BAB I PENDAHULUAN. perwujudan rendahnya disiplin diri, barangkali para remaja menganggap banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia. Hal ini akan terus berubah seiring dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menempatkan posisinya di tengah-tengah masyarakat sekaligus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan di lahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan fakta yang terjadi di MAN 1 Sumenep, peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. semua orang, terutama menjadi guru maupun lingkungan masyarakat. Karena

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cepat sekali. Fenomena-fenomena yang terjadi banyak

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat

PANDUAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI TERHADAP PERILAKU DISIPLIN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 NGANTRU TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

ABSTRAK. Oleh: Budi Hermawan, Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Slamet Riyadi, Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan proses pendidikan. Bimbingan diartikan sebagai suatu proses. mengarahkan diri sendiri, dan mewujudkan diri sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

DESKRIPSI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA KECAMATAN KWANDANG DAN KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah menerima wahyu dalam surat Al-Alaq 1-5. apa yang tidak diketahuinya.

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN KESISWAAN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI MAK AL-HIKMAH 2 BENDA SIRAMPOG BREBES

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. 1

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tajam dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dunia pendidikan, menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas akan mewujudkan manusia yang bermutu tinggi, berbudi pekerti

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pun dunia pendidikan. Setiap lembaga pendidikan bersaing untuk meningkatkan

MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Profesi Bimbingan dan Konseling sudah populer dewasa ini, kedudukan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA TEKNIK PENDINGIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang berdaya guna dimaksudkan untuk mencapai tujuan pengajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. kedewasaan, dalam proses dewasa itulah muncul sebuah interaksi antara individu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung pada dekade saat ini yang ditandai dengan ledakan besar ilmu

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari luar dirinya. Dengan pendidikan inilah peserta didik dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mungkin ada orang tua yang berharapan jelek terhadap anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kian maraknya pelanggaran moral oleh remaja dapat dipandang sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri, barangkali para remaja menganggap banyak hal yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari merupakan problem dan tantangan dalam tahun-tahun masa remaja ini. Seorang anak yang mekar menjadi dewasa yang dikelilingi oleh konflik emosi, gejolak untuk mewujudkan kontrol diri. Mengingat masa remaja adalah masa yang bercirikan tidak stabilnya keadaan perasaan dan emosi mereka yang mana sikap dan moral sudah mulai terlihat. Menurut pendapat Moh. Shochib, disiplin adalah keteraturan dan pengendalian diri berdasarkan nilai-nilai dari agama dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat dalam tatanan pergaulan yang memberikan pemaksaan bagi dirinnya, masyarakat, bangsa dan Negara. 1 Adapun disiplin menurut Stoffon adalah persesuaian antara tingkah laku seseorang yang sesungguhnya, dengan tingkah laku yang diharuskan oleh hukum militer. 2 Sehingga defenisi disiplin adalah persesuaian terhadap keadaan, dimana seseorang mampu menggerakkan, mengatur dan mengendalikan dirinya dalam segala hal dan pengendaliannya berada dalam diri masing-masing, dan harus 1 Moh. Shochib, Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), 42. 2 Stoffon, Naskah Departemen Hukum Disiplin Milite, SEMA ABRI T.A. 1997/1998

disesuaikan dengan nilai-nilai agama dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Adapun sifat pengendalian diri ini harus ditumbuh kembangkan pada diri siswa. Pengendalian diri ini maksudnya adalah suatu kondisi dimana seseorang dalam perbuatannya selalu dapat menguasai diri sehingga tetap mengontrol dirinya dari berbagai keinginan yang terlalu meluap-luap dan berlebih-lebihan. Berarti dalam sifat pengendalian diri tersebut terkandung keteraturan hidup dan kepatuhan akan segala peraturan. Dengan kata lain, Perbuatan siswa selalu berada dalam koridor disiplin dan tatatertib sekolah. Bila demikian akan tumbuh rasa disiplin siswa untuk selalu mengikuti tiap-tiap peraturan yang berlaku disekolah. Mematuhi semua peraturan yang berlaku disekolah merupakan kewajiban bagi setiap siswa. Ciri-ciri kedisiplinan siswa antara lain: a. Siswa mampu mematuhi peraturan-peraturan disekolah. b. Siswa mengerjakan kewajiban-kewajiban disekolah. c. Siswa tidak pernah bolos sekolah. Dan lain-lain. Disiplin diri adalah merupakan produksi dari disiplin. Dalam membentuk disiplin diri pada anak membutuhkan suatu proses belajar. Pada proses awal belajar itu diperlukan adanya pendidik seperti orang tua dan guru. Dan disiplin tidak akan dapat berkembang dan tumbuh apabila tidak didasarkan atau ditanamkan dari diri sendiri yang baik.

