUKSI OKSIDASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap:

IDENTIFIKASI MISKONSESPI SISWA PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG KELAS VIII DI MTsN RUKOH

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA FISIKA BERBASIS MODEL EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE DI SMA

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

DESKRIPSI PEMAHAMAN SISWA PADA PERMASALAHAN PERBANDINGAN DAN STRATEGI SOLUSI DALAM MENYELESAIKANNYA

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume II No 1, Januari 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN AJARAN 2009/2010

PENYEDIAAN BACAAN BERBENTUK REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI ASAM-BASA

PENGEMBANGAN MODUL SIFAT LARUTAN BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN LINGKUNGAN DI SMP

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

ANALISIS SOAL UJIAN SEMESTER I BIDANG STUDI IPA KELAS VIII SMPN 2 RANAH BATAHAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL LIDIA FITRI NIM.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Index Card Match

Transkripsi:

MISKONSEPSI SISWA KELAS VII SMP GEMBALA BAIK PONTIANAK TENTANG ASAM DAN BASA ARTIKEL PENELITIAN Oleh KARTIKA CITRA NIM: F02106008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2015

MISKONSEPSI SISWA KELAS VII SMP GEMBALA BAIK PONTIANAK TENTANG ASAM BASA Kartika Citra, Eny Enawaty, Tulus Junanto Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN Email: kartikacitra@rocketmail.com Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya ketuntasan siswa kelas VII SMP Gembala Baik Pontianak tentang asam dan basa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk miskonsepsi asam dan basa siswa kelas VIIG SMP Gembala Baik Pontianak dan menentukan ada tidaknya perbedaan miskonsepsi antara siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif jenis survey. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 38 siswa yang diambil dengan cara purposive sampling. Alat pengumpul data yang yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes diagnostik yang berbentuk pilihan ganda dengan 3 alternatif jawaban yang disertai alasan dan telah diuji reabilitasnya, yaitu sebesar 0,49. Hasil penelitian menunjukkan terdapat miskonsepsi yang dialami siswa kelas VII SMP Gembala Baik Pontianak tentang asam dan basa. Bentuk-bentuk miskonsepsi yang sering dialami siswa seperti; semua asam jika dicicipi akan memiliki rasa asam, semakin besar ph suatu larutan maka semakin asam larutan tersebut, larutan bersifat basa jika ph larutan sama dengan tujuh, larutan bersifat asam tidak akan mengubah warna kunyit dan larutan asam tidak mengubah warna lakmus. Berdasarkan hasil analisis chi-square terdapat perbedaan miskonsepsi diantara kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah pada materi asam dan basa. Kata kunci: konsepsi, miskonsepsi, asam basa Abstract: This research is motivated by the lack of thoroughness of class VII SMP Gembala Baik Pontianak about acids and bases. This study aims to determine the forms of acids and bases misconceptions in class VIIG SMP Gembala Baik Pontianak and determine whether there is any misconceptions difference between the student groups high, medium and low. This research is descriptive research type survey. The sample used in this study was 38 students taken by purposive sampling. Data collection tool used in this study is a diagnostic test in the form of multiple choice with three alternative answers with reasons and the reability has been tested which is 0,49. The results showed there is misconception that experienced by students of class VII SMP Gembala Baik Pontianak about acids and bases. Forms of misconceptions that are often experienced by students such as; all acid if sampled will have a sour taste, the greater the ph of a solution, the more acidic the solution, the solution is alkaline if the ph of the solution is equal to seven, the acidic solution is not going to change the color of turmeric and the acid solution does not change the color of litmus. Based on the results of chi-square analysis, there are misconceptions differences between the groups of high, medium and low in acidic and alkaline materials. Keywords : conception, misconception, acid base 1

