W I L A Y A H S U N G A I W E L A N G R E J O S O

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Tata Cara dan Tata Tertib Persidangan 11 Tata Cara dan Tata Tertib Pengambilan Keputusan 17

TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI SADDANG Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Makassar

PERATURAN KETUA TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO NOMOR : 08 / TKPSDA / III / 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH SELAKU KETUA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 415 /KPTS/013/2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR.

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN RAPAT PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BELAWAN - ULAR - PADANG

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

UNIVERSITAS AIRLANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PERWAKILAN DESA DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO K E P U T U S A N BADAN PERWAKILAN DESA PADI NOMOR : 01 TAHUN 2001 T E N T A N G

KEPUTUSAN SENAT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 329/F/ UNBRAH/VI/2013. Tentang

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PRT/M/2015 TENTANG RENCANA DAN RENCANA TEKNIS TATA PENGATURAN AIR

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS GADJAH MADA KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR : 07/SK/SA/2004 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB SENAT AKADEMIK

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN,

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA, DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

K O M I S I I N F O R M A S I

PERATURAN TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); MEMUTUSKAN: Menetapka

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk-produk Peraturan Perundangundangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

Transkripsi:

TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR W I L A Y A H S U N G A I W E L A N G R E J O S O Sekretariat Jl. Hayam Wuruk No. 06 Tlp. (0343) 421496, 421497 Fax. (0343) 421496 Pasuruan Kode Pos 67114 Email : tkpsda_welangrejoso@yahoo.com PERATURAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI WELANG - REJOSO NOMOR : 01/PRT/TKPSDA-WELJOS/X/2013 TENTANG TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI WELANG - REJOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR SELAKU KETUA HARIAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI WELANG - REJOSO Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 87 Ayat 3 Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Wilayah Sungai; Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/392/KPTS/013/2013 tanggal 30 Mei 2013 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Welang-Rejoso, serta dalam rangka tertib dan teraturnya penyelenggaraan tugas-tugas dari Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Welang-Rejoso, maka perlu ditetapkan Tata Tertib Persidangan dan Tata Cara Pengambilan Keputusan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Welang Rejoso. Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 3.Peraturan

- 2-3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pembentukan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Wilayah Sungai; 4. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/392/KPTS/013/2013 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Welang Rejoso Periode 2013 2018. MEMUTUSKAN Menetapkan : TATA TERTIB PERSIDANGAN DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI WELANG REJOSO. BAB I UMUM Bagian Kesatu Ketentuan Umum dan Pengertian Pasal 1 Dalam Tata Cara dan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan: (1) Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur. (2) Provinsi adalah Provinsi Jawa Timur. (3) Dinas adalah Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur. (4) Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Welang - Rejoso yang selanjutnya disebut TKPSDA adalah wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai Welang - Rejoso berdasarkan ketetapan dalam Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/392/KPTS/013/2013, tanggal 30 Mei 2013 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Welang Rejoso Periode 2013-2018. (5) Anggota Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Welang - Rejoso selanjutnya disebut anggota, terdiri dari wakil instansi Pemerintah Provinsi dan wakil dari organisasi non pemerintah, yang keanggotaannya ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur. (6) Unsur Pimpinan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Welang - Rejoso adalah Ketua dan Ketua Harian. (7)Pengelolaan

- 3 - (7) Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi Sumber Daya Air, pendayagunaan Sumber Daya Air, dan pengendalian daya rusak air. (8) Konservasi Sumber Daya Air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi Sumber Daya Air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. (9) Pendayagunaan Sumber Daya Air adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan Sumber Daya Air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna. (10) Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air. (11) Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan. (12) Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. (13) Rencana pengelolaan sumber daya air adalah hasil perencanaan secara menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air berisi rencana upaya fisik dan nonfisik yang dilengkapi dengan desain dasar dan prakiraan kelayakan, disusun dengan mempertimbangkan penggunaan dan ketersediaan air tanah dalam cekungan air tanah pada wilayah sungai dengan tetap mengutamakan penggunaan air permukaan dan berdasarkan strategi pengelolaan sumber daya air yang dipilih dari alternatif strategi yang terdapat dalam pola pengelolaan sumber daya air. (14) Studi kelayakan adalah tindak lanjut dari rencana pengelolaan sumber daya air berupa kegiatan studi yang dimaksudkan untuk menyeleksi kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya air yang akan dilaksanakan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan mencakup kelayakan teknis, ekonomi, sosial, dan lingkungan; kesiapan masyarakat untuk menerima rencana kegiatan; keterpaduan antarsektor; kesiapan pembiayaan; dan kesiapan kelembagaan. (15) Program pengelolaan sumber daya air adalah program yang mencakup rangkaian kegiatan pengelolaan yang dapat dilaksanakan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, sebagai tindak lanjut dari studi kelayakan. (16) Rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air merupakan kegiatan tindak lanjut dari studi kelayakan berisi rangkaian kegiatan pengelolaan sumber daya air yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun, yang disusun dan ditetapkan oleh instansi terkait sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi masing - masing dengan berpedoman pada rencana pengelolaan sumber daya air dan ketentuan peraturan perundang-undangan. (17)Rencana

