BAB I PENDAHULUAN. menjalankan atau mengontrol kegiatan operasional berjalan secara efektif.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. melupakan fakta bahwa sebagian besar kas suatu perusahaan berada dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan tempat kerja sama yang

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang tidak mampu bertahan. Untuk tetap bertahan dalam kompetisi,

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur terutama pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. sistem ekonomi pasar bebas, banyak perusahaan saat ini semakin giat dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri dan pinjaman. Untuk memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. modal Indonesia dianjurkan lebih gencar mempersiapkan diri meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan berdirinya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya. Persaingan antar perusahaan di Indonesia semakin terasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh suatu. perusahaan yang didistibusikan kepada para pemegang sahamnya.

BAB I PENDAHULUAN. bertambah ketat. Perusahaan yang tidak mampu bersaing maka tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin kompleks pula aktivitas bisnisnya. Jika usaha atau bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup bagus dan cenderung diminati oleh investor sebagai salah satu target

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dengan

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang kompetitif. Menghadapi persaingan tersebut, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan Current Ratio, Debt to Equity dan Return on Investment terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi memiliki keterkaitan dengan aktivitas konsumsi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan inovasi produk, meningkatkan kinerja karyawan, dan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. usaha berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya, salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dan memakmurkan para pemegang saham. fenomena pembayaran dividen perusahaan yang ada di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor industri barang konsumsi. Perusahan manufaktur sektor konsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama berdirinya sebuah perusahaan adalah untuk. dipastikan perusahaan beroperasi secara maksimal. Profitabilitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Globalisasi yang saat ini sedang terjadi ditengah perekonomian kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin besar. Ada berbagai cara bagi perusahaan untuk mendanai aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, hal ini merupakan suatu bukti bahwa sudah semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perusahaan dihadapkan pada suatu kondisi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ke-4

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang masih belum stabil mempengaruhi kondisi perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB I PENDAHULUAN. hotel, pusat pusat perbelanjaan dan fasilitas fasilitas lainnya semakin

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan jumlah penduduk, maka volume kebutuhan terhadap Industri Barang

BAB I PENDAHULUAN. hanya dapat dinilai berdasar dampaknya pada harga saham biasa perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap pencapaian tujuan perusahaan. lain likuiditas perusahaan itu sendiri. Menurut Mamduh et al.

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham untuk memperoleh pendapatan (dividen atau capital gain) di masa

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan terhadap capital (capital preservation). Kedua, investasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

Repositori STIE Ekuitas

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perusahaan di Indonesia yang semakin lama semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di pasar modal Indonesia dikenal jenis sektor perusahaan pembiayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

I. PENDAHULUAN. Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu kategori sektor industri

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, tidak terkecuali Indonesia. Menurut Mumtaz (2010), di

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) guna menjual

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara termasuk Indonesia. Pemerintah dalam hal ini berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Modigliani (1961) berpendapat bahwa pada dasarnya pada kondisi keputusan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang memberikan peluang bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain setiap perusahaan harus mengembangkan usahanya yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kondisi tingkat inflasi saat ini yang sering berubah-ubah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia sebagai salah satu pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini bisnis properti telah mengalami perkembangan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. besar maupun perusahaan kecil. Upaya tersebut merupakan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencari laba (profit) yang sebesar-besarnya. Komponen di dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupangkan pasar untuk berbagai. lainya dan sarana bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji, 2001:1).

BAB I PENDAHULUAN. hal seperti penerapan teknologi dan sistem informasi mutakhir. juga masalah yang berhubungan dengan pesaing perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dari tantangan-tantangan yang harus di hadapi, para pelaku bisnis property di

BAB I PENDAHULUAN. dana. Tempat penawaran penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat perkembangan dunia usaha yang tumbuh semakin cepat. menyebabkan meningkatnya persaingan yang kompetitif antar perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di antara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tersebut yaitu dengan cara memperoleh pendanaan tambahan. Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Ini tercermin dengan banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang bermunculan.

