BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Hariyono Seputro Youngky Pratama 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi International Labour Organization (ILO). Delapan

BAB IV. Karakteristik Pekerjaan di Indonesia dan Latar Belakang Demografi Narasumber

Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan permintaan pasar. Apabila permintaan pasar mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PRODUKTIVITAS KERJA STRUKTUR KOLOM, BALOK, DAN PLAT DI PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. industri kimia atau industri manufaktur yang menggunakan mesin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi selalu memerlukan resources (sumber daya) yaitu man (manusia),

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

KAJIAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU TERHADAP BEBAN KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produktivitas memiliki bermacam-macam arti, masing-masing. bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang

BAB II LANDASAN TEORI. masalah mengenai cara untuk mengestimasi biaya proyek sehingga harga yang keluar

BAB I PENDAHULUAN. kali dana bantuan umum yang diberikan ke Negara berkembang. Jumlah santunan yang dibayarkan sebesar Rp triliun.

METODE KERJA DAN PRODUKTIVITAS TUKANG BATU PADA PEKERJAAN PLESTERAN. Oleh: Taufik Dwi Laksono

EFEKTIVITAS WAKTU KERJA KELOMPOK TUKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Mathis dan Jackson (2006, p3) mendefinisikan manajemen sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS WAKTU PEKERJAAN FINISHING PADA PROYEK APARTEMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penelitian menitik beratkan pada pemeliharaan kondisi fisik. menjadi karyawan pada perusahaan yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen terdiri dari enam unsur (6M) yang meliputi man, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor-Faktor Lapangan (On-Site Factors) Yang Mempengaruhi

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

PENGENDALIAN & AKUNTANSI BIAYA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WORK SAMPLING PADA PEKERJAAN KOLOM DAN BALOK MEGA TRADE CENTER MANADO. Ronny Walangitan ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. harinya. Namun kini, karena adanya perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses konstruksi yang sedang berlangsung. tanpa terkendala waktu, karena kapan pun drone ini dapat terbang dan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Akuntansi Biaya. Tenaga Kerja : Pengendalian dan Akuntansi Biaya (Labor : Controlling and Accounting for Costs) Rista Bintara, SE., M.Ak.

Akuntansi Biaya. Labor: Controlling and Accounting for Cost. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. higiene perusahaan dan kesehatan kerja, memiliki segi-segi khusus yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK PEKERJA BANGUNAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG BERTINGKAT DI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tersebut anatara lain manpower, material, machines, method, money.

Akuntansi Biaya. Tenaga Kerja: Pengendalian dan Akuntansi Biaya. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

PRODUKTIVITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 237,6 juta jiwa (ILO). Pada dasarnya sumber daya manusia dalam

PRODUKTIVITAS PEKERJA PADA PEKERJAAN BETON BERTULANG PROYEK BANGUNAN BERTINGKAT (Studi Kasus Proyek Bangunan Condominium TP6)

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia

DAMPAK PENAMBAHAN SHIFT KERJA DARI 8 JAM/HARI MENJADI 12 JAM/HARI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

Adapun pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat diketahui dengan beberapa metode sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan sebagai salah satu penunjang kebutuhan masyarakat, untuk. tamu agar merasa nyaman seperti dirumah sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak wanita yang ikut bekerja untuk membantu mencari

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perencanaan proyek. Besarnya nilai upah dari pekerja ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber daya

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING PROYEK PERUMAHAN DI KOTA PEKANBARU

INFO TEKNIK Volume 5 No. 1, Juli 2004 (1-6) Kinerja Tukang dan Laden Pada Proyek Pembangunan Gedung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKTIVITAS KELOMPOK TENAGA KERJA PADA GEDUNG BERTINGKAT (PEKERJAAN PLESTERAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka akan memuat teori dan hasil penelitian penelitian