Penerapan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari harus diawali dengan pemahaman konsep, prinsip, hukum dan teori kimia yang benar. Namun, pada kenyataannya pelajaran kimia termasuk salah satu pelajaran yang sulit untuk dipahami oleh para siswa karena memiliki konsep yang berbeda dengan konsep ilmu lainnya. Hal ini didukung dengan pernyataan Suerni (2005) yang menyatakan bahwa karakteristik konsep ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya. Kimia berisi hitungan, fakta yang harus diingat, kosakata khusus, hukumhukum yang mengaitkan satu ide dengan ide lain yang harus dimengerti. Maka dimungkinkan terjadi kesulitan dalam mempelajarinya sehingga perlu dideteksi secara dini kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari materi kimia. Menurut Van Den Berg (1991) siswa tidak memasuki pelajaran dengan kepala kosong yang dapat diisi dengan pengetahuan tetapi sebaliknya, kepala siswa sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan pelajaran yang diajarkan. Pendapat ini juga dikuatkan dengan pendapat Pinker (2003, dalam Maruli 2007 : 150) yang mengemukakan bahwa siswa hadir kelas umumnya tidak dengan kepala kosong, melainkan mereka telah membawa sejumlah pengalaman-pengalaman atau ide-ide yang dibentuk sebelumnya ketika mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya bahwa sebelum pembelajaran berlangsung sesungguhnya siswa telah membawa sejumlah ide-ide atau gagasangagasan. Mereka menginterpretasikan tentang gejala-gejala yang ada di sekitarnya. Gagasan-gagasan atau ide-ide yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya ini disebut dengan prakonsepsi atau konsepsi alternatif. Intuisi siswa mengenai suatu konsep yang berbeda dengan ilmuwan ini disebut dengan miskonsepsi. Liliasari (dalam Astuti,W., 2007) menyatakan apabila konsep siswa menyimpang dari konsep para kimiawan, maka konsep siswa dikatakan salah atau siswa mengalami salah konsep. Kesalahan konsep ini disebut juga miskonsepsi. Menurut Suparno (2005), miskonsepsi adalah suatu konsepsi seseorang yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah yang diakui oleh para ahli. Miskonsepsi akan mengakibatkan peserta didik mengalami kesalahan juga untuk konsep pada tingkat berikutnya atau ketidakmampuan menghubungkan antar konsep. Hal ini mengakibatkan terjadinya rantai kesalahan konsep yang tidak terputus karena konsep awal yang telah dimiliki akan dijadikan sebagai dasar belajar konsep selanjutnya. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Muller dan Sharma. Menurut Muller dan Sharma (2007) miskonsepsi secara umum dapat dipandang sebagai bahaya laten karena dapat menghambat proses belajar akibat adanya logika yang salah dan timbulnya interferensi saat mempelajari konsep baru yang benar yang tidak cocok dengan konsep lama yang salah yang telah diterima dan mengendap dalam pemikiran. Hal ini sejalan dengan kenyataan di lapangan bahwa siswa yang memiliki miskonsepsi asam basa di SMP akan berpengaruh terhadap konsep kimia di SMA seperti persamaan kimia, reaksi kimia, larutan (termasuk buffer dan hidrolisis garam), dan stoikiometri yang akan berlanjut hingga ke tingkat universitas. Penelitian menggunakan pengelompokkan sampel pernah dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Firman (1991) di salah satu SMA Ngeri di kota Bandung. Siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok tinggi, 2

