STUDI PENANGANAN BANJIR SUNGAI SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

OPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

ANALISIS VOLUME TAMPUNGAN KOLAM RETENSI DAS DELI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN BANJIR KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena curah hujan dan kejadian banjir di Kota Denpasar akhirakhir

PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

Pengendalian Banjir Sungai

KAJIAN PENGARUH PENGALIHAN ALIRAN DARI STADION UTAMA TERHADAP GENANGAN TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI

BAB I PENDAHULUAN ARHAM BAHTIAR A L2A PRIYO HADI WIBOWO L2A

BAB V RENCANA PENANGANAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

KAJIAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) UNTUK NORMALISASI SUNGAI MENDOL KECAMATAN KUALA KAMPAR KABUPATEN PELALAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Abstract. misbehavior. Floods of Kaligarang were happened because of clogged up-drainage, lack of people s

BAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN PENGENDALIAN BANJIR KALI BANGILTAK DAN KALI WRATI DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN NORMALISASI TUGAS AKHIR

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

Oleh : Maizir. Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang. Abstrak

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. juga tidak luput dari terjadinya bencana alam, mulai dari gempa bumi, banjir,

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

STUDI KELAYAKAN SALURAN DRAINASE JALAN SULTAN KAHARUDDIN KM. 02 KABUPATEN SUMBAWA. Oleh : Ady Purnama, Dini Eka Saputri

STUDI PENGENDALIAN BANJIR KOTA TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI DAPUR / OTIK SEHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN KOTA LAMONGAN

TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

ABSTRAK Faris Afif.O,

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

KAJIAN PENGENDALIAN BANJIR DI KECAMATAN ILIR TIMUR I PALEMBANG. Zainuddin

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG

Transkripsi:

