TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER BER- DASARKAN KARAKTERISTIK PASIEN DI POLIKLINIK JANTUNG RUMAH SAKIT AL-ISLAM BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

TINGKAT KECEMASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. SOESELO SLAWI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, UN PGRI Kediri.

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Kecamatan

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

KETERKAITAN LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

Evangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI BEDAH MAYOR

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN REMAJA KELAS VII DAN VIII YANG MENGALAMI PUBERTAS DI SMP BUDI LUHUR CIMAHI. Lela Juariah

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KLIEN TENTANG CARA PERAWATAN HIPERTENSI BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI POLIKLINIK DALAM RS RAJAWALI BANDUNG

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUANG V RUMAH SAKIT UMUMKOTA TASIKMALAYA. Ridwan Kustiawan Rani Hasriani ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

Jurnal Kesehatan Kartika 1

BUDI HARTOYO NIM G2B Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

Dedi Supriadi¹, Fauziah Rudhiati² ABSTRAK. : Cross sectional, respon penerimaan individu terhadap penyakit, kecemasan

PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN. Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo

JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016

EFEKTIFITAS PREOPERATIVE TEACHING TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERASI DI RUANG RAWAT INAP RSUD KARANGANYAR

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG ICU

HUBUNGAN PELIBATAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

BAB I PENDAHULUAN. kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu

PROFIL KECEMASAN PESERTA DIDIK DALAM MERENCANAKAN ARAH KARIR PADA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG ARTIKEL E JURNAL DORA VISIA NPM:

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

PERAN PERAWAT TERHADAP KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RS Tri Mulia Herawati 1, Sarah Faradilla 2

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSUD DR.

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA PASIEN GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

TINGKAT STRES PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM DI MAJAPAHIT WOUND CARE CENTRE MOJOKERTO MOH. SYIBRO MULIS

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KOTA KEDIRI

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

GAMBARAN SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA BALITA OVERVIEW ATTITUDE OF NURSES IN COMMUNICATION THERAPEUTIC IN CHILDREN

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

1. Bab II Landasan Teori

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR KEPATUHAN DIIT LANJUT USIA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA MARGOSARI PENGASIH KULON PROGO YOGYAKARTA

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

TRIMESTER III DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN YANG MENGALAMI CIDERA TULANG BELAKANG DI BANGSAL DAHLIA RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN KECEMASAN ORANG TUA PADA ANAK HOSPITALISASI

Transkripsi:

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER BER- DASARKAN KARAKTERISTIK PASIEN DI POLIKLINIK JANTUNG RUMAH SAKIT AL-ISLAM BANDUNG Anggi Jamiyanti, Rizki Muliani, Siti Jundiah ABSTRAK Berdasarkan data Depkes (2005), penyakit jantung koroner menempati urutan ke-5 sebagai penyebab kematian terbanyak dari seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang. Jawa barat adalah provinsi yang jumlah penderita penyakit jantung cukup banyak di Indonesia, jumlahnya adalah 7.000 orang dengan sebagian besar penderitanya adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner. Penyakit jantung koroner pada umumnya akan mengalami kondisi psikologik antara lain gangguan kecemasan. Penyakit jantung koroner itu sendiri merupakan stressor atau suatu ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya kapasitas untuk melakukan kehidupan sehari-hari Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pasien penyakit jantung koroner berdasarkan karakteristik di Poliklinik Jantung RS Al-Islam Bandung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan tehnik penarikan sampel menggunakan tehnik accidental sampling dengan jumlah responden 46 orang. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner kecemasan berdasarkan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA). Hasil penelitian didapatkan bahwa, tingkat kecemasan kecemasan yang paling banyak dialami responden adalah tingkat kecemasan berat (34,78%), sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat pada perempuan (23,91%), sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat pada usia lebih dari 61 tahun (23,91%), sebagian kecil responden yang mengalami tingkat kecemasan berat pada tingkat pendidikan menengah (19,56%), kurang dari setengahnya responden mengalami tingkat kecemasan berat pada responden yang tidak bekerja (26,08%). Diharapkan pihak RS Al-Islam Bandung meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien PJK yang mengalami tingkat kecemasan berat, dengan cara melakukan pendekatan suportif dan memberikan penjelasan tentang penyakit maupun kecemasannya, untuk meningkatkan mekanisme koping pasien. Kata kunci :, penyakit jantung koroner ABSTRACT Based on data from Department of Health (2005), coronary heart disease ranks fifth as the cause of death of all hospitals in Indonesia by 2557 the number of deaths. West Java was the province of a number of people with heart disease is pretty much in Indonesia, the numbers are 7,000 people with the majority of sufferers are coronary heart disease. Coronary heart disease is heart disease caused by narrowing of the coronary arteries. Coronary heart disease in general will experience psychological conditions such as anxiety disorders. Coronary heart disease is itself a stressor or a threat to the integrity of the person covering disability and reduced physiological capacity to perform daily living. The purpose of this study was to describe the level of anxiety in patients with coronary heart disease based on the characteristics in the Heart Hospital Polyclinic Al-Islam Bandung. This research is descriptive, with a sampling technique using accidental sampling technique with a number of respondents 46 people. Techniques of data collection is done by using a questionnaire anxiety research instrument based on Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRSA). The result showed that, the anxiety level of anxiety experienced by respondents were the most severe levels of anxiety (34.78%), a minority of respondents experiencing severe levels of anxiety in women (23.91%), a minority of respondents experiencing severe levels of anxiety at the age of 61 years (23.91%), a minority of respondents who experience severe anxiety levels at secondary education level (19.56%), less than half of the respondents experienced severe anxiety levels in those who did not work (26.08%). It is expected the RS Al-Islam Bandung improve the quality of nursing care in CHD patients who experience severe anxiety level, by supportive approach and provide an explanation of the disease and anxiety, to increase patient coping mechanisms. Keywords: Anxiety, coronary heart disease

Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September PENDAHULUAN Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya arterosklerosis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plague) pada dinding arteri koroner, baik diserrtai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun (Kabo, 2008). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK). Data WHO tahun 2011, menyatakan jumlah penderita PJK tercatat sebanyak 7 juta orang yang meninggal, tahun 2002 tercatat 7,2 juta dan tahun 2008 meningkat menjadi 7,3 juta. Angka ini akan meningkat hingga 11 juta untuk tahun 2020. Berdasarkan data Depkes (2005), penyakit jantung koroner menempati urutan ke-5 sebagai penyebab kematian terbanyak dari seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang. Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Medical Record RS Al-Islam Bandung Tahun 2011 sampai Maret, angka kunjungan pasien yang di Poliklinik Jantung selama tahun 2011 cenderung fluktuatif, dan mengalami peningkatan pada bulan Januari sampai Maret. Selain dampak fisik seperti gejala angina, PJK juga dapat menimbulkan dampak social ekonomi bagi penderitanya. Angina membatasi aktifitas normal sehari-hari sehingga ia mempunyai dampak yang negatif terhadap kualitas hidup. Menurut Parker (2004), satu tahun setelah revaskularisasi koroner, kira-kira sepertiganya tidak dapat kembali bekerja, sehingga dampak social dan ekonomi pada pasien PJK sangat besar. Pada dasarnya semua penyakit fisik akan mempengaruhi kondisi psikologik seseorang. Demikian juga penderita penyakit jantung koroner pada umumnya akan mengalami kondisi psikologik antara lain gangguan penyesuaian, kecemasan atau depresi (Hawari, 2004). Pasien dengan PJK akan disertai kecemasan dan PJK itu sendiri merupakan stressor yang menyebabkan klien merasa cemas. Selain itu, pasien PJK akan mengalami angina, dan serangan angina itu sendiri merupakan stressor atau suatu ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya kapasitas untuk melakukan kehidupan sehari-hari (Stuart & Sundeen,1998). adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2001). Menurut Achiryani (2000), kecemasan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor-faktor intrinsik antara lain : usia, jenis kelamin dan pengalaman. Sedangkan faktor ekstrinsik antara lain : pendidikan, pekerjaan dan kondisi lingkungan. Dari hasil wawancara pada bulan april dengan perawat di Poliklinik Jantung RS Al-Islam didapatkan, bahwa ada pasien PJK yang mengalami kecemasan. Hasil studi pendahuluan terhadap 10 orang pasien PJK di Poliklinik Jantung RS Al-Islam Bandung, 3 pasien menunjukan gejala kecemasan seperti sering merasa cemas dengan penyakitnya, gelisah dan tegang. Sedangkan 7 orang lainnya tidak mengalami gejala kecemasan. Maka berdasarkan fenomena masalah diatas, peneliti tertarik meneliti tentang tingkat kecemasan pada pasien penyakit jantung koroner berdasarkan karakteristik di Poliklinik Jantung RS Al-Islam Bandung. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif. Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RS Al-Islam Bandung, dari Januari 2011 sampai Maret sebanyak 1244 orang dengan rata-rata kunjungan per bulan 83 orang. Penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sampel dengan cara Convenience Sampling (accidental sampling). Dengan menggunakan rumus Slovin maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah 46 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner tingkat kecemasan yang diadaptasi dari Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dengan melakukan uji proporsi. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di RS Al-Islam Bandung Frekuensi Presentase Tidak ada 9 19,56 Ringan 7 15,21 Sedang 11 23,91 Berat 16 34,78 Berat Sekali (Panik) 3 7,14 Total 46 100 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan f % f % Total Tidak ada 6 13,04 3 6,52 9 19,56 Ringan 2 4,34 5 10,86 7 15,21 Sedang 5 10,86 6 13,04 11 23,91 Berat 5 10,86 11 23,91 16 34,78 Berat Sekali 1 2,17 2 4,34 3 7,14 Total 19 41,27 27 58,67 46 100