kelompok sedang dan kelompok rendah berdasarkan nilai ulangan harian kimia di sekolah agar pengambilan data lebih akurat. Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan miskonsepsi yang terjadi di kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Berdasarkan kelebihan inilah peneliti mengelompokkan siswa menjadi 3 kelompok karena pembagian siswa menjadi kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah berdasarkan hasil belajar siswa di SMP Gembala Baik Pontianak belum pernah dilakukan, sebaliknya hasil ulangan disajikan dalam bentuk tuntas dan tidak tuntas yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil Ulangan Kelas VII Pada Mata Pelajaran IPA Mengenai Asam Basa dan Garam Persentase siswa yang Persentase siswa yang Kelas tidak tuntas tuntas VIIA 40 60 VIIB 48 52 VIIC 67 33 VIID 52 48 VIIE 71 29 VIIF 59 41 Dari Tabel 1 terlihat bahwa banyak siswa yang hasil ulangannya tidak memenuhi standar ketuntasan dengan KKM = 65. Ketuntasan paling tinggi terjadi di kelas VIIA dengan persentase siswa tuntas 60% sedangkan persentase siswa tidak tuntas 40%. Rata-rata setiap kelas memiliki ketuntasan di bawah 50%. Ini menunjukkan rendahnya tingkat pemahaman siswa mengenai pelajaran IPA khususnya asam basa di sekolah. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran IPA kelas VII di SMP Gembala Baik Pontianak yang dilakukan tanggal 19 November 2011, diketahui bahwa masih terdapat kesulitan siswa pada materi asam-basa. Guru mengatakan bahwa beberapa siswa masih keliru dalam menentukan sifat asam dan basa menggunakan beberapa indikator. Seperti keliru dalam mengartikan warna indikator universal dengan sifat larutan atau pun salah dalam membaca arti perubahan warna pada indikator alami seperti kunyit dan kol ungu. Menurut Suparno, P. (2005) ada tiga langkah untuk mengatasi miskonsepsi yang dilakukan siswa, yaitu: 1. Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, 2. Menemukan penyebab miskonsepsi tersebut, 3. Memilih dan menerapkan perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi tersebut. Dengan demikian mencari atau mengungkap miskonsepsi siswa sebaiknya dilakukan sebagai langkah awal untuk mengatasi miskonsepsi tersebut (Suparno, 2005). Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti miskonsepsi tentang asam dan basa yang mungkin terdapat pada siswa kelas VII di SMP Gembala Baik Pontianak. Sesuai dengan masalah penelitian yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 3

1. Bentuk-bentuk miskonsepsi siswa kelas VII di SMP Gembala Baik Pontianak tentang asam dan basa. 2. Perbedaan miskonsepsi siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok bawah. METODE PENELITIAN Penelitian ini memaparkan miskonsepsi siswa tentang asam dan basa, sehingga metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif jenis survey. Survey adalah penyelidikan yang meneliti data yang relatif lebih sedikit dari subjek yang lebih luas dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi tentang individu-individu. Menurut Sugiyono (2003) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIG di SMP Gembala baik Pontianak. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Hadari Nawawi (2005) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Pertimbangan dalam pemilihan sampel ini adalah nilai mata pelajaran IPA kelas VIIG yang merupakan kelas dengan ratarata kelas tertinggi. Siswa dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran. Teknik pengukuran adalah cara mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui tingkat atau derajat aspek tertentu dibandingkan dengan norma tertentu pula sebagai satuan ukur yang relevan. Pengukuran berarti usaha untuk mengetahui suatu keadaan berupa kecerdasan, kecakapan nyata (achievement) dalam bidang tertentu, panjang, berat dan lain-lain dibandingkan dengan norma tertentu. (Nawawi, H., 2007). Dalam penelitian ini, alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah tes buatan peneliti. Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes objektif yang terdiri dari 3 alternatif pilihan. Hal ini digunakan karena paling efektif dibandingkan dengan 4 atau 5 pilihan (Leo Sutrisno dalam Muniarni, 2008). Selain itu, tes objektif ini disertai tiga pilihan alasan yang menjadi kemungkinan miskonsepsi siswa. Tes objektif dikatakan sebagai alat pengumpul data yang valid dan reliabel. Tes ini dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan) dan reliabel jika digunakan untuk mengukur berkali-kali menghasilkan data yang sama (konsisten) (Sugiyono, 2009). Validasi yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus (indikator) tertentu yang sejajar dengan materi isi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, S., 2009). Untuk melihat validitas isi tes, maka tes tersebut diajukan kepada validator yang terdiri dari dua orang dosen Program Studi Kimia FKIP Untan dan satu orang guru IPA SMP Gembala Baik Pontianak. Untuk memberikan penilaian terhadap validitas isi tes dalam penelitian ini, para validator diberikan seperangkat instrumen dan tabel spesifikasi. Para validator diminta untuk menyatakan validitas tiap butir soal. 4