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Synder, 2004). Menurut Potter & Perry (2005) tidur merupakan waktu dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI II. 1 Shift Sistem shift adalah suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan pekerjaan (Muchinsky, 1997). Sistem shift digunakan sebagai suatu cara yang paling mungkin untuk memenuhi tuntutan akan kecenderungan meningkatnya permintaan barang-barang produksi. Sistem ini dipandang akan mampu meningkat produktivitas suatu perusahaan yang mengggunakannya. II.1.1 Shift Kerja Berikut adalah beberapa definisi shift kerja menurut beberapa ahli: a) Menurut Riggio (1990), shift kerja adalah suatu jadwal kerja dimana setiap karyawan secara bergantian datang ke tempat kerja agar kegiatan operasional tetap berjalan. b) Menurut Pigors dan Myers (1991), shift kerja adalah suatu alternatif untuk memperpanjang jam kerja bagi kehadiran karyawan bila itu dibutuhkan untuk meningkatkan hasil produksi. 10

c) Menurut Suma mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa shift kerja merupakan suatu sistem pengaturan waktu kerja yang memanfaatkan keseluruhan waktu, yaitu dengan cara bergantian antara satu kelompok kerja dengan yang lain, sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan secara kontinu, dengan tujuan untuk meningkatkan hasil produksi. Karyawan yang bekerja pada waktu normal digunakan istilah diurnal, yaitu individu atau karyawan yang selalu aktif pada waktu siang hari atau setiap hari. Sedangkan karyawan yang bekerja pada waktu malam hari digunakan istilah nocturnal, yaitu individu atau karyawan yang bekerja atau aktif pada malam hari dan istirahat pada siang hari. II.1.2 Sistem Shift Kerja Sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, dengan ketentuan pergantian shift yang normal berdasarkan International Labour Office (1983) adalah 8 jam / shift. Biasanya, terdapat 3 pembagian shift kerja dalam sehari (Muchinsky, 1997) yakni: a) Shift pagi: pukul 07.00 15.00 b) Shift siang: pukul 15.00 23.00 c) Shift malam: pukul 23.00 07.00 11

Adapun menurut William (2004), dikenal dua jenis sistem shift kerja yang terdiri dari : a) Shift Permanen Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur pada siang hari. b) Sistem Rotasi Tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus di tempatkan pada shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling menggangu terhadap irama circardian dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu panjang. II.1.3 Alasan Penggunaan Shift Kerja Glueck (1982) menyatakan, ada beberapa alasan mengapa suatu organisasi atau perusahaan menggunakan jadwal kerja shift, yaitu: Permintaan pasar; yaitu terdapat peningkatan permintaan terhadap suatu produk tertentu sehingga dibutuhkan lebih dari satu shift kerja untuk memenuhi permintaan. Keterbatasan waktu; yaitu terdapat suatu pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya sehingga kegiatan operasional harus berjalan secara kontinu selama waktu yang tersedia. 12

Optimasi biaya; yaitu dikarenakan biaya penyewaan mesin atau alat berat dikenakan per hari, sehingga apabila tidak diberlakukan shift kerja akan meyia-nyiakan mesin atau alat berat yang telah disewa untuk sepanjang hari. Kebutuhan teknologi; yaitu pada proses industri yang berkesinambungan, seperti pada perusahaan minyak, kimia, dimana mesin dan peralatan tidak dapat sewaktu-waktu dihentikan tanpa menimbulkan kerugian biaya. Kebutuhan emergensi; yaitu pada beberapa jasa yang harus beroperasi selama 24 jam seperti rumah sakit, pemadam kebakaran, polisi, dan lain sebagainya. II.1.4 Pengaruh Shift Kerja Adapun secara garis besar, shift kerja mempengaruhi 2 pihak yakni tenaga kerja maupun perusahaannya. Dan berikut adalah dampak dan penjelasannya. a) Tenaga kerja: berdampak pada fisiologis, psikososial dan kinerja b) Perusahaan: berdampak pada produktivitas, resiko, dan biaya. II.1.5 Dampak Shift Kerja Terhadap Tenaga Kerja Berikut adalah beberapa efek shift kerja diluar waktu normal, pada umumnya shift kerja siang dan shift kerja malam, yang dapat dirasakan oleh tenaga kerja antara lain : a) Dampak fisiologis 13