Siswa adalah orang yang terlibat langsung dalam pendidikan. Dalam perkembangannya harus melalui proses belajar. Termasuk didalamnya yakni belajar mengenal diri, belajar mengenal orang lain, dan belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Semua ini dilakukan dengan harapan agar siswa dapat mengetahui dan dapat menempatkan posisinya ditengah-tengah masyarakat dan mereka pun mampu untuk mengendalikan diri. Di sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib sekolah tersebut perlu dicegah dan ditangkal. Adapun Konsep Bimbingan dan Konseling dalam membentuk kedisiplinan siswa adalah tidak lepas dari arti Bimbingan itu sendiri. Untuk membentuk disiplin sebagai unsur pertama dari moralitas kepada anak diperlukan peran penting dari keluarga, lingkungan masyarakat. Bimbingan dan Konseling dapat dikatakan berhasil apabila orang tua dan pendidikan dengan cara tegas dalam membentuk disiplin. Menurut Crow and Crow (1960) Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pribadi terpercaya dan pendidikan yang memadai,

baik ia pria atau wanita kepada seseorang individu berbagai tingkat usia agar mereka dapat mengendalikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri. Sedangkan menurut Rachman Natawijaya (1972) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Sedangkan menurut Robinson (M. Surya dan Rohman N., 1986:25) Konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. ASCA (American School Association) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari koselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu klien mengatasi masalah-masalahnya. Jadi dari pengertian Bimbingan dan Konseling. Apabila dikaji secara mendalam kedua pengertian tersebut antara Bimbingan dan Konseling adalah mempunyai kesamaan dalam pemaknaan yakni dapat dilihat dari tujuan, proses, pengambilan keputusan, dan tanggung jawab. Adapun dari segi tujuan, keduannya mempunyai arah yang lebih baik. Dari prosesnya, Bimbingan dan Konseling merupakan proses yang kontiyu

(berkelanjutan). Dari segi pengambilan keputusan dan keputusan akhirnya juga ditentukan oleh individu yang dibantu. 3 Dalam era globalisasi dewasa ini, kompleksitas masalah kehidupan mengalami perubahan yang cepat dan umumnya sangat memprihatinkan. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi awal menunjukkan gambaran kedisiplinan di Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan, Kuantitas pelanggaran yang dilakukan oleh anak didiknya semakin bertambah dari waktu kewaktu. Adapun jenis pelanggaran tersebut adalah banyaknya siswa yang bolos atau minggat dari kelas pada waktu jam pelajaran, perkelahian, terlambat datang sekolah, malas belajar, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak membuat pekerjaan rumah, merokok dan lain-lain. 4 Secara garis besar banyak pelanggaran yang dilakukan oleh anak didik Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan. Dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan dilakukan pada waktu jam kosong dan waktu istirahat. Pada saat itulah layanan Bimbingan dan Konseling dimulai karena masih belum ada jam husus untuk guru Bimbingan dan Konseling. Di lembaga ini Bimbingan dan Konseling mempunyai kelebihan tersendiri di antaranya Bimbingan dan Konseling mempunyai ruang pelayanan tersendiri, guru Bimbingan dan 3 Syamsul Yusuf dan A. Juntika Nurishan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset), 8. 4 Murjianto, Guru Bimbingan Konseling, wawancara pribadi, Lamongan, 27 Desember 2008