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes, maka tes diuji coba terlebih dahulu pada siswa kelas VII SMPN 8 Pontianak yang telah mempelajari materi asam dan basa. Adapun alasan peneliti mengambil sekolah ini karena terletak di rayon yang sama dan memiliki indeks prestasi yang mendekati sampel penelitian. Dari hasil ujicoba soal tes diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,49 dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa reliabilitas soal riset tergolong cukup. Prosedur penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Persiapan Penelitian a. Melakukan obsevasi di SMP Gembala baik Pontianak. b. Menyiapkan instrumen penelitian berupa soal tes objektif. c. Melakukan validasi instrumen penelitian. d. Merevisi instrumen yang telah divalidasi. e. Melakukan ujicoba soal yang telah direvisi. f. Menghitung reliabilitas soal tes. 2. Pelaksanaan Penelitian a. Memberikan soal tes kepada siswa yang menjadi subyek penelitian. b. Mengoreksi dan menganalisis jawaban siswa untuk mengetahui jumlah miskonsepsi, bentuk miskonsepsi dan perbedaan miskonsepsi siswa kelompok atas, kelompok sedang dan kelompok bawah. c. Membuat kesimpulan dari riset yang dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Bentuk-bentuk miskonsepsi siswa kelas VII SMP Gembala Baik Pontianak Tahun Ajaran 2012/2013 tentang asam dan basa dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Bentuk-bentuk Miskonsepsi tentang Asam dan Basa Konsep Asam-Basa Bentuk Miskonsepsi % semua jenis asam dapat membakar dan melelehkan benda karena asam bersifat korosif semua asam jika dicicipi akan memiliki rasa asam karena senyawa Sifat asam asam adalah senyawa yang memiliki 13,2 rasa asam beberaapa asam lemah boleh dicicipi karena asam bersifat korosif HCl termasuk senyawa asam karena menghasilkan ion H 2 O di dalam air 5

Sifat basa Sifat basa Reaksi pembentukan garam Derajat keasaman Indikator asam basa NaOH termasuk senyawa asam karena menghasilkan ion OH - di dalam air Beberapa senyawa basa dapat digunakan sebagai penetral asam karena terasa pahit Beberapa senyawa basa dapat digunakan sebagai penteral asam karena bersifat kausatik Semua senyawa basa jika dicicipi akan terasa pahit karena senyawa basa terasa pahit Semua senyawa basa berbahaya karena bersifat kausatik. senyawa garam hanya terbentuk dari asam dan basa senyawa garam hanya terbentuk dari asam dan basa karena garam tersusun atas oksida asam dan oksida basa ph meter memberikan hasil berupa perbedaan warna yang jelas kertas lakmus bisa mengukur asam tetapi tidak bisa mengukur basa dengan jelas kertas lakmus memberikan hasil berupa perbedaan warna yang jelas air mawar memberikan hasil berupa perbedaan warna yang lebih jelas dibandingkan ph meter larutan bersifat basa jika ph larutan kurang dari tujuh larutan bersifat basa jika ph larutan sama dengan tujuh semakin besar ph suatu larutan maka semakin asam larutan tersebut keasaman suatu larutan tidak dipengaruhi oleh ph melainkan rasa asamnya larutan bersifat asam tidak akan mengubah warna kunyit indikator alami kunyit memberikan hasil yang sama seperti lakmus jika diuji larutan asam tidak mengubah warna lakmus larutan asam tidak mengubah warna lakmus biru tetapi mengubah warna lakmus merah cuka yang diuji dengan indikator universal akan menghasilkan warna kuning kehijauan karena memberi ph kurang dari 7 5,3 5,3 21,1 5,3 5,3 7,9 26,3 21,1 10,5 44,7 29 26,3 15,8 6