STUDI PENANGANAN BANJIR SUNGAI SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR Daru Purbaningtyas 1 1 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda Jl. Dr. Ciptomangunkusumo Kampus Gn. Lipan P.O Box 1341 Samarinda 751341 Email : daru.purbaningtyas@yahoo.com Abstrak Sungai Samboja merupakan salah satu sungai di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur yang mempunyai panjang kurang lebih 31 km serta luas daerah tangkapan air yang mencapai 430 km 2. Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Samboja telah mengalami perubahan, antara lain disebabkan oleh kegiatan manusia yang bermukim di sekitarnya, kegiatan penambangan, penyempitan alur akibat pembangunan jembatan dan sebagainya. Banjir di DPS Samboja merupakan mekanisme alam yang terjadi pada rawa-rawa di wilayah ini. Tujuan studi ini adalah untuk melihat korelasi/hubungan antara perencanaan dan pelaksanaan yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan.sehingga diharapkan dapat memberikan beberapa alternatif penanganan banjir yang dapat dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir kejadian banjir di Kecamatan Samboja.Studi ini dimulai dengan survey lapangan untuk memperoleh kondisi eksisting sungai dan saluran serta daerah sekitar kemudian dilanjutkan dengan analisa debit banjir serta genangan yang terjadi. Hasil studi menunjukkan bahwa dimensi Sungai Serayu (Saluran S), beresiko menimbulkan genangan setinggi±40 cm dengan jarak pengaruh genangan mencapai 90 m di kanan dan kiri sungai. Resiko genangan setinggi ± 10 cm dapat terjadi di Sungai Seluang yaitu bagian hilir pertemuan Saluran G dan H. Saluran tersebut sebaiknya diberi perkuatan dari bahan pasangan batu (revetment) karena kecepatan aliran yang terjadi cukup besar. Tindakan yang perlu dilakukan untuk meminimalisir peluang banjir di DPS Samboja ini adalah dengan memanfaatkan kolam bekasgalian tambang di bagian hulu sebagai kolam tampungan sementara atau kolam retensi (retarding basin) yang dilengkapi tanggul dan pengaturan keluaran airnya menuju sungai terdekat. Selain itu, perlu menjaga kelestarian lingkungan dengan melakukan penghijauan, penyadaran masyarakat tentang batas kepemilikan sungai sehingga kegiatan masyarakat tidak mengurangi atau mengganggu daerah pengaliran sungai serta larangan membuang sampah di sungai/saluran. Kata Kunci : Banjir, DPS Samboja, Penanganan Pendahuluan Sungai Samboja merupakan salah satu sungai di Kabupaten Kutai Kartanegara yang mempunyai panjang kurang lebih 31,00 km serta luas daerah tangkapan air yang cukup luas mencapai 430 km 2. Hulu-hulu sungainya berada di kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Suharto sehingga tidak terdapat sungai yang cukup besar tetapi terdapat sungai-sungai kecil dengan sistem aliran intermitten sehingga sungai-sungai tersebut hanya berair pada waktu musim hujan.seiring berjalannya waktu, Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Samboja mengalami perubahan antara lain disebabkan oleh kegiatan manusia yang bermukim di sekitarnya, kegiatan penambangan, penyempitan alur akibat pembangunan jembatan dan sebagainya. Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Samboja secara geografis terletak di daerah khatulistiwa dan berada pada posisi antara 116 o 50 117 o 14 bujur timur (BT) dan 0 o 52 LS 1 o 08 lintang selatan (LS) dengan luas wilayah 1.045,90 Km 2. Wilayahnya terdiri atas dua puluh satu (21) Desa/ Kelurahan yaitu: Sei Merdeka, Salok Api Darat, Tani Bakti, Salok Api Laut, Ambarawang Darat, Argosari, Ambarawang Laut, Margomulyo, Karya Jaya, Tanjung Harapan, Wonotirto, Sungai Seluang, Bukit Raya, Beringin Agung, Samboja Kuala, Sanipah, Handil Baru, Muara Sembilang, Bukit Merdeka, Karya Merdeka, Teluk Pemedas. Sedangkan letak Kantor Kecamatan Samboja berada di Ibu Kota Kecamatan tepatnya di Samboja Kuala. (Kutai Kartanegara dalam Angka Tahun 2014) Banjir di DAS Samboja merupakan mekanisme alam yang terjadi pada rawa-rawa di wilayah ini. Pada bulan Juli 2012 terjadi banjir besar yang menggenangi perkampungan penduduk ± 0,5 meter.teridentifikasi 3 lokasi banjir yaitu: (1) Banjir di Sungai Merdeka (Rawa Merdeka), (2) Banjir di Sungai Seluang dan Desa Wonotirto, (3) Banjir H-183

di Sungai Hitam Kuala Samboja. Sungai-sungai yang dilalui banjir meliputi : Sungai Harjomulyo, sungai Rawa Merdeka, Sungai Bulu, Sungai Seiluang, Sungai Serayu, Sungai Hitam dan Sungai Kuala Samboja. Studi ini dilakukan untuk melihat korelasi/hubungan antara perencanaan dan pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi di lapangan sehingga dapat memberikan beberapa alternatif penanganan banjir yang dapat dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir kejadian banjir di Kecamatan Samboja. Pengembangan Model Pengendalian banjir merupakan suatu hal yang kompleks. Disiplinilmuteknikyang terkait antara lain hidrologi, hidrolika, erosi DAS, teknik sungai, morfologi d a n sedimentasi sungai, rekayasa sistem pengendalian banjir, sistem drainase kota, bangunan air dan lain-lain. Selain itu, program pengendalian banjir juga tergantung dari aspek lainnya yaitu aspek sosial, ekonomi, lingkungan,institusi, kelembagaan, hukum dan lainnya. Ada empat strategi dasar untuk pengelolaan daerah banjir menurut Grigg(1996): 1. Modifikasi kerentanan dan kerugianbanjir(penentuan zona atau pengaturan tataguna lahan) 2. Modifikasi banjir yang terjadi(pengurangan) dengan bangunan pengontrol(waduk atau normalisasi sungai) 3. Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknikmitigasi seperti penghindaran banjir(floodproofing) 4. Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk divaga kelestariannya seperti penghijauan. Kegiatan penanggulangan banjir dengan bangunan/struktur pada umumnya mencakup kegiatan sebagai berikut: a. Perbaikan sungai atau pembuatan tanggul banjir untuk m engurangi besarnya resiko banjir di sungai. b. Pembuatan saluran (floodway) untuk mengalirkan sebagian atau seluruh air di sungai. c. Pengaturan sistem untuk mengurangi debit puncak banjir, dengan bangunan seperti bendungan, kolam retensi dan lain-lain Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis bangunan pengendali banjir adalah: pengaruh regim sungai terutama erosi dan sedimentasi dan hubungannya dengan biaya pemeliharaan; kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis; pengaruh bangunan tarhadap lingkungan, dan pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah hilirnya. Gambar 1 Lokasi Studi Keempat strategi dasar pengelolaan banjir di atas akan diterapkan pada ketiga lokasi banjir di Daerah Pengaliran Sungai Samboja, pada Gambar 1 di atas, melalui tahapan berikut: 1. Pengambilan data primer dan sekunder meliputi data fisik dan pengaliran sungai meliputi pengukuran profil melintang, profil memanjang, bekas banjir dan pengukuran kecepatan aliran, data hujan, topografi, tata guna lahan dan pasang surut. 2. Pengolahan data curah hujan dan analisis hidrolika aliran tiap-tiap segmen/saluran. 3. Pembahasan dan solusi yang diusulkan. H-184