- 4 - (17) Rencana detail adalah uraian yang memuat rencana pelaksanaan konstruksi serta operasi dan pemeliharaan prasarana sumber daya air, sebagai tindak lanjut dari Rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air. (18) Rencana alokasi air adalah rencana peruntukan dan penyediaan air yang ditetapkan dalam rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai bersangkutan. (19) Peruntukan air adalah penggolongan air pada sumber air menurut jenis penggunaannya. (20) Penyediaan sumber daya air adalah penentuan dan pemenuhan volume air per satuan waktu untuk memenuhi kebutuhan air dan daya air serta memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas. (21) Sistem informasi merupakan jaringan informasi sumber daya air yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi, meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air. (22) Dokumen persidangan adalah seluruh dokumentasi hasil rekaman semua jenis persidangan/sidang berupa foto, video, risalah, ringkasan risalah, konsep naskah keputusan, naskah keputusan tetap, Ringkasan Laporan, Laporan beserta seluruh lampirannya baik dalam bentuk tertulis, hard copy, soft copy, digital, yang dilakukan oleh dan disimpan dalam arsip Sekretariat Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Welang - Rejoso. Bagian Kedua Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pasal 2 (1) Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Welang - Rejoso selanjutnya disebut TKPSDA WS Welang - Rejoso, berkedudukan di Jalan Hayam Wuruk No. 6 Pasuruan sesuai dengan lokasi kantor Sekretariat TKPSDA WS Welang Rejoso. (2) TKPSDA WS Welang - Rejoso bersifat nonstruktural, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur. Pasal 3 TKPSDA WS Welang Rejoso sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, mempunyai tugas membantu Gubernur dalam koordinasi pengelolaan sumber daya air melalui: a. pembahasan rancangan pola dan rancangan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai Welang - Rejoso guna perumusan bahan pertimbangan untuk penetapan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air; b.pembahasan

- 5 - b. pembahasan rancangan program dan rancangan rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai Welang Rejoso guna perumusan bahan pertimbangan untuk penetapan program dan rencana kegiatan sumber daya air; c. pembahasan usulan rencana alokasi air dari setiap sumber air pada wilayah sungai Welang - Rejoso guna perumusan bahan pertimbangan untuk penetapan rencana alokasi air; d. pembahasan rencana pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi pada wilayah sungai Welang - Rejoso untuk mencapai keterpaduan pengelolaan sistem informasi; e. pembahasan rancangan pendayagunaan sumber daya manusia, keuangan, peralatan dan kelembagaan untuk mengoptimalkan kinerja pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai Welang - Rejoso; dan f. pemberian pertimbangan kepada Gubernur mengenai pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai Welang - Rejoso. Pasal 4 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, TKPSDA WS Welang Rejoso menyelenggarakan fungsi koordinasi melalui: a. konsultasi dengan pihak terkait yang diperlukan guna keterpaduan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai Welang - Rejoso, serta tercapainya kesepahaman antar sektor, antar wilayah dan antar pemilik kepentingan; b. pengintegrasian dan penyelarasan kepentingan antar sektor, antar wilayah serta antar pemilik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai Welang - Rejoso; dan c. kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dan rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai Welang - Rejoso. Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, TKPSDA WS Welang Rejoso harus menyampaikan Laporan tertulis kepada Gubernur paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun dengan tembusan kepada para Bupati/Walikota terkait. Bagian Ketiga Keanggotaan Pasal 6 (1) Keanggotaan berasal dari unsur pemerintah dan non pemerintah dalam jumlah yang seimbang atas dasar prinsip keterwakilan. (2) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Gubernur. Pasal 7