cuka yang diuji dengan indikator universal akan menghasilkan warna kuning kehijauan karena senyawa yang bersifat netral akan memberi ph sama dengan 7 cuka yang diuji dengan indikator universal akan menghasilkan warna biru karena senyawa yang bersifat basa akan memberi ph lebih dari 7 21,1 7,9 Pembahasan Hasil analisis konsepsi menunjukkan bahwa siswa kelas VII SMP Gembala Baik Pontianak mengalami miskonsepsi. Siswa kelas VIIG dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Kelompok dipilih berdasarkan hasil ulangan sebelumnya mengenai asam dan basa, yaitu rentang siswa kelompok tinggi adalah siswa yang nilai ulangannya diatas 80, siswa kelompok sedang adalah siswa yang nilai ulangannya berada diantara 62-80 dan siswa kelompok rendah adalah siswa yang nilai ulangannya dibawah 62. Hasil perhitungan korelasi Chi-Kuadrat terhadap hasil tes diagnostik antara siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah dibandingkan dengan harga Chi- Kuadrat tabel sebesar 5,591. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 10 soal instrumen yang digunakan hanya terdapat 7 soal yang dapat mengukur perbedaan miskonsepsi siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Sedangkan 3 soal lainnya menunjukkan hasil perhitungan lebih rendah dari harga kritik tabel Chi-Kuadrat. Hal tersebut dikarenakan ketiga kelompok siswa mengalami miskonsepsi yang hampir sama. Tabel 3 Hasil Analisis Uji Chi-Kuadrat Terhadap Jawaban Siswa Kelas VIIG SMP Gembala Baik Pontianak Tentang Asam dan Basa No. No Konsep/Sub Konsep Soal 1 Konsep sifat asam 1 25,61 2 Konsep sifat asam 2 8,22 Konsep reaksi yang menghasilkan 3 garam 4 18.92 Konsep alat pengukur derajat 4 keasaman 5 17,98 Konsep ph larutan asam, basa dan 5 garam 6 10,58 Konsep menentukan tingkat 6 keasaman suatu larutan 7 6,95 berdasarkan ph χ 2 hitung χ2 tabel 5,591 7

7 Konsep menggunakan kertas lakmus sebagai indikator asam dan basa 9 9,23 Hasil analisis uji Chi-Kuadrat terhadap jawaban siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah menunjukkan bahwa χ 2 hitung χ2 tabel. Harga χ 2 hitung lebih besar dari harga χ2 tabel artinya diantara siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah di kelas VIIG SMP Gembala Baik Pontianak Tahun Ajaran 2011/2012 terdapat perbedaan miskonsepsi tentang asam dan basa (Ha diterima). Perbedaan miskonsepsi antara siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah terhadap 3 konsep dasar asam dan basa, yaitu: (1) sifat asam dan basa; (2) derajat keasaman; dan (3) macam-macam indikator asam dan basa (alami dan buatan). Berdasarkan ketiga konsep asam dan basa tersebut dengan membandingkan harga χ 2 hitung dan χ2 tabel antara butir-butir soal instrumen terhadap hasil tes diagnostik siswa kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Hasil analisis menujukkan besarnya perbedaan miskonsepsi dengan skor rata-rata hasil tes masing-masing kelompok siswa dengan persentase yaitu: (1) siswa kelompok tinggi 11%; (2) siswa kelompok sedang 18%; dan (3) siswa kelompok rendah 83%. Persentase 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Tinggi Sedang Rendah Gambar 1 Persentase Rata-rata Perbedaan Miskonsepsi Gambar diagram persentase di atas menunjukkan secara jelas bahwa adanya perbedaan miskonsepsi yang dialami siswa. Siswa pandai yang dikelompokkan pada siswa kelompok tinggi mengalami persentase miskonsepsi paling rendah 8