Areal Tambang Batu Bara ex Tambang ex Tambang BM. 2A X = + 510 621.659 Y = + 9 888 031.746 Z = + 3.841 BM. 1A X = + 510 647.000 Y = + 9 888 022.000 Z = + 4.656 BM - 01 X = + 512 141.000 Y = + 9 885 966.000 Z = + 2.716 BM - 02 X = + 512 095.942 Y = + 9 885 917.024 Z = + 2.652 BM - 03 X = + 512 058.065 Y = +9 885 851.476 Z = + 2.844 P INTU AIR SUNGAI K. SAMBOJA Seminar Nasional Teknik Sipil V Tahun 2015 UMS ISSN : 2459-9727 Data hujan yang digunakan adalah data hujan Stasiun Samboja mulai tahun 2002 sampai 2014. Analisis frekuensi data hujan dilakukan untuk memperoleh besar hujan rancangan. Kemudian diaplikasikan pada luasan daerah tangkapan masing-masing sungai untuk menghasilkan besaran debit banjir yang dihitung dengan metode Nakayasu. Topografi wilayah sebagian besar bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan landai sampai curam. Daerah dengan kemiringan datar sampai landai terdapat di beberapa bagian yaitu wilayah pantai dan DAS Mahakam. Pada wilayah pedalaman dan perbatasan pada umumnya merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian 500-2000 m dpl. Wilayah Kecamatan Samboja termasuk dalam kelompok ketinggian antara 0-10 meter dari permukaan laut. Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Samboja ditampilkan dalam Gambar 2 di bawah ini. S. Merdeka S. Samboja S. Seluang S. Lempahung S. Samboja S. Serayu Gambar 2 Daerah Pengaliran Sungai Samboja Hasil dan Pembahasan Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Samboja lebih jelasnya disajikan dalam skema berikut ini: H-185