Anggi Jamiyanti, Pada Pasien Penyakit Jantung... Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia U s i a Total 18-40 41-60 61< f % f % f % f % Tidak ada 0 0,00 4 8,69 5 10,86 9 19,56 Ringan 0 0,00 1 2,17 6 13,04 7 15,21 Sedang 1 2,17 5 10,86 5 10,86 11 23,91 Berat 0 0,00 5 10,86 11 23,91 11 34,78 Berat Sekali 0 0,00 2 4,34 1 2,17 3 7,14 Total 1 2,17 17 36,92 28 60,84 46 100 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Total Rendah Menengah Tinggi f % f % f % f % Tidak ada 0 0.00 3 6,52 6 13,04 9 19,56 Ringan 0 0,00 4 8,69 3 6,52 7 15,21 Sedang 0 0,00 8 17,39 3 6,52 11 23,91 Berat 0 0,00 9 19,56 7 10,86 16 34,78 Berat Sekali 0 0,00 2 4,34 1 2,17 3 7,14 Total 0 0,00 26 39,1 20 39,11 46 100 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja f % f % f % Tidak ada 3 6,52 6 13,04 9 19,56 Ringan 3 6,52 4 8,69 7 15,21 Sedang 4 8,69 7 15,21 11 23,91 Berat 4 8,69 12 26,08 16 34,78 Berat Sekali 0 0,00 3 6,52 3 7,14 Total 14 30,42 32 69,58 46 100 1. Dari tabel 1 diatas menunjukan bahwa tingkat kecemasan yang paling banyak dialami responden adalah tingkat kecemasan berat, yaitu sebanyak 16 responden (34,78%). 2. Dari tabel 2 diatas menunjukan bahwa sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu pada perempuan sebanyak 11 orang (23,91%). 3. Dari tabel 3 diatas menunjukan bahwa sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu pada responden yang berusia lebih dari 61 tahun yaitu 11 responden (23,91%). 4. Dari tabel 4 diatas menunjukan bahwa, sebagian kecil responden yang mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu 9 responden (19,56%). 5. Dari tabel 5 diatas menunjukan bahwa kurang dari setengahnya responden mengalami tingkat kecemasan berat pada responden yang tidak bekerja, yaitu 12 responden (26,08%). Gambaran Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS Al-Islam Bandung Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kecemasan yang paling banyak dialami responden adalah tingkat kecemasan berat, yaitu sebanyak 16 responden (34,78%). adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, prilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batasbatas normal (Hawari, 2001). Menurut pandangan interpersoal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal yang dapat menimbulkan kecemasan spesifik, hal ini merupakan respon emosional terhadap penilaian tersebut kapasitas untuk bertahan hidup tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen,1998). Bagi kebanyakan orang, PJK adalah suatu penyakit yang amat mengkhawatirkan, dan masyarakat sadar akan besarnya potensi bahaya yang ditimbulkan. yang dialami pasien PJK akan berdampak terhadap aktivitas dan perilaku pasien. Cara, sikap atau reaksi orang dalam mengahadapi PJK, berbeda satu sama lain dan bersifat individual. Hal ini tergantung sampai berapa jauhkah kemamuan individu untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang mengancam kelangsungan hidupnya. Dalam peelitian ini kebanyakan responden mengalami kecemasan berat. Hal ini dikarenakan rendahnya penyesuaian individu terhadap kondisinya. Seperti teori diatas, bahwa kecemasan merupakan reaksi penyesuaian individu terhadap situasi yang mengancam. Untuk mengatasi kecemasan berat pada pasien PJK, maka perlu adanya pendekatan suportif. Dalam hal ini yaitu, memberikan dukungan emosi baik itu dari perawat, keluarga maupun orang terdekat. Peran keluarga bagi pasien PJK sangat penting, keluarga yang memberikan pengertian dan kooperatif dalam memberikan perawatan dan dorongan emosi, akan sangat membantu dalam penatalaksanaan kecemasan. Dalam hal respon pasien terhadap pengobatan sedikitnya ditentukan oleh keluarga dalam memberikan reaksi terhadap penyakitnya. Sedangkan peran perawat dalam mengatasi kecemasan yaitu, memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien, dan menerapkan batasan prilaku mal adaptif pasien dengan cara memberikan dukungan emosional. Sehingga dapat membantu dalam menguasai keadaan terutama dalam mekanisme koping, sehingga diharapkan pasien dapat mempunyai koping yang lebih adaptif sehingga tingkat kecemasan dapat diatasi atau diturunkan.

Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September Gambaran Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS Al-Islam Bandung Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil dari penelitian menunjukan bahwa sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu pada perempuan sebanyak 11 orang (23,91%). Jenis kelamin adalah perbedaan atas laki-laki dan perempuan. Peran jenis kelamin yaitu dengan cara dimana seseorang bertindak sebagai wanita dan pria. Para ahli teoritis pembelajaran sosial percaya bahwa masyarakat mempengaruhi prilaku wanita maupun pria, dan merupakan sumber utama feminitas dan maskulinitas (Potter and Perry, 2005). Perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Dikarenakan perempuan lebih peka terhadap emosinya, yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan cemasnya. Perbedaan ini bukan hanya dipengaruhi faktor emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kognitif. Perempuan cenderung melihat hidup atau peristiwa yang dialaminya dari segi detail, sedangkan laki-laki cara perfikirnya cenderung global atau tidak detail. Individu yang melihat lebih detail, akan mudah untuk mengalami kecemasan karena informasi yang dimiliki lebih banyak dan itu akhirnya bisa menekan perasaannya (Stuart and Laraia, 2005). Perempuan cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari pada laki-laki, keadaan ini disebabkan perempuan lebih merasakan kecemasan dalam menghadapi permasalahan yang menimpa dirinya. Hal in sesuai dengan teori diatas bahwa perempuan cenderung lebih peka dan detail dalam melihat peristiwa dalam kehidupannya. Sehingga mepempuan akan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Berdasarkan uraian diatas maka didapatkan dapat diasumsikan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien PJK. Gambaran Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS Al-Islam Bandung Berdasarkan Usia Hasil dari penelitian menunjukan bahwa sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu pada responden yang berusia lebih dari 61 tahun yaitu 11 responden (23,91%). Usia adalah waktu hidup (Kamus besar Bahasa Indonesia, 2010). Sedangkan menurut Depkes (2007), usia adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang yang dihitung sejak lahir sampai berulang tahun yang terakhir. Usia merupakan salah satu faktor internal dari faktor presipitasi yang mempengaruhi kecemasan. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa kebanyakan responden berusia lebih dari 61 tahun. Menurut Hurlock (2002), usia lebih dari 61 tahun merupakan masa lanjut usia. Gejala-gejala kecemasan yang dialami oleh lanjut usia seperti perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan terjadi, sulit tidur sepanjang malam, rasa tegang dan cepat marah, sering mengeluh akan gejala yang ringan atau khawatir terhadap penyakit yang berat, misalnya kanker yang sebenarnya tidak dideritanya, sering membayangkan hal-hal yang menakutkan, rasa panik terhadap masalah yang ringan (Maryam dkk., 2008). pada lansia adalah hal yang paling sering terjadi. Sebagian besar lansia mengalami kecemasan seiring dengan bertambahnya usia. Usia lanjut dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan berbagai penderitaan seperti beberapa penyakit dan keudzuran serta kesadaran bahwa setiap orang akan mati, maka kecemasan akan kematian menjadi masalah psikologis yang penting pada lansia, khususnya lansia yang mengalami penyakit kronis. (Nugroho, 2000). akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian itu sendiri, dan dapat pula berkaitan dengan caranya kematian serta rasa sakit atau siksaan yang mungkin menyertai datangnya kematian. Namun, ada bentuk kecemasan spesifikasi yang didasarkan pada usia individu. Umumnya, kecemasan ini merupakan suatu pikiran yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, rasa tidak tenang, dan perasaan yang tidak baik atau tidak enak yang tidak dapat dihindari oleh seseorang (Hurlock, 2002). lansia yang mengalami penyakit kronis dalam menghadapi kematian diantaranya adalah terjadinya perubahan yang drastis dari kondisi fisiknya yang menyebabkan timbulnya penyakit tertentu dan menimbulkan kecemasan seperti gangguan penceranaan, detak jantung bertambah cepat berdebar-debar akibatdari penyakit yang dideritanya kambuh, sering merasa pusing, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang. Kemudian secara psikologis kecemasan lansia yang mengalami penyakit kronis dalam menghadapi kematian adalah seperti adanya perasaan khawatir, cemas atau takut terhadap kematian itu sendiri, tidak berdaya, lemas, tidak percaya diri, ingin bunuh diri, tidak tentram, dan gelisah. Gambaran Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS Al-Islam Bandung Berdasarkan Pendidikan Hasil dari penelitian menunjukan bahwa, sebagian kecil resonden yang mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah yaitu 9 responden (19,56%). Menurut Notoatmodjo (2003), konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan iti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Menurut Y. B Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama motivasi untuk sikap, berperan serta dalam pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan. Pada umumnya, cakupan pengetahuan atau keluasan wawasan seseorang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang, maka kecenderungan dalam hal menerima dan memahami informasi dari berbagai sumber akan semakin mudah. Sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dialaminya. Menurut Broewer (1983) (dalam Hawari, 2001) mengemukakan bahwa klien dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan

Anggi Jamiyanti, Pada Pasien Penyakit Jantung... konstruktif dari pada seseorang dengan pendidikan rendah. Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999) Hasil penelitian diatas menggambarkan bahwa tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dialaminya, hal ini dibuktikan responden yang mengalani tingkat pendidikan rendah cenderung mengalami tingkat kecemasan berat. Maka dapat diasumsikan bahwa makin rendah pendidikan seseorang, maka tingkat kecemasan yang dialami semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan yang kurang dan mekanisme koping individu yang tidak efektif. Gambaran Pasien Penyakit Jantung Koroner di RS Al-Islam Bandung Berdasarkan Pekerjaan Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kurang dari setengahnya responden mengalami tingkat kecemasan berat pada responden yang tidak bekerja, yaitu 12 responden (26,08%). Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang-ulang dan banyak tantangan (Nursalam, 2001). Pekerjaan adalah kesibukan yang dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan keluarga. Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2003) memasukan kesibukan pekerjaan kedalam kelompok predisposisi yang mencangkup pangetahuan dan sikap masyarakat, tingkat pendidikan dan social ekonomi. Seseorang yang bekerja akan mempunyai banyak pengalaman dalam menyelsaikan masalah, dan secara tidak langsung dapat meningkatkan keterampilan dalam menggunakan koping yang lebih konstruktif. Keterampilan menggunakan koping yang konstruktif dapat menurunkan tingkat kecemasan. Pekerjaan berhubungan dengan tingkat pendapatan, seseorang yang mendapatkan penghasilan yang semakin tinggi maka kecemasan akan semakin berkurang dari aspek biaya pengobatannya. Pekerjaan responden dapat mempengaruhi kecemasannya dalam nenjalani kehidupan sehari-harinya sebagai pasien dengan PJK. Hal ini disebabkan karena responden yang tidak bekerja merasa tidak dapat hidup produktif, merasa menjadi beban atau tanggung jawab keluarga dan cemas akan biaya pengobatannya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran tingkat kecemasan pada pasien penyakit jantung koroner berdasarkan karakteristik di Poliklinik Jantung RS Al-Islam Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. kecemasan yang paling banyak dialami responden adalah tingkat kecemasan berat. 2. Sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu pada perempuan. 3. Sebagian kecil responden mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu pada responden yang berusia lebih dari 61 tahun (masa lanjut usia). 4. Sebagian kecil resonden yang mengalami tingkat kecemasan berat, yaitu responden yang memiliki tingkat pendidikan menengah 5. Kurang dari setengahnya responden mengalami tingkat kecemasan berat pada responden yang tidak bekerja. Saran Bagi Pelayanan Keperawatan Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien PJK yang mengalami tingkat kecemasan berat. Dengan cara melakukan pendekatan suportif seperti konseling dan memberikan penjelasan tentang penyakit maupun kecemasannya, untuk meningkatnkan mekanisme koping pasien. Bagi Institusi Penelitian Meningkatkan pelayanan pada pasien penyakit jantung koroner yang mengalami kecemasan terutama di Poliklinik Jantung, dengan cara lebih bemberikan sumber informasi tentang kondisi penyakit dan pengobatan, juga mengadakan konseling psikologi tentang kecemasannya. Bagi Penelitian Selanjutnya Karena penelitian ini hanya meneliti tentang tingkat kecemasan saja, beberapa hal yang masih belum tergali lebih mendalam pada kasus dengan penyakit jantung koroner. Oleh karena itu maka peneliti selanjutnya disarankan untuk menggali lebih dalam lagi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini Prof., dr. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Putra. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Putra Balck, J And Hawk, J. 2005. Medical-Surgical Nursing : Clinical Management For Positive Outcomes. Edisi 7 Volume 1. Elsevier Saunders : Universitas Michigan Brunner and Suddarth. 2000. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC Corwin J, Elizabeth. 2007. Buku Saku Patofisiologi Ed. 2. Jakarta : EGC Depdikbud. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Hamid, Achir Yani. 2000. Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Hawari, Dadang. 2001. Manajemen stress, cemas, dan depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hawari, Dadang. 2009. Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Jakarta : Balai Penerbit FKUI http://www.ccheart.com.cn/ccheart2010/fujian/2007%20 ACC%20AHAjizhenshi.PDF diakses pada tanggal 30 Mei Hurlock, Elizabeth. (2002). Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta: Erlangga Kabo, Peter Prof., dr. 2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner Kesaksian Seorang Ahli Jantung dan Ahli Obat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4, September Kaplan, H, Sudock, N. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri. Edisi 1. Jakarta : EGC Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Maryam, R, Siti, et. al. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika Neal J, Micheal. 2006. At a Galance Farmakologi Medis. Jakarta : Penerbit Erlangga Notoatmodjo. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan I. Yogyakarta : Andi Offset Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi Kedua. Jakarta: EGC. Nursalam. 2001. Pendekatan praktis metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. Info Medika Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Keperawatan Dasar: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Ridwan. 2005. Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta Smeltzer, S And Bare, B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC STKes. 2009. Buku Panduan Penulisan & Penyusunan Skripsi. Bandung : STIKES BK Stuart and Laraia. 2005. Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. Edisi 6. St. Louis : Mosby Year Book Stuart, G. W, Sundeen, JS. 1998. Keperawatan Jiwa Edisi III. Jakarta : EGC Sugiono, Prof, Dr, 2010. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Suliswati, et. al. 2005. Metode Pengukuran Penelitian Keperawatan Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Erlangga www.compas.com, 2006 diakses pada tanggal 27 April www.detiknews.com, 2007 diakses pada tanggal 26 April www.republika.co.id, 2007 diakses pada tanggal 27 April www.sinarharapan.com, 2007 diakses pada tanggal 27 April www.who.int, 2011 diakses pada tanggal 25 April www.wikipedia.org, 2004 diakses pada tanggal 27 April Yahya A, Fauzi. 2010. Menaklukan Pembunuh No. 1 : Mencegah dan Mengatasi Penyakit Jantung Koroner Secara Tepat dan Cepat. Bandung : PT Mizan Pustaka