- 6 - Pasal 7 (1) Keanggotan dari unsur Pemerintah terdiri atas, wakil instansi Pemerintah Provinsi dan wakil instansi Pemerintah Kabupaten/Kota pada wilayah sungai. (2) Keanggotaan yang berasal dari unsur Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwakili Dinas teknis yang membidangi sumber daya air dan Dinas yang terkait. (3) Wakil instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah 12 orang, yang berasal dari instansi Pemerintah Provinsi berjumlah 5 (lima) orang dan yang berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota berjumlah 7 (tujuh) orang yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air. (4) Wakil instansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah kepala instansi yang bersangkutan atau ditentukan lain. Pasal 8 (1) Keanggotaan yang berasal dari unsur non pemerintah terdiri atas unsur-unsur : a) Wakil dari Yayasan Sanggar Indonesia Hijau ( SIHIJAU ) Pasuruan b) Wakil dari Perum. Perhutani KPH Pasuruan c) Wakil dari LMDH Tunas Harapan Kabupaten Probolinggo d) Wakil dari GHIPPA Taposan Tirta Kabupaten Probolinggo e) Wakil dari Pokmas. Tinjang Mina Unggul Kabupaten Pasuruan f) Wakil dari PHRI Kabupaten Pasuruan g) Wakil dari Yayasan Wahana Kota Probolinggo h) Wakil dari Ecoton (Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah) Pasuruan i) Wakil dari Shrimp Club Indonesia Probolinggo j) Wakil dari PG Kedawoeng Pasuruan k) Wakil dari GHIPPA Podo Joyo Pasuruan (2) Anggota dari unsur non pemerintah diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul kelompok organisasi/asosiasi yang diwakilinya. (3) Pengusulan anggota dari unsur non pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan melalui tata cara pemilihan secara demokratis. (4) Pemilihan anggota dari unsur non pemerintah diselenggarakan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa kerja anggota dari unsur nonpemerintah. (5) Penyelenggaraan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) difasilitasi oleh Sekretariat TKPSDA. Pasal 9

- 7 - Pasal 9 (1) Keanggotaan dari unsur non pemerintah berlaku untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun. (2) Dalam masa keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan penggantian antar waktu anggota apabila yang bersangkutan : a. mengundurkan diri; b. meninggal dunia; c. tidak melaksanakan tugas karena berhalangan tetap paling sedikit selama 1 (satu) tahun; d. dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap; atau e. ditarik kembali oleh unsur yang diwakilinya. (3) Bilamana ada anggota dimana lembaga yang diwakilinya kelembagaannya tidak memenuhi syarat lagi dalam keanggotaan TKPSDA WS Welang - Rejoso, maka status keanggotaannya dibicarakan/ditentukan dalam Sidang Paripurna TKPSDA WS Welang - Rejoso. Bagian Keempat Pimpinan Pasal 10 Unsur Pimpinan TKPSDA WS Welang - Rejoso terdiri dari Ketua dan Ketua Harian. Pasal 11 (1) Ketua TKPSDA WS Welang - Rejoso berwenang: a. menetapkan rencana kerja; b. menetapkan tata kerja dan tata tertib persidangan dan tata cara dan tata tertib pengambilan keputusan; c. memimpin Sidang sesuai dengan ketentuan tata tertib persidangan dan tata cara pengambilan keputusan; d. menetapkan keputusan berdasarkan hasil persidangan; (2) Ketua Harian TKPSDA bertugas: a. melaksanakan tugas Ketua TKPSDA dalam hal Ketua TKPSDA berhalangan; b. melaksanakan koordinasi dan konsultasi antarsektor, antar wilayah dan antar pemilik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air; c. mengkoordinasikan pembahasan rancangan pola, rancangan rencana, rancangan program dan rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Welang - Rejoso; d. mengawasi pelaksanaan tugas Sekretariat TKPSDA. Bagian Kelima