-1.700 +8.600 +0.776 +1.591 +1.546 +6.054 +8.700 +6.258 +5.939 +7.004 +6.467 +1.750 Seminar Nasional Teknik Sipil V Tahun 2015 UMS ISSN : 2459-9727 R RENCANA WADUK MERDEKA WADUK SAMBOJA +6.355 S. MERDEKA -L = 3371 S.SERAYU DAS KARYA JAYA -0.050 +14.560 +14.760 G +7.360 +1.060 H +7.560 L +4.932 +6.500 S.SAMBOJA -L = 15638 DAS SELUANG WONOTIRTO N A -0.850-1.750 +1.200 +1.950 +0.815-3.700 B C J TJ.HARAPAN S +1.689 +1.106 E K -2.687 +0.651-4.627 L A U T Gambar 3 Skema Jaringan Sungai Samboja Debit banjir rancangan masing-masing saluran/sungai menghasilkan besaran dimensi yang diperlukan sebagai berikut: Tabel 1 Debit banjir dan dimensi sungai yang diperlukan No. Notasi Nama Panjang (m) Debit (m 3 /s) B (m) h (m) V (m/s) S 1 S SERAYU 3123 183,87 33,0 3,50 1,44 0,0003 2 A HITAM 2656 114,99 20,0 3,55 1,38 0,0003 3 K SAMBOJA 4633 630,10 40,0 6,50 2,08 0,0002 4 B SAL. DESA 2745 2,30 4,0 1,00 0,46 0,0002 5 C SAL. DESA 1304 0,36 2,0 0,50 0,29 0,0002 6 E SAL. DESA 1249 0,57 2,0 0,65 0,33 0,0002 7 J SAL. DESA 1431 3,21 3,0 1,40 0,52 0,0002 8 G SEILUANG 4500 22,78 3,0 1,94 2,38 0,0030 9 H SEILUANG 2400 22,78 3,0 1,94 2,38 0,0030 10 L SEILUANG 2100 3,19 2,0 0,80 1,42 0,0002 11 M RAWAGUNA 623 14,87 8,15 2,00 0,73 0,0002 12 N SERAYU 1000 183,87 30,0 2,75 2,03 0,0008 13 R HARJOMULYO 1272 168,75 15,0 3,00 3,12 0,0020 Adapun dimensi yang ada di lapangan sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 2 Dimensi sungai eksisting No. Notasi Nama Panjang (m) Desa/Kelurahan Debit (m 3 /s) B (m) h (m) S 1 S SERAYU 3123 Tanjung Harapan 183,87 18,00 3,50 0,0003 2 A HITAM 2656 Kampung Lama 114,99 20,00 3,55 0,0003 3 K SAMBOJA 4633 Kuala 630,10 40,00 6,50 0,0002 H-186

4 B SAL. DESA 2745 Tanjung Harapan 2,30 4,00 1,00 0,0002 5 C SAL. DESA 1304 Tanjung Harapan 0,36 2,00 0,50 0,0002 6 E SAL. DESA 1249 Tanjung Harapan 0,57 2,00 0,65 0,0002 7 J SAL. DESA 1431 Kampung Lama 3,21 3,00 1,40 0,0002 8 G SEILUANG 4500 Seiluang 22,78 3,00 1,94 0,0030 9 H SEILUANG 2400 Seiluang 22,78 3,00 1,94 0,0030 10 L SEILUANG 2100 Wonotirto 3,19 2,00 0,80 0,0002 11 M RAWAGUNA 623 Rawaguna 14,87 8,15 2,00 0,0002 12 N SERAYU 1000 Rawaguna 183,87 30,00 2,75 0,0008 13 R HARJOMULYO 1272 Margomulyo 168,75 15,00 3,00 0,0020 Terlihat adanya perbedaan dimensi terutama lebar saluran yang diperlukan dengan lebar saluran yang ada. Perbedaan ukuran ini menghasilkan ketinggian saluran perlu dan kecepatan aliran yang terjadi seperti ditampilkan dalam Tabel 3. Harga kedalaman saluran h perlu dan kecepatan v yang ditampilkan dalam tabel adalah pendekatan nilai yang akan terjadi apabila dimensi lebar, kemiringan saluran dan kekasaran bahan saluran tetap dipertahankan. Kecepatan banjir yang terjadi pada saluran N, A, K, g, H, L, N dan R cukup besar sehingga apabila dimensi lebar dan kedalaman saluran tetap dilaksanakan sesuai ukuran yang ada saat ini maka perlu perkuatan bahan salurannya atau dengan menaikkan nilai kekasaran saluran. Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan dinding pasangan batu, atau perkuatan tebing sungai dengan revetment, bronjong atau cara alami dengan penanaman rumput. Penambahan kedalaman saluran karena perubahan lebar saluran terjadi di Sungai Serayu (saluran S). Selisih kedalaman pelaksanaan dengan kedalaman yang diperlukan sebesar 2,17 m di badan sungai sehingga kelebihan air akan melimpas ke sisi kanan kiri sungai. Tabel 3 Kecepatan aliran pada kondisi eksisting Debit B h riil h perlu koefisien No. Notasi Nama (m 3 v (m/s) /s) (m) (m) (m) Manning, n 1 S SERAYU 183,87 18,0 3,50 5,67 0,0110 2,496 2 A HITAM 114,99 20,0 3,55 3,55 0,0203 1,984 3 K SAMBOJA 630,10 40,0 6,50 6,50 0,0168 2,923 4 B SAL. DESA 2,30 4,0 1,00 1,00 0,0188 0,754 5 C SAL. DESA 0,36 2,0 0,50 0,50 0,0189 0,471 6 E SAL. DESA 0,57 2,0 0,65 0,65 0,0173 0,612 7 J SAL. DESA 3,21 3,0 1,40 1,40 0,0149 1,186 8 G SEILUANG 22,78 3,0 1,94 1,94 0,0125 6,806 9 H SEILUANG 22,78 3,0 1,94 1,94 0,0125 6,806 10 L SEILUANG 3,19 2,0 0,80 0,80 0,0041 2,954 11 M RAWAGUNA 14,87 8,2 2,00 2,00 0,0189 1,191 12 N SERAYU 183,87 30,0 2,75 2,75 0,0223 2,494 13 R HARJOMULYO 168,75 15,0 3,00 3,00 0,0198 4,693 Berdasarkan data elevasi skema jaringan dan peta situasi banjir dapat diprediksi genangan banjir yang terjadi. Perhitungan tinggi genangan secara pendekatan matematis sebagai berikut : Selisih elevasi hulu dan hilir saluran S = 2,687-1,750 = 0,937 m Panjang saluran S = 3123 m Kemiringan memanjang tepi sungai = 0,937/3123 = 0,0003 Lebar saluran S = 18 m H-187

