BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. sel tubuh normal mengadakan mutasi menjadi sel kanker yang kemudian. Penyakit kanker saat ini sudah merupakan masalah kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGARUH KEMOTERAPI TERHADAP ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI PENDERITA KANKER NASOFARING DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

PENGARUH KEMOTERAPI TERHADAP ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI PENDERITA KANKER NASOFARING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Sartono, SKM, M.Kes, Terati, SKM, M.Si, Yunita Nazarena, S.Gz Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Palembang Kemenkes RI. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kranial klavikula, kecuali kanker otak dan sumsum tulang belakang. KKL

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN KANKER NASOFARING YANG MENDAPAT KEMOTERAPI RAWAT INAP DI RSUD DR.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

GIZI DAN KANKER. Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker kepala dan leher merupakan salah satu tumor ganas yang banyak

ARTIKEL ASLI PENURUNAN STATUS GIZI PASIEN KARSINOMA NASOFARING SETELAH RADIOTERAPI DENGAN COBALT - 60 DI RSUP SANGLAH


PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh melampaui batas normal yang kemudian dapat menyerang semua

BAB I PENDAHULUAN. lain. Secara global, berdasarkan data yang diperoleh oleh World Cancer Research

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kesengsaraan pada manusia. Di negara negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

METODE PENELITIAN. n =

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang berasal dari sel epitel yang melapisi daerah nasofaring (bagian. atas tenggorok di belakang hidung) (KPKN, 2015).

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kata kanker berasal dari kata Yunani, karnikos, yang berarti udang-karang dan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Epstein-Barr Virus (EBV) menginfeksi lebih dari. 90% populasi dunia. Di negara berkembang, infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menular. Menurut Depkes RI, 2003 (dalam Tanjung 2012) Pada akhir abad 20

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organ tubuh timbul dan berkembang biak sel-sel baru yang. dan fungsi organ asalnya (Dalimartha, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER NASOFARING YANG MENDAPATKAN KEMOTERAPI DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal), menyerang jaringan biologis didekatnya dan bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metasis (Apriyanti, 2012). Kanker Nasofaring (KNF) merupakan kanker yang muncul pada daerah area atas tenggorok dan di belakang hidung. Kanker Nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai diantara tumor ganas Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT) lainnya yang ada di Indonesia. Kanker nasofaring terutama ditemukan pada pria usia produktif (perbandingan pasien pria dan perempuan adalah 2,18 : 1) (POI, 2010). Penyakit kanker saat ini sudah menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Diperkirakan prevalensi penyakit kanker semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut angka kejadiannya kanker nasofaring termasuk salah satu jenis keganasan kanker yang sering ditemukan, berada pada urutan ke- 4 kanker terbanyak di Indonesia setelah kanker leher rahim, kanker payudara dan kanker paru (POI, 2010). Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan kanker nasofaring, kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan sinus paranasal 18%, laring 16% dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah (Soepardi et al, 2012). 1

Faktor resiko penyebab kanker nasofaring ialah kurangnya konsumsi buah dan sayuran segar yang banyak mengandung karoten, vitamin E atau C dan mineral yang bersifat sebagai anti oksidan sehingga mampu menangkal radikal bebas dan mencegah terbentuknya senyawa nitrosamin yang bersifat karsinogenik pencetus kanker nasofaring. Merokok, asap, debu, adanya riwayat penyakit infeksi kronik telinga, hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan termasuk faktor resiko lain terjadinya kanker nasofaring (Chang cit Ariwibowo, 2013). Keterlambatan diagnosis kanker nasofaring sering terjadi sehingga banyak ditemukan telah mengalami metastasis membentuk benjolan di leher. Esofagus yang merupakan organ pencernaan terletak di leher dapat terganggu fungsinya akibat kanker nasofaring yang telah mengalami metastasis membentuk benjolan dileher yang semakin membesar dan menekan esofagus serta dapat mengakibatkan kesulitan menelan (disfagia), sehingga mempengaruhi asupan makan secara oral menjadi defisit secara tidak langsung dapat mempengaruhi status gizi. Belum mendapatkan penanganan yang tepat dan dibiarkan secara berkelanjutan hal tersebut dapat mengakibatkan kematian (Iskandar et al, 1989). Penyakit kanker dapat menyebabkan dampak bagi status gizi tidak hanya sel kanker yang mengambil zat gizi dari tubuh pasien, tapi pengobatan dan akibat fisiologis dari kanker dimana dapat mengganggu dalam mempertahankan status gizi. Sekitar 70% dari individu dengan kanker mengalami tidak suka terhadap makanan tertentu karena perubahan pengecapan terhadap beberapa komponen bau dan rasa akibat dampak dari terapi pengobatan kanker (Moore, 1997). 2