- 8 - Bagian Kelima Kelengkapan Perangkat Kerja Pasal 12 Unsur Kelengkapan Perangkat Kerja TKPSDA adalah Sekretariat TKPSDA dan Komisi Kerja. Pasal 13 (1) Sekretariat TKPSDA adalah alat kelengkapan TKPSDA yang ditetapkan oleh Ketua Harian. (2) Sekretariat TKPSDA dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat. (3) Sekretariat TKPSDA bertanggung jawab kepada Ketua Harian TKPSDA. (4) Sekretariat TKPSDA bertugas untuk : a. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi TKPSDA; b. Memfasilitasi penyediaan tenaga ahli/pakar/narasumber yang diperlukan oleh TKPSDA; c. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan; d. Menyelenggarakan administrasi keuangan, dan e. Memfasilitasi penyelenggaraan pemilihan anggota TKPSDA atas unsur non pemerintah. (5) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dalam ayat (4), Sekretariat TKPSDA menyelenggarakan fungsi: a. Pelayanan administrasi anggota TKPSDA dan Perangkat Kelengkapan TKPSDA; b. Pelaksanaan fasilitasi pemilihan anggota TKPSDA dari unsur non pemerintah untuk setiap periode; c. Penyediaan sarana dan prasarana pelaksanaan tugas dan fungsi TKPSDA; d. Penyediaan dukungan teknis dalam penyusunan program kerja TKPSDA; e. Pelaksanaan fasilitasi tenaga ahli/pakar/narasumber untuk membantu tugas dan fungsi TKPSDA; f. Pelaksanaan persidangan paripurna dan komisi kerja TKPSDA; g. Tindak lanjut laporan permasalahan sumber daya air dari daerah-daerah dan analisisnya; h. Pelayanan data dan informasi untuk mendukung tugas dan fungsi TKPSDA; i. Pelayanan informasai kepada masyarakat; j. Pelaksanaan fasilitasi hubungan kerja TKPSDA dengan pihak lain; dan k. Pelaksanaan administrasi kepegawaian, keuangan dan kerumahtanggan Sekretariat TKPSDA. Pasal 14

- 9 - Pasal 14 (1) Komisi Kerja adalah kelengkapan perangkat kerja TKPSDA yang terdiri dari beberapa anggota dan bersifat tidak tetap (ad hoc) serta dibentuk untuk melaksanakan bidang-bidang tugas tertentu berdasarkan kesepakatan yang diputuskan dalam Sidang Paripurna TKPSDA. (2) Anggota TKPSDA dapat dikelompokkan kedalam Komisi Kerja - Komisi Kerja kecuali Ketua dan Ketua Harian. (3) Setiap anggota TKPSDA wajib menjadi anggota salah satu Komisi Kerja. (4) Penempatan anggota TKPSDA dalam Komisi Kerja - Komisi Kerja dan perpindahan Komisi Kerja, ditetapkan berdasarkan Sidang Paripurna TKPSDA. (5) Jika terdapat anggota TKPSDA yang mengalami pergantian antar waktu, maka anggota tersebut menempati tempat anggota Komisi Kerja yang digantikan. (6) Ketua dan Sekretaris Komisi Kerja dipilih oleh anggota dari masing-masing Komisi Kerja; (7) Jumlah anggota setiap Komisi Kerja sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diatas diupayakan sama. (8) Komisi Kerja yang terdapat dalam TKPSDA terdiri dari : a. Komisi Kerja Konservasi Sumber Daya Air; b. Komisi Kerja Pendayagunaan Sumber Daya Air; c. Komisi Kerja Pengendalian Daya Rusak Air. Pasal 15 (1) Setiap Komisi Kerja mempunyai tugas untuk : a. melakukan tugas TKPSDA seperti pada pasal 3 dan 4 sesuai bidangnya; b. melakukan evaluasi dan monitor pelaksanaan keputusan TKPSDA yang dilaksanakan oleh setiap Instansi/pemilik kepentingan terkait; c. menyusun usulan penyelesaian permasalahan/sengketa yang disampaikan pemerintah daerah, pemilik kepentingan, ataupun masyarakat pengguna Sumber Daya Air dan masyarakat umum yang tertarik pada masalah Sumber Daya Air; d. menindaklanjuti aspirasi masyarakat; e. melakukan kunjungan kerja sesuai dengan persetujuan Pimpinan TKPSDA, f. mengadakan Sidang Komisi Kerja dan dengar pendapat langsung kepada masyarakat ataupun tidak langsung melalui perwakilan tentang isu kritikal yang terkait dengan bidangnya, g. mengajukan usulan sesuai bidang yang menjadi tanggung jawabnya, serta h. mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam setiap keputusan TKPSDA. (2)Komisi