Tidur pada waktu siang hari tidak akan seefektif pada saat malam hari walaupun durasinya sama panjang. Akibatnya, kualitas tidur maupun istirahat tenaga kerja akan berkurang dan mengurangi kapasitas kerja fisik karena tenaga kerja merasa lelah dan mengantuk sehingga sulit untuk berkonsentrasi. Untuk jangka panjang, hal ini juga berdampak pada kesehatan tenaga kerja seperti adanya resiko gangguan pencernaan, gangguan jantung, dan lain sebagainya. b) Dampak psikososial Oleh karena tenaga kerja harus bekerja pada waktu dimana masyarakat pada umumnya bersosialisasi, yang biasanya dilakukan pada sore atau malam hari, hal ini mengakibatkan minimnya interaksi sosial antara tenaga kerja dengan dunia luar, baik dengan keluarga maupun sahabat. Minimnya interaksi sosial dapat menimbulkan rasa depresi maupun agresi bagi tenaga kerja yang juga akan berdampak pada kinerjanya. c) Dampak kinerja Karena kondisi fisik dan psikologis tenaga kerja yang tidak maksimal, maka tenaga kerja pun juga tidak dapat memberikan hasil yang baik pada saat bekerja. Terdapat juga kemungkinan bagi para tenaga kerja untuk berbuat kesalahan pada saat bekerja, baik kesalahan kecil maupun kesalahan yang mengakibatkan kecelakaan fatal. 14

II.1.6 Dampak Shift Kerja Terhadap Perusahaan Pada satu sisi, dengan adanya shift kerja, memang penambahan waktu operasional perusahaan akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan perusahaan serta menghemat waktu. Namun disisi lain, shift kerja diluar waktu normal tidak baik bagi tenaga kerja, dari sisi fisiologis maupun sisi psikososial yang akan berdampak pada kinerja, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Berkurangnya kinerja tenaga kerja menjadi resiko baru yang harus ditanggung dan diantisipasi oleh pihak perusahaan, apabila terjadi kesalahan maupun kecelakaan pada saat waktu bekerja. Hal ini mengharuskan pihak perusahaan untuk memberlakukan manajemen shift kerja yang baik maupun meningkatkan bidang K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) untuk mengantisipasi resiko shift kerja, dan kedua hal tersebut membutuhkan biaya tambahan. II.1.7 Manajemen Shift Kerja Untuk mengantisipasi berbagai dampak buruk shift kerja yang berada diluar waktu normal, maka dibutuhkanlah manajemen shift kerja yang baik, diantaranya adalah: a) Hindari perubahan shift kerja yang singkat Menurut Francoise Lille (1988), sebaiknya apabila terdapat perubahan shift kerja terhadap seorang tenaga kerja, sebaiknya terdapat jarak waktu selama 24 jam oleh karena perubahan dengan waktu yang terlalu singkat akan mengakibatkan tubuh menjadi sangat letih. Menurut penelitiannya, 15

Francoise Lille menganjurkan bahwa jarak waktu untuk perubahan shift minimal adalah 48 jam. b) Menghindari kerja shift yang terlalu lama Pelaksanaan kerja tambahan ataupun lembur akna menambah kelelahan dan mengurangi waktu istirahat tenaga kerja. Apabila memang diperlukan melakukan suatu pekerjaan tambahan, waktu lembur maksimal yang dianjurkan adalah 1-2 jam. c) Mempertimbangkan lama kerja dan beban kerja Penyesuaian lama kerja dengan beban kerja pada setiap shift juga harus dipertimbangkan. Salah satu contohnya ialah kerja fisik yang berat ataupun pekerjaan yang monoton dan membosakan akan lebih sulit apabila dilakukan pada malam hari. Ada baiknya apabila tipe pekerjaan seperti ini harus dilakukan pada malam hari, jangka waktu shift dapat dikurangi. d) Perhatikan waktu istirahat Jumlah waktu istirahat pada saat makan siang ataupun makan malam tidak cukup untuk memulihkan kelelahan tubuh akibat bekerja sepanjang shift kerja. Untuk itu dianjurkan untuk mengizinkan tenaga kerja untuk beristirahat secara berkala sekali dalam beberapa jam, terutama untuk tenaga kerja yang melakukan pekerjaan fisik. 16