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dalam berbisnis. Menyebabkan lingkungan bisnis mengalami

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin besar juga seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua perusahaan termasuk perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman pada dasarnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang berlangsung dengan sangat cepat dan meluas. Proses

BAB I PENDAHULUAN. maka tujuan pokok perusahaan adalah memperoleh keuntungan yang maksimal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia saat ini sedang menuju pada era globalisasi yang menjadikan persaingan di dunia bisnis semakin ketat dan dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan keadaan apapun yang sedang terjadi di dalam perusahaan. Setiap perusahaan harus menerapkan sistem yang baik dan sesuai standar yang telah ditentukan agar dalam menjalankan atau mengontrol kegiatan operasional berjalan secara efektif. Semakin ketatnya persaingan di bidang perekonomian khususnya di bidang usaha memungkinkan perusahaan untuk lebih teliti dan berhatihati dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Dalam kegiatan operasionalnya perusahaan terlebih dahulu melakukan perencanaan, perencanan ini sangat penting karena dengan perencanaan yang baik tujuantujuan yang ditetapkan sebelumnya akan lebih mudah dicapai. Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi merupakan perusahaan yang membutuhkan modal kerja yang cukup besar. Untuk itu perusahaan dituntut untuk mampu mengelola modal kerja dengan baik agar tujuan perusahaan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Sari dkk. (2014), sehubungan dengan masalah dari ketidakpastian dari kondisi yang akan dihadapi maka besarnya investasi yang ditanamkan harus diperhitungkan dalam pengambilan kebutuhan dana. 1

2 Ada beberapa ukuran yang dipakai untuk melihat kondisi profitabilitas suatu perusahaan antara lain mengukur tingkat pengembalian aset (return on asset/roa). Menurut Hanafi dan Halim dalam Ainiyah dan Khuzaini (2016), ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. Semakin tinggi perbandingan laba bersih terhadap total aktiva maka kondisi perusahaan semakin baik. Piutang, Kas, dan Persediaan merupakan komponen aktiva yang paling berperan dalam menjalankan aktivitas penjualan pada perusahaan manufaktur. Perusahaan akan berusaha mendapat laba dengan cara menjual persediaan baik secara tunai artinya menambah kas ataupun dengan cara penjualan kredit yang artinya penambahan pada piutang. Menurut Santoso (2013), perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Investasi dalam piutang terdapat sejumlah investasi yang aktiva lancar lainnya, untuk itu pengelolaan piutang memerlukan perencanaan yang matang dimulai dari pemberian penjualan kredit sampai menjadi kas. Investasi yang terlalu besar pada piutang menimbulkan kecil atau lambatnya perputaran modal kerja, sehingga semakin kecil pula kemampuan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Akibatnya semakin kecil pula kemampuan perusahaan menghasilkan laba/keuntungan.

3 Menurut Menuh dalam Dewi dkk. (2016), perputaran kas merupakan periode berputarnya kas yang dimulai pada saat kas dinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas sebagai unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya. Semakin tinggi perputaran kas akan semakin baik, berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kas dan laba/keuntungan perusahaan akan semakin besar pula. Menurut Ahmad dkk. (2014), perputaran persediaan merupakan ukuran seberapa banyak persediaan berputar menjadi kas dalam suatu periode tertentu biasanya dalam kurun waktu satu tahun. Perputaran persediaan yang lambat menunjukkan lamanya persediaan tersimpan di perusahaan, maka perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh laba/keuntungan dikarenakan perusahaan tidak memenuhi permintaan konsumen. Apabila persediaan terlalu kecil maka kegiatan operasi perusahaan akan beroperasi pada kapasitas yang rendah. Dan apabila perusahaan memiliki persediaan yang besar namun kurang efektif pada pengelolaannya, maka perputaran persediaan akan rendah sehingga akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Selain perputaran piutang, perputaran kas, dan perputaran persediaan dalam peelitian ini menggunakan debt to total asset ratio (DAR) sebagai variabel moderating. Menurut Sibarani (2009), debt to total asset ratio (DAR) memperlihatkan proporsi penggunaan hutang yang dimiliki dan seluruh kekayaann yang dimiliki, agar aman porsi hutang harus lebih kecil terhadap aktiva. Menurut Harahap dalam Sibarani (2009), semakin tinggi