- 10 - (2) Komisi Kerja bertanggung jawab dan menyampaikan Laporan Kerjanya kepada Ketua/Ketua Harian TKPSDA dalam sidang paripurna; (3) Dalam menjalankan tugasnya Komisi Kerja dapat dibantu oleh tenaga ahli perorangan atau narasumber berdasar kerangka acuan kerja yang disepakati bersama. BAB II TATA TERTIB PERSIDANGAN Bagian Kesatu Persidangan TKPSDA Persidangan TKPSDA terdiri atas : a. Sidang Paripurna; b. Sidang Luar Biasa; c. Sidang Komisi Kerja. Pasal 16 Bagian Kedua Tata Cara Persidangan Sidang Paripurna Pasal 17 (1) Sidang Paripurna adalah TKPSDA yang dipimpin oleh Ketua/Ketua Harian atau Anggota TKPSDA yang terpilih merupakan unsur tertinggi dalam pengambilan keputusan TKPSDA. (2) Sidang Paripurna dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. (3) Pada sidang paripurna perdana diagendakan pembentukan Komisi Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14. Pasal 18 (1) Dalam setiap awal tahun masa persidangan, Pimpinan Sidang TKPSDA menyampaikan pidato pembukaan. (2) Pidato pembukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terutama menguraikan rancangan agenda kegiatan TKPSDA selama satu tahun masa persidangan, dan permasalahan lain yang dipandang prioritas utama. (3) Pada setiap akhir tahun masa sidang, Pimpinan Sidang TKPSDA menyampaikan pidato penutupan masa persidangan. (4) Pidato penutupan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), terutama menguraikan hasil kegiatan TKPSDA selama satu tahun masa persidangan. Pasal 19

- 11 - Pasal 19 (1) Masa persidangan ditetapkan oleh Ketua/Ketua Harian TKPSDA berdasarkan kesepakatan unsur TKPSDA. (2) Materi persidangan, jadwal, dan acara persidangan disiapkan oleh Sekretariat TKPSDA. (3) Naskah persidangan dibagikan Sekretariat TKPSDA kepada para anggota paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal persidangan. (4) Naskah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat disampaikan lewat media elektronik seperti website atau dikirimkan lewat e-mail address kepada para anggota. Pasal 20 (1) Pimpinan Sidang menyampaikan pokok-pokok substansi persidangan berdasarkan naskah persidangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3). (2) Tanggapan/masukan/saran dan usul perubahan/tambahan atas substansi persidangan disampaikan oleh para anggota melalui Komisi Kerja-Komisi Kerja. Pasal 21 (1) Setiap Anggota wajib menandatangani daftar hadir sebelum memasuki ruang Sidang. (2) Anggota yang berhalangan hadir dapat mewakilkan kepada seseorang yang ditunjuk oleh yang bersangkutan berdasarkan Surat Kuasa. (3) Anggota dari Unsur Pemerintah yang berhalangan hadir dalam persidangan dapat mewakilkan sekurang-kurangnya kepada pejabat yang mampu sesuai dengan bidang/ tugasnya. (4) Anggota dari Unsur Non Pemerintah yang berhalangan hadir dalam persidangan, dapat mewakilkan kepada seorang yang berasal dari pengurus asosiasi/organisasi yang sama dan memiliki kompetensi di bidangnya. (5) Sekretariat TKPSDA dapat menolak kehadiran Anggota yang tidak dapat memenuhi ketentuan ayat (2) dan ayat (3) atau ayat (4) tersebut diatas. (6) Untuk para undangan lain selain anggota disediakan daftar hadir tersendiri. Sidang Luar Biasa Pasal 22 (1) Sidang Luar Biasa adalah Sidang Paripurna TKPSDA yang diadakan apabila : a. Diminta oleh Gubernur; b. Dikehendaki oleh Ketua/Ketua Harian TKPSDA; atau c. Apabila ada hal-hal yang darurat segera untuk ditindaklanjuti yang dinyatakan oleh sekurang-kurangnya seperlima jumlah anggota. (2)Ketua