Konseling yang ada di lembaga tersebut juga termasuk lulusan dari jurusan Bimbingan dan Konseling. Upaya Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi ketidak disiplinan siswa antara lain setiap jam terakhir guru Bimbingan dan Konseling memeriksa absensi kelas, dan guru Bimbingan dan Konseling juga memintak laporan dari masingmasing guru bidang study sebagai penyambung koordinasi dan sewaktu-waktu guru Bimbingan dan Konseling keliling antar kelas pada waktu istirahat itulah biasanya kebiasaan-kebiasaan siswa dapat dilihat misalkan merokok, ada yang baru mengerjakan pekerjaan rumah dan lain sebagainya. Penulis merasa penting untuk mengetahui upaya yang telah dan akan dilakukan oleh Konselor dalam mendisiplinkan siswa yang ada di Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan, dan juga sebagai masukan kepada pihak yang terkait untuk lebih peduli dan membantu terselenggaranya proses pendisiplinan siswa di Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan dengan lebih baik. Apabila telah diketahui bagaimana pentingnya disiplin. Maka siswa dan konselor serta pihak yang terkait dapat saling bekerja sama dan berperan serta dalam menegakkan kedisiplinan yang ada di sekolah dalam meningkatkan keberhasilan proses Bimbingan. Disamping itu kaitanya disiplin siswa dengan Bimbingan Konseling sangatlah berperan sekali (hasil interview awal) yaitu dapat dilihat dengan adanya siswa yang bolos, minggat pada jam belajar akan dipanggil keruang Bimbingan dan

Konseling untuk di Konseling. Di Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling benar-benar berfungsi terhadap siswa misalnya dengan menegakkan kedisiplinan siswa, dalam memotivasi belajar siswa dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini diberi judul Upaya Bimbingan Konseling dalam Mendisiplinkan siswa di Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan dapat di generalisasikan untuk yang lain. Adapun data skripsi yang sesuai dengan judul tersebut diatas antara lain: 1. Pengaruh penerapan kedisiplinan terhadap akhlak al-karim siswa di MI Nasrul Mukminin Desa Klangen Kecamatan Sekaran Lamongan oleh Mas udi Fak. Tarbiyah, 1995. 2. Studi korelasi antara kedisiplinan guru dalam mengajar dengan penghargaan siswa terhadap guru di Madrasah Aliyah NU disusun oleh Minhawaina, Fak. Tarbiyah, 2002. 3. Upaya Bimbingan Konseling Islam dalam pembentukan sikap disiplin siswa di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo Studi Kasus dalam mengatasi ketidak disiplinan siswa oleh Siti Huzaimah Fak. Dakwah 2002. 4. Hubungan antara disiplin diri dengan prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri II Surabaya oleh Sulistiyoningsih Fak. Tarbiyah, 2005. 5. Korelasi antara kedisiplinan di sekolah dengan motivasi belajar siswa kelas XI MAN Pasuruan oleh Afif Salim Fak. Tarbiyah, 2008.

B. Rumusan Masalah Berpijak dari latar belakang diatas, maka masalah utama yang hendak diselesaikan dalam penelitian ini dapat peneliti rumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana layanan Bimbingan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri Babat? 2. Bagaimana upaya mendisiplinkan Siswa-siswi di Madrasah Aliyah Negeri Babat? 3. Bangaimana upaya Bimbingan Konseling dalam mendisiplinkan Siswasiswi di Madrasah Aliyah Negeri Babat? C. Tujuan Penelitian Setelah melihat konteks penelitian dan faktor penelitian yang telah diuraikan diatas maka tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui bagaimana layanan Bimbingan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan. 2. Untuk mengetahui bagaimana upaya mendisiplinkan Siswa-siswi di Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan. 3. Untuk mengetahui bangaimana upaya Bimbingan Konseling dalam mendisiplinkan Siswa-siswi di Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan.