4 DTA berarti perusahaan memiliki tingkat bunga yang tinggi dengan beban tetap yang tinggi, sehingga akan mengurangi beban pajak dan menyebabkan keuntungan bagi perusahaan. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi laba bagi pemegang saham biasa termasuk deviden, dilain pihak meningkatkan risiko karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan. Obyek penelitian adalah Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015. Menurut Sari dkk. (2014), perusahaan sektor barang konsumsi akan bertahan terhadap krisis dibandingkan dengan sektor lainnya, karena dalam kondisi krisis ataupun tidak produk barang konsumsi tetap dibutuhkan. Dalam keadaan krisis konsumen akan membatasi konsumsinya dengan memenuhi kebutuhan dasar dan mengurangi kebutuhan barang sekunder di samping itu produk barang konsumsi tetap dibutuhkan, serta bahan baku yang digunakan untuk membuat produk makanan dan minuman mudah untuk diperoleh Berikut data total modal/ekuitas, data laba.rugi usaha, dan data penjualan bersih beberapa Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 :

5 No Kode Emiten Tabel 1.1 Data Total Ekuitas Data Total Modal/Ekuitas (disajikan dalam jutaan rupiah) 2012 2013 2014 2015 1 AISA 2.033.453 2.356.773 3.585.936 3.966.907 2 ALTO 338.016 542.329 531.136 506.972 3 GGRM 26.605.713 29.416.271 33.134.403 38.007.909 4 HMSP 13.308.420 14.155.035 13.498.114 32.016.060 5 DVLA 841.546 914.703 947.455 973.517 6 INAF 650.102 590.793 587.702 592.709 7 ADES 209.122 264.778 291.145 328.369 8 MBTO 434.563 451.318 442.892 434.232 9 STTP 579.691 694.128 815.511 1.008.809 10 ULTJ 1.676.519 2.015.147 2.273.306 2.797.506 Sumber : data diolah dari www.idx.co.id, 2016 Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui ekuitas atau modal kerja yang dimiliki beberapa Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 cenderung mengalami peningkatan. Terdapat pula perusahaan yang mengalami penurunan dan kenaikan modal kerja yang artinya berfluktuasi setiap tahunnya. Tabel 1.2 Data Laba/Rugi Usaha No. Kode Laba/Rugi Bersih (disajikan dalam jutaan rupiah) Emiten 2012 2013 2014 2015 1 AISA 253.664 346.728 371.370 379.032 2 ALTO 16.306 12.059 10.372 24.163 3 GGRM 4.068.711 4.383.932 5.325.317 6.458.516 4 HMSP 9.805.421 10.807.957 10.014.995 10.355.007 5 DVLA 148.909 125.796 488 3.717 6 INAF 42.385 (54.223) 6.263 5.008 7 ADES 83.376 55.656 30.624 36.224 8 MBTO 46.349 16.756 (2.888) 5.378 9 STTP 74.626 114.437 125.940 183.516 10 ULTJ 353.432 325.127 284.526 524.200 Sumber : data diolah dari www.idx.co.id, 2016

