BAB I PENDAHULUAN. diberikan Allah SWT kepada manusia (Muzfikri, 2008). Keadaan akan mejadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik maupun mental. Tetapi tidak semua anak terlahir normal, anak yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. belum ada lembaga resmi yang memiliki angka prevalensi individu autistik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. yang didambakan. Berbagai harapan sempurna mengenai anak pun mulai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik observasional dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

BAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar

BAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB 1 PENDAHULUAN. familiar dikehidupan masyarakat adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF,

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan.

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

LAMPIRAN KUESIONER. Nama responden : Jenis kelamin : Laki-laki (L)/ Perempuan (P) Usia responden. a) <40. b) c) >60

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam. dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti anak normal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir sempurna tanpa ada

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masa remaja terbagi menjadi tiga bagian yaitu, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk terbiasa menghadapai peran yang berbeda dari sebelumnya, karena memiliki anak berkebutuhan khusus (Miranda, 2013).

GAMBARAN KONSEP DIRI ORANG TUA DENGAN ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB NEGERI WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam sebuah rumah tangga setiap pasangan suami istri yang akan

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyandang tunagrahita adalah 2,3%. Atau 1,95% anak usia sekolah. menyadang kelainan adalah orang, jadi estimasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. impian setiap orang. Ketikamenikah, tentunya orang berkeinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, jumlah anak-anak yang berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya suatu komunikasi yang baik. Salah satunya cara yang digunakan manusia

4.5 Rangkuman Hasil Tabel 4.2 Perbandingan Tema Pengalaman Suami Istri pertama Istri kedua 1. Keadilan Sebelum dipoligami 1. Perasaan diabaikan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

Hubungan Pola Asuh Keluarga gengan Parenting Stress pada Orangtua Anak Tunagrahuta di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Palembang

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Anak retardasi mental memperlihatkan fungsi intelektual dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. istri. Ketika pasangan suami istri memutuskan untuk memiliki anak, mereka

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menikmati keindahan, mengapresiasi, dan mengungkapkan perasaan keindahan

BAB I PENDAHULUAN. tuanya,keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 2011). Retardasi mental juga memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak normal pada

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan dari setiap orang yang telah membina keluarga. Anak adalah anugerah tersebesar nan suci dan luhur yang diberikan Allah SWT kepada manusia (Muzfikri, 2008). Keadaan akan mejadi berubah ketika anak yang di lahirkan berbeda dengan anak lainnya, yaitu anak yang memiliki perhatian atau kebutuhan khusus. (Geniofarm, 2010). Tunagrahita atau retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensia kurang (abnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak - kanak) atau keadaan kekurangan intelegensia sehingga daya guna sosial dan dalam pekerjaaan seseorang menjadi terganggu (Sunaryo, 2004). Tunagrahita merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian tunagrahita sekitar

2 0,3% dari seluruh populasi, dan hampir 3% mempunyai IQ di bawah 70 ( Soetjiningsih, 2005 ). Di Indonesia penyandang tunagrahita cukup banyak. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia pada tahun 2009 menunjukan 4.253 orang adalah anak dengan tunagrahita (Direktoral Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2010). Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Tunagrahita mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan (Judarwanto, 2009). Cherry (Bauman,2004) berpendapat bahwa keluarga yang memiliki anak dengan tunagrahita menghadapi banyak tantangan. Mulai dari isolasi sosial, stigma masyarakat, kecemburuan anggota keluarga (saudara), disorientasi ekspektasi, hingga harapan yang pupus. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Kumar (2008) orang tua yang memiliki anak tunagrahita dipastikan lebih mudah mengalami stress psikologis dibandingkan dengan orang tua dari anak yang normal. Stres diakibatkan karena banyaknya beban yang ditanggung oleh orang tua dari anak tunagrahita baik beban secara fisik, psikis dan sosial. Menurut Cummins (2001 dalam Small, 2010), pengasuhan terhadap anak dengan tunagrahita bukan merupakan hal yang mudah karena seringkali orangtua harus berhadapan dengan situasi yang penuh stres akibat tuntutan dalam proses pengasuhan yang lebih besar. Menurut Perry (2004) bahwa salah