e) Memberi kesempatan libur Apabila pekerjaan dilakukan 7 hari dalam setiap minggunya, maka dianjurkan untuk memberikan beberapa hari libur untuk setiap jangka waktu tertentu. Hal ini bertujuan untuk mencegah tenaga kerja kehilangan kontak dengan keluarga dan sahabat yang dapat mengganggu secara psikososial. f) Jadwal kerja harus teratur dan dapat diprediksikan Para tenaga kerja seharusnya sudah mengetahui jadwal kerjanya jauh sebelum itu, sehingga mereka dapat merencanakan waktu istirahat dan waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan sahabat sebelum bekerja. II.1.8 Regulasi Shift Kerja Di Indonesia Untuk menghindari penyalahgunaan shift kerja oleh perusahaan, maka pemerintah Indonesia melindungi hak para tenaga kerja, dan berikut adalah beberapa regulasinya, yakni: a) UU No.13/2003 pasal 77, mengenai durasi shift kerja Setiap pengusaha diwajibkan untuk menentukan jam kerja, yang telah diatur dalam 2 sistem yakni: - Untuk 6 hari kerja / minggu : 7 jam kerja / hari atau 40 jam kerja / minggu, atau - Untuk 5 hari kerja / minggu : 8 jam kerja / hari atau 40 jam kerja / minggu, atau 17

Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu 40 jam dalam 1 minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas upah lembur. Namun, tidak semua jenis pekerjaan diberlakukan batasan bekerja 40 jam / minggu. Berdasarkan Kepmenakertrans No. 233 tentang Jenis Dan Sifat Pekerjaan Yang Dijalankan Secara Terus Menerus, dimana pada pasal 3 ayat 1 mengatur bahwa pekerjaan yang berlangsung secara kontinu adalah: - pekerjaan di bidang pelayanan jasa kesehatan; - pekerjaan di bidang pelayanan jasa transportasi; - pekerjaan di bidang jasa perbaikan alat transportasi; - pekerjaan di bidang usaha pariwisata; - pekerjaan di bidang jasa pos dan telekomunikasi; - pekerjaan di bidang penyediaan tenaga listrik, jaringan pelayanan air bersih, dan penyediaan bahan bakar minyak dan gas bumi; - pekerjaan di usaha swalayan, pusat perbelanjaan, dan sejenisnya; - pekerjaan di bidang media masa; - pekerjaan di bidang pengamanan; - pekerjaan di lembaga konservasi; 18

- pekerjaan-pekerjaan yang apabila dihentikan akan mengganggu proses produksi, merusak bahan, dan termasuk pemeliharaan/perbaikan alat produksi. Berdasarkan peraturan tersebut, maka jenis-jenis pekerjaan di atas dapat berlangsung secara terus menerus, tanpa mengikuti ketentuan jam kerja sebagaimana tercantum dalam UU No. 13 tahun 2003. Namun demikian, setiap kelebihan jam kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana tercantum di atas, harus dihitung sebagai lembur yang harus dibayarkan karena sudah merupakan hak tenaga kerja yang dilindungi oleh Undang-Undang maupun peraturan pemerintah lainnya.. b) UU No.13/2003 pasal 79, mengenai waktu istirahat Setiap pekerja berhak atas istirahat antara jam kerja dalam sehari, sekurang kurangnya 1/2 jam setelah bekerja 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Masa istirahat mingguan tidak boleh kurang dari 1 hari setelah 6 hari kerja atau tidak boleh kurang dari 2 hari setelah 5 hari kerja dalam satu minggu. c) Peraturan Menteri no.102/men/vi/2004 Pasal 1 Ayat 1, mengenai waktu lembur Dinyatakan bahwa waktu lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk 6 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu, ataupun waktu kerja pada 19