- 12 - (2) Ketua/Ketua Harian TKPSDA dapat mengundang beberapa anggota yang terkait dengan substansi atau permasalahan yang akan dibahas dalam Sidang. Sidang Komisi Kerja Pasal 23 (1) Sidang Komisi Kerja adalah Sidang anggota Komisi Kerja yang dipimpin oleh Ketua Komisi Kerja. (2) Ketua Komisi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Sekretaris Komisi Kerja ditetapkan pada sidang paripurna perdana sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (3). (3) Sidang Komisi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan hasil pembahasan dalam Sidang Paripurna. Pasal 24 (1) Agenda kegiatan Komisi Kerja disusun oleh anggota Komisi Kerja berdasarkan kesepakatan para anggota Komisi Kerja. (2) Agenda kegiatan Komisi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Ketua Komisi Kerja kepada Ketua Harian TKPSDA untuk mendapatkan persetujuan. (3) Agenda kegiatan Komisi Kerja yang telah disetujui oleh Ketua Harian TKPSDA disampaikan oleh Ketua Komisi Kerja kepada Sekretariat TKPSDA untuk difasilitasi. Pasal 25 (1) Setiap anggota Komisi Kerja berhak memberikan tanggapan/masukan dalam Sidang Komisi Kerja. (2) Kesimpulan atas berbagai tanggapan/masukan sebagaimana dimaksud ayat (1) menjadi kesepakatan hasil Sidang Komisi Kerja yang dituangkan dalam Risalah Sidang Komisi Kerja. (3) Risalah Sidang Komisi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan dipergunakan untuk menyusun pandangan/sikap Komisi Kerja yang akan disampaikan pada Sidang Paripurna. Bagian Ketiga Tata Tertib Persidangan Pasal 26 (1) Sidang Paripurna TKPSDA dipimpin oleh Ketua TKPSDA dan wajib dihadiri para anggota. (2) Dalam hal Ketua berhalangan, sidang dipimpin oleh Ketua Harian. (3)Dalam

- 13 - (3) Dalam hal Ketua dan Ketua Harian berhalangan, sidang dipimpin oleh salah seorang anggota TKPSDA yang dipilih oleh peserta sidang. Pasal 27 (1) Pimpinan Sidang membuka sidang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan untuk pembukaan sidang dan apabila telah hadir lebih dari separuh jumlah anggota. (2) Apabila pada waktu yang telah ditentukan belum mencapai separuh jumlah anggota, Pimpinan Sidang mengumumkan penundaan pembukaan sidang. (3) Penundaan sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 1 (satu) jam. (4) Apabila pada akhir waktu penundaan, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum juga terpenuhi Pimpinan Sidang dapat membuka sidang. (5) Sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (4), secara sah dapat mengambil keputusan sepanjang memenuhi kuorum sebagaimana diatur dalam Bab III Tata Cara Pengambilan Keputusan. Pasal 28 (1) Pimpinan Sidang menutup sidang setelah semua agenda sidang yang ditetapkan telah selesai dibicarakan. (2) Dalam hal ada agenda sidang yang belum terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan, maka Pimpinan Sidang dapat menunda penyelesaian acara tersebut untuk dibicarakan dalam sidang berikutnya atau meneruskan penyelesaian acara tersebut atas persetujuan anggota sidang. (3) Pimpinan Sidang mengemukakan pokok-pokok keputusan dan/atau kesimpulan yang dihasilkan oleh sidang sebelum menutup sidang. Pasal 29 (1) Pimpinan Sidang berhak berbicara selaku pimpinan dalam sidang untuk menjelaskan masalah yang menjadi pembicaraan, mendudukkan persoalan yang sebenarnya, mengembalikan pembicaraan kepada pokok persoalan, dan menyimpulkan pembicaraan anggota sidang. (2) Apabila Pimpinan Sidang hendak berbicara selaku anggota harus menyatakan terlebih dahulu bahwa apa yang disampaikan adalah merupakan suara anggota. Pasal 30 (1) Dalam Sidang Paripurna setiap Komisi Kerja mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangan/sikap Komisi Kerja. (2) Pandangan/sikap Komisi Kerja disampaikan oleh salah seorang anggota Komisi Kerja yang ditunjuk oleh Komisi yang bersangkutan. (3)Giliran