6 Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui laba bersih yang dimiliki beberapa Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 cenderung mengalami kenaikan dan penurunan laba bersih yang artinya berfluktuasi setiap tahunnya. Terdapat pula beberapa perusahaan yang memiliki kenaikan laba bersih setiap tahunnya. Dan terdapat perusahaan yang mengalami kerugian selama satu sampai dua tahun. Tabel 1.3 Data Penjualan Bersih No Kode Penjualan Bersih (disajikan dalam jutaan rupiah) Emiten 2012 2013 2014 2015 1 AISA 2.747.623 4.056.735 5.139.974 6.010.895 2 ALTO 498.116 487.200 332.402 301.782 3 GGRM 49.028.696 55.436.954 65.185.850 70.365.573 4 HMSP 66.626.123 75.025.207 80.690.139 89.069.306 5 DVLA 1.087.380 1.101.684 1.103.822 1.306.098 6 INAF 1.156.050 1.337.498 1.381.437 1.621.899 7 ADES 476.638 502.524 578.784 669.725 8 MBTO 717.788 641.285 671.399 694.783 9 STTP 1.283.736 1.694.935 2.170.464 2.544.278 10 ULTJ 2.809.851 3.460.231 3.916.789 4.393.933 Sumber : data diolah dari www.idx.co.id, 2016 Berdasarkan tabel 2.3 dapat diketahui penjualan bersih yang dimiliki beberapa Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 cenderung mengalami kenaikan. Hanya terdapat satu perusahaan yang mengalami penurunan penjualan bersih setiap tahunnya. Data dari ketiga tabel di atas mengenai modal kerja beberapa perusahaan terus mengalami peningkatan dan penurunan namun ada pula yang fluktuatif. Begitu pula halnya dengan penjualan bersih dan laba bersih

7 bahkan ada perusahaan yang justru mengalami kerugian. Oleh karena itu, setiap perusahaan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya termasuk piutang, kas dan juga persediaannya. Selain dari fenomena di atas terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi, Suwendra, dan Yudiatmaja (2016), menyimpulkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan memiliki pengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama atau simultan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2014. Penelitian kedua yaitu dilakukan oleh Mulatsih (2014), menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat perputaran piutang, tingkat perputaran modal kerja, dan tingkat perputaran kas terhadap profitabilitas ekonomi pada perusahaan industri sektor kimia yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2010-2012. Selain dari fenomena dan penelitian di atas yang menjadi alasan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perputaran piutang, perputaran kas, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas yang diukur menggunakan return on asset (ROA). Serta untuk mengetahui debt to total asset ratio (DAR) memoderasi hubungan antara perputaran piutang, perputaran kas, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas (ROA) pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015.

8 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas? 2. Bagaimana pengaruh perputaran kas terhadap profitabilitas? 3. Bagaimana pengaruhperputaran persediaan terhadap profitabilitas? 4. Bagaimana pengaruh debt to total asset ratio (DAR) terhadap profitabilitas? 5. Bagaimana pengaruh debt to total asset ratio (DAR) sebagai variabel moderating terhadap hubungan antara perputaran piutang, perputaran kas, dan perputaran persediaan dengan profitabilitas? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas. 2. Untuk mengetahui pengaruh perputaran kas terhadap profitabilitas 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perputaran persediaan terhadap profitabilitas 4. Untuk mengetahui pengaruh debt to total asset ratio (DAR) terhadap profitabilitas

9 5. Untuk mengetahui pengaruh debt to total asset ratio (DAR) sebagai variabel moderating terhadap hubungan antara perputaran piutang, perputaran kas, dan perputaran persediaan dengan profitabilitas 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak lain. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini dijadikan sebagai informasi tambahan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan modal kerja khususnya piutang, kas, dan persediaan. 2. Bagi Universitas Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai tambahan koleksi perpustakaan dan referensi dengan topik tentang perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas perusahaan dengan debt to to total asset (DAR) sebagai variabel moderating. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan acuan untuk penelitian selanjutnya tentang pengaruh perputaran piutang, perputaran kas, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas perusahaan dengan debt to to total asset ratio (DAR) sebagai variabel moderating.

10 4. Bagi Peneliti Untuk dijadikan penambah pengetahuan dan pengembangan wawasan tentang analisis yang dilakukan dalam penelitian ini.