hari istirahat mingguan dan / atau pada hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah. Waktu lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam / hari dan 14 jam dalam 1 minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi. II.2 Produktivitas Kerja Secara umum produktivitas adalah perbandingan antara hasil kegiatan (output) dan masukan (input). Dalam konstruksi, pengertian produktivitas tersebut dapat dijabarkan sebagai perbandingan antara jam kerja dan hasil kerja. Atau dengan kata lain, produktivitas didefinisikan sebagai ratio antara total sumberdaya yang digunakan dengan hasil produksi. Dalam proyek konstruksi, ratio tersebut merupakan nilai yang diukur selama proses konstruksi, yang dapat dibagi menjadi tenaga kerja, material, dan alat. Berikut adalah beberapa pendapat mengenai produksi kerja menurut beberapa ahli, seperti: a) Sutermeister (1976) berpendapat bahwa produktivitas kerja adalah hubungan antara input dan ouput dari segi kuantitas maupun kualitas, dimana produktivitas kerja itu sendiri bergantung pada motivasi dan kemampuan dari pekerja. Hal ini bearti walaupun dari segi kuantitas tidak terjadi peningkatan, namun dari segi kualitas telah terjadi peningkatan, maka keadaan demikian juga sudah terjadi peningkatan produktivitas. 20

b) Soeharto (1995) berpendapat bahwa pada umumnya proyek berlangsung dengan kondisi yang berbeda-beda, maka dalam merencanakan tenaga kerja hendaknya dilengkapi dengan analisis produktivitas dan indeks variabel yang mempengaruhi. c) Bennet Slalahi (1994) menyatakan produktivitas tenaga kerja dapat diukur dengan menitikberatkan jumlah tenaga kerja yang dikerahkan yaitu : Jumlah tenaga kerja persatuan orang p = Jumlah keluaran persatuan waktu d) Sritomo Wignyosoebroto (1995), menyatakan produktivitas kerja didefinisikan sebagai perbandingan (rasio) antara output per inputnya. Bilamana output dalam hal ini adalah berupa unit keluaran yang dhiahsilkan dan semua masukan (input) dalam satuan moneter maka : P = Total output yang dihasilkan (unit) Total input yang dikeluarkan (rupiah) Menurut DPN APINDO (2007), unsur-unsur yang terdapat dalam produktivitas adalah : a) Efisiensi, merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya dilaksanakan b) Efektivitas, merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai baik secara kualitas ataupun waktu 21

c) Kualitas, merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah dipenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi dan atau harapan konsumen Adapun hasil akhir dari Produktivitas dapat berupa : a) Keuntungan atau laba bagi para pemegang saham dan para investor b) Pekerjaan dan upah bagi para pekerja c) Barang-barang dan jasa-jasa yang berkualitas untuk para konsumen Dari uraian diatas, maka secara teknis produktivitas dapat dikatakan sebagai perbandingan antara output yang dhasilkan dengan input yang digunakan, secara rumus sebagai berikut : PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP = oooooooooooo iiiiiiiiii Dari rumus diatas, didapatlah wujud peningkatan produktivitas yaitu: a) Produktivitas dikatakan naik apabila input turun, outputnya tetap b) Produktivitas dikatakan naik apabila input turun, outputnya naik c) Produktivitas dikatakan naik apabila input tetap, outputnya naik d) Produktivitas dikatakan naik apabila input naik, outputnya naik tetapi jumlah kenaikan output lebih besar daripada kenaikan input e) Produktivitas dikatakan naik apabila input turun, outputnya turun tetapi jumlah penurunan output lebih kecil daripada turunnya input 22