yaitu 11%, siswa cukup pandai (matematis-logisnya kurang tinggi) mengalami persentase miskonsepsi sebanyak 18% sedangkan siswa yang kurang pandai dikelompokkan dalam siswa kelompok rendah memiliki persentase miskonsepsi paling tinggi yaitu 83%. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki kemampuan lemah dalam pemahaman dan pengaplikasian konsep-konsep asam dan basa tidak dapat mengonstruksi pengetahuan yang diterima secara lengkap dan utuh. Siswa hanya menangkap konsep yang benar dan merasa bahwa konsep tersebut benar dalam penyelesaian soal dalam bentuk apapun tanpa menganalisis soal kembali. Perbedaan miskonsepsi yang terjadi sangat berhubungan erat dengan kemampuan siswa, khusunya pada kemampuan mental yang dimiliki oleh masingmasing siswa. Bagi siswa yang pandai, memahami konsep asam dan basa sangatlah mudah. Namun tidaklah demikian bagi siswa yang kurang pandai. Siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep asam dan basa karena belum dapat menghubungkan antara pengetahuan yang diterima dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Kepandaian mempengaruhi mudah tidaknya siswa mengalami miskonsepsi. Semakin pandai seseorang tentu saja semakin kecil kemungkinan orang tersebut mengalami miskonsepsi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis data yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bentuk-bentuk miskonsepsi yang dialami siswa kelas VII SMP Gembala Baik Pontianak tahun ajaran 2012/2013 pada sifat asam dan basa yaitu: semua jenis asam dapat membakar dan melehkan benda karena asam bersifat korosif, semua asam jika dicicipi akan terasa asam karena senyawa asam adalah senyawa yang memiliki rasa asam, HCl termasuk senyawa asam karena menghasilkan ion H 2 O dalam air, NaOH termasuk senyawa asam karena menghasilkan ion OH - dalam air, beberapa senyawa basa dapat digunakan sebagai penetral asam karena terasa pahit, beberapa senyawa basa dapat digunakan sebagai penetral asam karena bersifat kausatik, semua senyawa basa jika dicicipi akan terasa pahit karena senyawa basa terasa pahit dan semua senyawa basa berbahaya. Pada reaksi pembentukan garam yaitu senyawa garam hanya dapat terbentuk dari asam dan basa dan logam tidak dapat bereaksi dengan zat lain membentuk garam. Pada derajat keasaman yaitu: ph meter memberikan hasil berupa perbedaan warna yang jelas, kertas lakmus bisa mengukur asam tetapi tidak bisa mengukur basa dengan jelas, kertas lakmus memberikan pengukuran derajat keasaman lebih teliti dibandingkan ph meter, larutan bersifat basa jika ph larutan sama dengan tujuh, semakin besar ph suatu larutan maka semakin asam larutan tersebut dan keasaman suatu larutan tidak dipengaruhi oleh ph melainkan oleh rasa asamnya. Pada indikator asam dan basa yaitu: larutan bersifat asam tidak akan mengubah warna kunyit, larutan bersifat basa mengubah waran kunyit mrnjadi biru, larutan asam tidak mengubah warna lakmus, larutan asam tidak mengubah warna lakmus biru tetapi mengubah warna lakmus merah, cuka akan 9

menghasilkan warna kuning jika diuji dengan indikator universal karena ph cuka kurang dari tujuh, cuka akan menghasilkan warna kuning kehijauan jika diuji dengan indikator universal karena ph cuka sama dengan tujuh, cuka akan menghasilkan warna biru jika diuji dengan indikator universal karena ph cuka lebih dari tujuh. Kemudian terdapat perbedaan miskonsepsi siswa pada kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan saran-saran bagi guru maupun peneliti diharapkan dapat memilih metode atau model pembelajaran yang lebih cocok dalam pembelajaran agar miskonsepsi siswa tentang asam dan basa dapat berkurang. Misalnya dengan menggunakan metode praktikum atau demonstrasi. Sedangkan bagi mahasiswa diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian lanjutan bagi mahasiswa program studi pendidikan kimia yang lain. Misalnya meneliti penyebab miskonsepsi siswa tentang asam dan basa yang disebabkan oleh siswa, guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks serta cara mengatasinya misalnya dengan remediasi. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. (Cetakan ke-9). Yogyakarta : Bumi Aksara. Berg E. V. D. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kimia SMP/MA 2006. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Depdiknas, 2003.Undang-undang Republik Indoenesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Depdiknas. Kamarulzaman, Aka dan M. Dahlan Y. Al Barry. 2005. Kamus Ilmiah Serapan. Yogayakarta: Absolut. Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. (Cetakan ke-12). Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Petrucci, Ralph H. 2005. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo. 10

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Suerni. 2005. Analisis Tingkat Kesulitan Belajar Materi Kimia Mata Pelajaran Sains Siswa Kelas VII di SMPN I Kedungbanteng Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2004/2005. Skripsi S1 Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. (Cetakan ke-14). Bandung : Alfabeta. Tjokrosujoso, Darsono. 1995. Dasar-Dasar Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka. 11