3 satu beban fisik penyebab stres pada orang tua dari anak tunagrahita berkaitan dengan ketidakmampuan anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari membuat orang tua khususnya ibu harus selalu membantu dan mendampingi anaknya. Hal itu tentu saja menyebabkan kelelahan fisik. Sedangkan beban psikis yang dirasakan orang tua berkaitan dengan proses penerimaan mulai dari rasa kaget, kecewa, rasa bersalah atas kondisi anak, serta ada tidaknya dukungan dari keluarga. Ditambah lagi dengan beban sosial di mana respon yang negatif dari masyarakat membuat orang tua menjadi malu dan menarik diri dari kehidupan sosial. Banyaknya beban yang dirasakan ibu sebagai figur terdekat anak tunagrahita dalam mengasuh anak akan menimbulkan stres pengasuhan. Stres pengasuhan akan menimbulkan beban bagi pengasuh. Stres pengasuhan dapat mengubah sikap pengasuh terhadap anak, sehingga akan mempengaruhi perilaku pengasuhannya, perilaku tersebut mulai dari pengasuhan yang baik, pengabaian bahkan perilaku kasar (Gunarsa, 2004). Hindangmayun (2010) menjabarkan faktor -faktor yang mempengaruhi stress pengasuhan terdiri dari karakteristik anak dan karakteristik orang, karakteristik anak meliputi usia dan jenis kelamin anak sedangkan karakteristik orang tua meliputi usia, pekerjaan, penghasilan keluarga, pendidikan dan dukungan sosial.

4 Helkenn (2007) berpendapat bahwa anak yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah memiliki resiko tinggi terhadap stress pengasuhan. Selain itu pada penelitian Cooper (2007) juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara ibu dengan pendidikan rendah terhadap tingginya stres pengasuhan. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya dukungan sosial. Ibu yang merasa menerima tingkat dukungan lebih tinggi, terutama dari pasangannya dan saudaranya, melaporkan rendahnya tingkat depresi. (Dunn, Burbine, Bowers, & Tantleff-Dunn, 2001). Dukungan sosial itu sendiri adalah suatu konstruksi multidimensi yang meliputi bantuan fisik dan instrumental, berbagi informasi dan sumber daya, dan menyediakan dukungan emosional dan psikologis ( Gousmett, 2006 ). Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stress ibu yang memiliki anak tunagrahita. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam peneilian ini yaitu apakah jenis kelamin anak, usia anak, taraf tunagrahita anak, usia ibu, pekerjaan, penghasilan keluarga, tingkat pendidikan dan dukungan sosial berhubungan dengan tingkat stress pengasuhan pada ibu yang memiliki anak tunagrahita?

5 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stress pengasuhan pada ibu yang memiliki anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa (SLB) 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran distribsi kejadian stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi. b. Mengidentifikasi gambaran data demografik anak termasuk jenis kelamin anak, usia anak, dan taraf tunagrahita anak. c. Mengidentifikasi gambaran data demografik ibu termasuk usia ibu, pendapatan keluarga, pendidikan, dan pekerjaan ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB d. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin anak dengan tingkat stress e. Mengetahui hubungan antara usia anak dengan tingkat stress pengasuhan pada ibu yang memiliki anak tunagrahita di SLB

6 f. Mengetahui hubungan antara taraf tunagrahita anak dengan tingkat stress g. Mengetahui hubungan antara usia ibu dengan tingkat stress h. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat stress i. Mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan tingkat stress j. Mengetahui hubungan antara penghasilan keluarga dengan tingkat stress k. Mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stress l. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh dengan tingkat stress

7 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.4.1 Bagi peneliti Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengaplikasian teori mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stress pengasuhan pada ibu yang memiliki anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa (SLB) 1.4.2 Bagi institusi pendidikan Untuk menambah pengetahuan dan menambah bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 1.4.3 Bagi masyarakat Untuk menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stress pengasuhan pada ibu yang memiliki anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa (SLB) Dharma Bhakti Dharma Pertiwi. 1.4.4 Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dapat memberikan informasi yang penting mengenai stress pengasuhan. Sehingga berguna sebagai referensi penelitian selanjutnya.