II.3 Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Penelitian tentang produktivitas telah banyak dilakukan, diantaranya dilakukan di Singapura oleh Low pada tahun 1992. Low menyimpulkan bahwa produktivitas konstruksi dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu : buildability, structure of industry, training, mechanisation and automation, foreign labour, standardisation, building control. Di Indonesia penelitian serupa dilakukan oleh Kaming pada tahun 1997. Faktor yang mempengaruhi produktivitas proyek diklasifikasikan menjadi empat kategori utama, yaitu : a) Metoda dan teknologi, yang terdiri dari faktor: desain rekayasa, metoda konstruksi, urutan kerja, pengukuran kerja. b) Manajemen lapangan, yang terdiri dari faktor: perencanaan dan penjadwalan, tata letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen material, manajemen peralatan, manajemen tenaga kerja. c) Lingkungan kerja, yang terdiri dari faktor: keselamatan kerja, lingkungan fisik, kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja, partisipasi. d) Faktor tenaga kerja, yang terdiri dari faktor: tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insentif, pembagian keuntungan, hubungan kerja mandorpekerja, hubungan kerja antar sejawat, kemangkiran. 23

II.4 Produktivitas Tenaga Kerja Cepat lambatnya pengerjaan suatu proyek akan sangat bergantung pada produktivitas tenaga kerja proyek tersebut. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas dalam proyek konstruksi, dimana salah satunya adalah faktor tenaga kerja yang berkaitan langsung dalam pembangunan konstruksi di lapangan. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu unsur utama dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu proyek konstruksi, tetapi seringkali penggunaan tenaga kerja tidak efektif, seperti menganggur, mengobrol, makan, minum ataupun merokok di luar jam istirahat. Untuk itu, manajemen harus dapat mengetahui cara-cara untuk mengukur produktivitas tenaga kerja sebelum melakukan upaya peningkatan produktifitas. Jika membicarakan masalah produktivitas muncullah satu situasi yang produktivitas muncullah satu situasi yang paradoksial (bertentangan), karena belum ada kesepakatan umum tentang maksud pengertian produktivitas serta kriterianya dalam mengukur petunjuk-petunjuk produktivitas. Dan tak ada konsepsi, metode penerapan maupun cara pengukuran yang bebas dari kritik (Sinungan, Muchdarsyah, 1995). Para ahli tidak memberikan rumusan produktivitas yang sama, karena itu masih ditemukan pengertian produktivitas dalam berbagai cara, namun pada prinsipnya mempunyai kesamaan. 24

Handoko (1984) menyatakan bahwa peningkatan produktifitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara pendekatan, antara lain : a) pendekatan melalui sistem ketenagakerjaan yang dipakai, seperti: - peningkatan atau pengurangan jumlah tenaga kerja - pengadaan sistem kerja lembur b) Melalui pendekatan manajemen, seperti: - perbaikan metode operasi secara keseluruhan - peningkatan, penyederhanaan atau pengurangan variasi produk untuk masing-masing tenaga kerja - perbaikan organisasi, perencanaan dan pengawasan. II.5 Perhitungan Produktivitas dengan Metode Studi Waktu (Time Study) Metode studi waktu adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah waktu standar (standard time) yang diperlukan, berdasarkan performa standar, untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang melibatkan tenaga kerja, peralatan, maupun melibatkan kombinasi pekerjaan. Penggunaan metode ini dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan, bagaimana suatu pekerjaan dilakukan dari tahap awal hingga tahap akhir, dimana hasil pengamatan tersebut dituangkan kedalam bentuk tabel. 25

Tabel 2.1 Formulir Tabel Studi Waktu Tabel 2.2 Formulir Tabel Studi Waktu Untuk Basic Time 26

Tabel 2.3 Formulir Tabel Studi Waktu Untuk Standard Time II.5.1 Prinsip Penilaian Metode Studi Waktu Ervianto (2004) mengemukakan pada umumnya penelitian dilakukan berdasarkan angka 100, yang memberikan informasi bahwa kinerja yang terjadi dalam keadaan normal. Tabel 2.4 Formulir Tabel Studi Waktu Untuk Penilaian 27