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi lembaga pendidikan yaitu berupa bahan masukan dan pertimbangan mengatasi masalah perubahan dan perkembangan tingkah laku anak didik dalam belajarnya sehingga lembaga pendidikan tersebut dapat mengeluarkan out put yang handal, kreatif dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. E. Definisi Istilah Untuk mempertegas maksud dan tujuan dari skripsi ini adalah UPAYA BIMBINGAN KONSELING DALAM MENDISIPLINAN SISWA-SISWI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI BABAT LAMONGAN maka perlu adanya penegasan sudut untuk menghindari adanya kesalah pahaman dalam memahami judul skripsi ini. 1. Bimbingan dan Konseling Menurut crow and crow Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usai untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, Membuat keputusan sendiri dan menanggung bebanya sendiri. Sedangkan Konseling adalah terjemahan dari Counseling yaitu merupakan bagian dari Bimbingan, sebagai layanan maupun teknik. Rahman Natawijaya

mendefinisikan bahwa Konseling merupakan suatu jenis yang merupakan bagian terpadu dari Bimbingan. 5 Jadi Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus menerus atau sistematis oleh guru pembimbing agar individua atau kelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. 2. Disiplin Siswa-Siswi. Disiplin adalah kepatuhan terhadap perintah-perintah dan peraturan maupun tatatertib yang berlaku dalam kalangan militer atau organisasi. Adapun indikator-indikator kedisiplinan adalah: a. Siswa dapat bertindak menyesuaikan diri dengan lingkungan b. Siswa mampu menyesuaikan norma-norma masyarakat c. Siswa mematuhi peraturan disiplin dan tanggungg jawab dalam dirinya. Siswa adalah pelajar pada akademik Jadi yang dimaksud disiplin siswa adalah suatu keadaan, dimana seseorang mampu menggerakkan, mengatur dan mengendalikan dirinya dalam segala hal dengan pusat pengendalian berada dalam diri masing-masing dan harus disesuaikan dengan nilai-nilai agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. 5 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Disekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 20.

Adapun aspek-aspek yang terkandung didalamnya (Disiplin sekolah) adalah: a. Ketertiban belajar. b. Sopan santun dalam bergaul di sekolah. c. Kerapian dalam berpakaian. Dan lain-lain. F. Sistematika pembahasan Agar dalam pembahasan skripsi ini lebih sistematis, maka peneliti menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I : Merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, serta pada akhir bab tentang sistematika pembahasan. BAB II : Berisi tentang kajian teori yang penulis gunakan sebagi bahan acuan dalam penelitian ini. Adapun teori-teoeri tersebut membahas tentang pengertian Bimbingan Konseling, tujuan Bimbingan Konseling, fungsi Bimbingan Konseling, asas-asas Bimbingan Konseling, bidang Bimbingan Konseling, prinsip-prinsil Bimbingan Konseling, satuan layanan pendukung Bimbingan Konseling, jenis Bimbingan Konseling kemudian pembahasan tentang pengertian kedisiplinan, bentuk

ketidak disiplinan, indikator-indikator disiplin, bentuk ketidak disiplinan, cara menanamkan disiplin, upaya Bimbingan Konseling dalam mendisiplinkan siswa, tahaptahap untuk membangun kedisiplinan siswa, Cara Untuk Mendisiplinkan Siswa, dilanjutkan bab III BAB III : Metode penelitian, yang menjelaskan tentang jenis penelitian, informan penelitian, lokasi penelitian, tahaptahap penelitian, metode pengumpulan data, analisis data, BAB IV : Laporan hasil penelitian, yang berisi gambaran umum obyek penelitian meliputi letak geografis, sejarah dan perkembangan berdirinya Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan, struktur organisasi Madrasah Aliyah Negeri Babat, keadaan guru dan karyawan, sarana prasarana Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan. Penyajian data dan analisa data adalah meliputi layanan Bimbingan Konseling yang ada di Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan, upaya mendisiplinkan Siswa-siswi di Madrasah Aliyah Negeri Babat, upaya Bimbingan Konseling dalam mendisiplinkan Siswa di Madrasah Aliyah Negeri Babat Lamongan.

BAB V : Yang merupakan bab penutup dari pembahasan skripsi ini yang memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian, saran-saran yang berupa hal-hal yang perlu untuk dilaksanakan dan ditindak lanjuti dilapangan dan diakhiri dengan penutup.