Berbagai jenis metode pengobatan yang digunakan untuk terapi kanker memiliki efek samping dari metode pengobatan tersebut diantaranya yakni efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan metode kemoterapi secara langsung terjadi 24 jam berupa mual dan muntah yang hebat, disebabkan oleh zat anti-tumor (kemoterapi) mempengaruhi hipotalamus dan kemoreseptor otak untuk mengalami mual dan muntah, sehingga dapat mempengaruhi asupan makan penderita kanker (Aziz et al, 2010). Terapi terhadap penyakit kanker juga berpengaruh terhadap status gizi penderita kanker, suatu penelitian didapat lebih dari 40% penderita kanker yang mendapat terapi mengalami malnutrisi (Maskoep, 2008). Pada pengobatan kanker dengan menggunakan kemoterapi, selain menghancurkan sel kanker, kemoterapi juga dapat merusak sel normal dan sehat, terutama sel sehat dalam lapisan mulut dan sistem gastrointestinal menyebab peradangan pada selaput lendir (membran mukosa) yang melapisi saluran pencernaan, nyeri, penurunan sekresi kelenjar ludah, menekan sensasi rasa dan kerusakan gigi, anoreksia (penurunan nafsu makan), konstipasi (kesulitan buang air besar) dan diare (Kelvin dan Tyson, 2011). Hal tersebut dapat mengurangi asupan makan secara oral yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, mudah terkena infeksi dan penurunan status gizi secara tidak langsung (Aziz et al, 2010). Pada saat tubuh mendapatkan kemoterapi, terjadi cedera pada DNA. Tubuh melalui sistem imunitas secara alamiah akan melakukan penyembuhan pada DNA yang mengalami cedera. Penyembuhan DNA oleh sistem imunitas tubuh mengaktivakan sitokin yang memiliki efek samping 3

salah satunya yakni penurunan nafsu makan (anoreksia) pada penderita sehingga mempengaruhi status gizi pasien (Wilkes, 2000). Menurut Sudiasa et al (2012) dalam jurnal Reduction of Nutrien Status Nasopharingeal Cancer Patiens After Radiotherapy with Cobalt - 60 in Sanglah Hospital menyebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat berpengaruh pada status gizi penderita kanker yakni adanya mual, muntah, anoreksia (kehilangan nafsu makan) dan kaheksia (sindrom yang ditandai oleh hilangnya berat badan yang tidak diharapkan dengan cepat. Ditandai dengan kehilangan nafsu makan (anoreksia), cepat kenyang, penurunan berat badan, anemia, lemah, kehilangan massa otot) (Moore, 1997). Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa terdapat penurunan bermakna (P<0,05) status gizi pasien kanker nasofaring setelah menjalani radioterapi dengan cobalt-60 yaitu dari 59,01 kg menjadi 52,51 kg dengan rata-rata IMT sebelum terapi 22,42 kg/m 2 dan setelah terapi 19,59 kg/m 2. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh pengobatan kanker yang menimbulkan anoreksia (kehilangan nafsu makan) sehingga terjadi penurunan status gizi pada penderita kanker nasofaring (Sudiasa et al, 2012). Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis RSUD Dr.Moewardi di Surakarta, pada tahun 2013 jumlah pasien kanker nasofaring di RSUD Dr. Moewardi yang menjalani rawat inap sebanyak 263 pasien (0.5%), dengan rata-rata per bulan 22 pasien (8,37%). Berdasarkan data rekam medik pada tahun 2014 juga diketahui bahwa jumlah pasien dengan penyakit kanker nasofaring yang menjalani rawat inap di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 pada bulan Januari sampai bulan April sebanyak 169 pasien (0,35%) dengan rata-rata per bulan 42 pasien (24,85%). 4

Dari permasalahan ini penulis tertarik untuk mengambil penelitian tentang pengaruh kemoterapi terhadap asupan makan dan status gizi penderita kanker nasofaring di ruang rawat inap RSUD DR. Moewardi di Surakarta. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh kemoterapi terhadap asupan makan dan status gizi penderita kanker nasofaring di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi di Surakarta?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh kemoterapi terhadap asupan makan dan status gizi penderita kanker nasofaring di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan asupan makan pasien kanker nasofaring di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. b. Mendeskripsikan status gizi pasien kanker nasofaring di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. c. Menganalisis pengaruh kemoterapi terhadap asupan makan pada pasien kanker nesofaring di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. 5

d. Menganalisis pengaruh kemoterapi terhadap status gizi pasien kanker nasofaring di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Instalasi Gizi di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta, dapat memberikan masukan dalam hal hubungan antara pengaruh kemoterapi terhadap asupan makan dan status gizi penderita kanker nasofaring di ruang rawat inap RSUD Dr. Moewardi di Surakarta, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pemberian konseling ke penderita kanker nasofaring. 2. Bagi Akademisi atau Mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian mengenai kanker nasofaring. 3. Bagi Pasien Kanker Nasofaring, dapat memberikan wawasan dan menambah informasi kepada pasien kanker nasofaring akan pengaruh kemoterapi terhadap asupan makan dan status gizi. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai variabel bebas yaitu pengaruh kemoterapi, sedangkan variabel terikat yaitu asupan makan dan status gizi. 6