Pada metode studi waktu, terdapat 2 jenis waktu yang akan dihitung: a) Basic Time Basic time adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu aktivitas dengan penilaian standar (standard rating). Basic Time dihitung pada sejumlah pengamatan kemudian diambil nilai rata-ratanya. Angka basic time di peroleh dengan rumus: oooooooooooooooo rrrrrrrrrrrr BBBBBBBBBB tttttttt = oooooooooooooooo tttttttt xx ssssssssssssssss rrrrrrrrrrrr b) Standard Time Standard time adalah waktu seharusnya yang dapat dicapai oleh tenaga ahli yang bekerja dengan standard rating untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk menentukan standard time juga harus diperhitungkan tentang waktu relaksasi (relaxation allowance) dan waktu kontingensi (contigency). Waktu relaksasi adalah waktu di saat pekerja harus berhenti sejenak dari pekerjaan yang mereka lakukan untuk menyegarkan kembali kondisi badan mereka. Untuk lebih jelas tentang penyebab diperlukannya relaksasi dapat dilihat pada tabel relaksasi akibat faktor panas dan kelembapan udara dan tabel pengaruh relaksasi terhadap basic time. 28

Tabel 2.5 Tabel Relaksasi Akibat Faktor Panas Dan Kelembapan Udara Tabel 2.6 Pengaruh Relaksasi Terhadap Basic Time 29

Waktu kontingensi adalah waktu yang disediakan untuk bermacam - macam aktivitas tambahan proyek yang terjadi kebetulan dan tak dapat diprediksi, seperti peralatan yang perlu diasah, penggalian yang terhalang batu besar, dan sebagainya. Waktu kontigensi sebesar 5% biasanya cukup untuk sebagian besar pekerjaan konstruksi. 30

II.5.2 Perhitungan Produktivitas Dengan Metode Studi Waktu Tahap-tahap pengamatan dengan cara time study : 1) Menentukan jenis pekerjaan yang akan diamati dan memahami kondisi pekerjaan pada saat itu. 2) Setiap pekerjaan di-breakdown menjadi beberapa elemen pekerjaan 3) Setiap breakdown pekerjaan diamati dari tahap awal hingga akhir 4) Waktu yang dicatat dimasukkan didalam tabel studi waktu 5) Mengkonversikan upah pekerja kedalam tukang dengan standar upah tukang 6) Menghitung nilai basic time dengan mengalihkan nilai konversi upah tukang 7) Data basic time kemudian dihitung dengan memperhatikan waktu relaksasi dan kontingensi untuk memperoleh standard time Langkah-langkah perhitungan dengan cara time study sehingga didapat nilai produktivitas. 1) Mencatat waktu setiap kali pengamatan elemen - elemen pekerjaan di lapangan dan kemudian dimasukan dalam tabel studi waktu untuk memperoleh nilai basic time dari tiap pengamatan setiap elemen pekerjaan. Nilai basic time adalah nilai manhour untuk 1 volume pekerjaan. 2) Nilai basic time dari tiap pengamatan elemen - elemen pekerjaan kemudian di jumlah dan dirata-rata untuk memperoleh average basic time 31

3) Nilai average basic time kemudian dihitung dengan memperhatikan waktu relaksasi dan kontingensi untuk memperoleh nilai standard time dari tiap elemen pekerjaan 4) Setelah itu dihitung total standard time dari tiap elemen pekerjaan dengan cara mengalikan nilai standard time elemen pekerjaan dengan volume perolehan untuk elemen pekerjaan tersebut. Standard time dan volume perolehan haruslah berasal dari 1 kali pengamatan dalam waktu tertentu 5) Membandingkan volume total perolehan pekerjaan dengan total standard time untuk memperoleh nilai produktivitas suatu pekerjaan. II.6 Perhitungan Produktivitas Berdasarkan Upah Tenaga Kerja Perhitungan produktivitas berdasarkan upah ini untuk melihat berapa besar produktivitas yang diperkirakan perencana dengan yang terjadi dilapangan. Langkah perhitungan untuk mendapat nilai produktivitasnya adalah sebagai berikut: 1) Dilihat berapa besar upah harian tenaga kerja di lapangan dan upah suatu pekerjaan berdasarkan RAB 2) Dihitung produktivitas dengan membagi upah harian tenaga kerja dengan upah suatu pekerjaan 3) Selanjutnya produktivitas yang didapat berdasarkan upah tenaga kerja pada RAB dibandingkan dengan produktivitas berdasarkan metode studi waktu. 32