Tinggi limpasan di hilir saluran S = 2,17 m Tinggi limpasan di hulu S = 1,233 m Volume genangan sepanjang saluran S = ½(1,233+2,17)*3123*18= 95648,121 m 3 Jarak terdekat saluran S ke saluran B = 852 m Selisih elevasi antara saluran S dan saluran B = 1,591- -2,687 = 4,278 m Didapat kemiringan lahan antar kedua saluran = 4,278/852 = 0,00502 Diasumsikan kemiringan pada sisi kanan saluran S sama dengan kemiringan sisi kiri tersebut sehingga tinggi genangan dan volume genangan ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 4 Tinggi dan volume genangan Saluran S Tinggi genangan (m) Lebar pengaruh (m) Volume genangan (m 3 ) 0,25 49,80 52935,472 0,30 59,76 72854,240 0,40 79,68 122023,449 0,45 89,64 151273,890 0,50 99,60 183634,888 Perhitungan tersebut tidak memasukkan pengaruh perbedaan elevasi hulu dan hilir sungai serta pengaruh hambatan aliran seperti pemukiman, pepohonan dan sebagainya. Volume genangan yang dihasilkan merupakan nilai pendekatan sehingga volume genangan sebesar 95648,121 m 3 pada perhitungan sebelumnya lebih mendekati untuk tinggi genangan 0,4 m. Lebar pengaruh yang dimaksud dalam tabel tersebut adalah jarak di kanan dan kiri dari sungai yang mendapat pengaruh genangan (banjir). Nilai inipun tidak memasukkan pengaruh pemanfaatan lahan sekitar atau dengan kata lain tidak ada hambatan aliran. Berdasarkan analisa hasil perhitungan dan kondisi di lapangan untuk Sungai Seluang (saluran G, H, L) diperoleh bahwa debit banjir yang cukup besar masih dapat ditampung oleh saluran G dan H di bagian hulu, namun lebih baiknya dilakukan perkuatan tebing saluran karena kecepatan aliran yang cukup besar. Kedalaman saluran yang diperlukan dan kecepatan yang terjadi disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 5 Dimensi dan kecepatan perlu Saluran G, H dan L Q (m 3 /s) n S b (m) d (m) v (m/s) 22,780 0,02 0,003 6 1,421 2,673 22,780 0,02 0,003 4 2,059 2,765 22,780 0,02 0,003 8 1,131 2,518 Ketika Saluran G dan Saluran H kemudian bertemu di bagian hilir, maka dimensi saluran yang ada kurang memenuhi akan terjadi limpasan ± 10 cm di sekitar saluran. Kondisi saluran juga memerlukan perkuatan. Selain itu perlu diperhatikan cara peralihan saluran dari dua saluran menjadi satu saluran agar tidak terjadi penggerusan di bagian luar belokan dan sedimentasi di bagian dalam belokan. Hal ini terkait erat dengan pemeliharaan saluran. Kesimpulan Berdasarkan analisis hidrologi dan hidraulika maka dapat disimpulkan: 1. Berdasarkan nilai debit perencanaan tersebut diperoleh dimensi beberapa saluran yang dilaksanakan belum mencukupi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kecepatan aliran yang melebihi batas kecepatan ijin untuk bahan saluran yang ada. Kondisi ini perlu diatasi dengan menambahkan perkuatan tebing sungai/saluran dengan pasangan batu, revetment atau cara alamiah dengan penanaman gebalan rumput pada tebing saluran atau penanaman pohon di tepi sungai. 2. Perbedaan ukuran lebar saluran pada Sungai Serayu (saluran S), beresiko menimbulkan genangan di sekitarnya. Ketinggian genangan yang mungkin terjadi berkisar 40 cm dengan jarak pengaruh genangan mencapai 90 m di kanan dan kiri sungai. H-188

3. Dimensi saluran yang adadi bagian hilir dari pertemuan Saluran G dan Saluran H kurang mencukupi sehingga berpeluang terjadi limpasan setinggi ± 10 cm di sekitar saluran. 4. Hasil perhitungan di atas berdasarkan data debit banjir rencana. Debit banjir adalah debit yang akan terjadi hanya sesekali saja. Selain itu penambahan lebar, kedalaman, tanggul atau perubahan kemiringan dasar sungai perlu mempertimbangkan sifat natural sungai yang dapat menyeimbangkan dirinya sendiri. Sungai yang diperlebar atau diperdalam akan cenderung mendangkal akibat sedimentasi. 5. Kenyataan yang terjadi di lapangan, banjir besar sebelumnya terjadi akibat musim penghujan dan jebolnya tanggul bekas galian tambang. Sementara setelah adanya pelebaran dan penggalian sungai/ saluran, genangan yang terjadi belum pernah melebihi tanggul sungai bahkan hanya terisi air maksimal ¾ nya. 6. Apabila dimensi pelaksanaan yang ada tetap dipertahankan, maka sebaiknya memanfaatkan kolam bekas galian tambang sebagai kolam tampungan sementara (retarding basin) dilengkapi tanggul dengan pengaturan keluaran airnya menuju sungai terdekat. 7. Menjaga kelestarian lingkungan dengan penghijauan, penyadaran masyarakat tentang batas kepemilikan sungai sehingga kegiatan masyarakat tidak mengurangi atau mengganggu daerah pengaliran sungai serta larangan membuang sampah di sungai/saluran. Daftar Pustaka Chow.V.T., (1992), HidrolikaSaluran Terbuka, Terjemahan, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta. Grigg, N. S., (1996), Water Resources Management: Principles, Regulations and Cases, Mc.Graw-Hill, New York http/: kukarkab.bps.go.id/ hal:publikasi_detil&id=4 Soemarto, C.D., (1987), HidrologiTeknik, Usaha Nasional, Surabaya. Brotowiryatmo, S. H.,(1993), AnalisisHidrologi, PT.GramediaPustakaUtama, Jakarta. Suripin,(2003), Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi Offset, Yogyakarta. H-189