- 14 - (3) Giliran berbicara diatur oleh Pimpinan Sidang. (4) Pembicara dalam sidang tidak boleh diganggu / diinterupsi selama berbicara. (5) Pimpinan Sidang menentukan lamanya anggota berbicara. (6) Dalam hal seorang berbicara ternyata melampaui batas waktu bicara yang telah ditentukan, Pimpinan Sidang berhak memperingatkan dan/atau meminta kepada pembicara untuk mengakhiri pembicaraan. Pasal 31 (1) Sidang Paripurna dapat mendengar penjelasan dari Narasumber berdasarkan persetujuan anggota. (2) Berdasarkan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan Sidang mempersilakan Narasumber untuk menyampaikan penjelasannya dan sekaligus menentukan lamanya berbicara. (3) Sebelum menyampaikan penjelasannya Narasumber wajib memperkenalkan identitasnya kepada peserta Sidang. Pasal 32 (1) Lamanya Sidang setiap hari maksimal 8 kali pertemuan @ 45 menit. (2) Penyimpangan dari waktu Sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan melalui kesepakatan. (1) Peserta persidangan terdiri atas: a. Anggota TKPSDA; Pasal 33 b. Peserta yang diundang hadir oleh Pimpinan TKPSDA sebagai Narasumber; c. Peninjau dan atau Pengunjung yang diundang kehadirannya oleh Pimpinan TKPSDA. (2) Hak Anggota dalam persidangan adalah: a. Mengajukan rancangan keputusan persidangan; b. Mengajukan pertanyaan; c. Menyampaikan usul dan pendapat; d. Keuangan dan administratif yang diberikan sehubungan dengan persidangan. (3) Anggota dalam persidangan mempunyai kewajiban: a. Melaksanakan prinsip musyawarah dan demokrasi selama persidangan; b. Mempertahankan dan memelihara kerukunan, kebersamaan, keutuhan dan persatuan Tim demi menjalankan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pengelolaan Sumber Daya Air yang berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas; c. Menyerap

- 15 - c. Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat pemilik kepentingan; d. Mendahulukan kepentingan, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; e. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan teknis kepada para pemilik kepentingan yang diwakilinya; f. Mentaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib persidangan TKPSDA; g. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan sesama anggota dan atau peserta Sidang lainnya; h. Memberikan pandangan dan pendapat berdasarkan fakta dan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan. (4) Hak Peserta yang diundang hadir dalam persidangan adalah: a. Memberikan pandangan dan pendapat berdasarkan fakta dan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan, setelah mendapat ijin berbicara dari Pimpinan persidangan; b. Mengikuti persidangan dari awal sampai akhir selama Pimpinan persidangan memperbolehkannya; c. Keuangan dan administratif yang diberikan sehubungan dengan persidangan. (5) Peserta yang diundang hadir dalam persidangan mempunyai kewajiban: a. Meminta ijin sebelum berbicara kepada Pimpinan persidangan; b. Mentaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib persidangan TKPSDA; c. Memelihara ketertiban dan keamanan selama persidangan berlangsung. (6) Hak Peninjau dan atau Pengunjung yang diundang kehadirannya oleh Pimpinan TKPSDA dalam persidangan adalah: a. Mengikuti persidangan dari awal sampai akhir selama Pimpinan persidangan memperbolehkannya; (7) Peninjau dan atau Pengunjung yang diundang kehadirannya oleh Pimpinan TKPSDA dalam persidangan mempunyai kewajiban: a. Mentaati kode etik dan Peraturan Tata Tertib Persidangan TKPSDA; b. Memelihara ketertiban dan keamanan selama persidangan berlangsung. Pasal 34 (1) Setiap Anggota dapat mengajukan interupsi dalam persidangan TKPSDA. (2) Interupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam hal : a. Meminta penjelasan tentang duduk persoalan sebenarnya mengenai masalah yang sedang dibicarakan; b. Menjelaskan soal yang di dalam pembicaraan menyangkut diri dan/atau tugasnya; c.mengajukan

- 16 - c. Mengajukan usul prosedur mengenai soal yang sedang dibicarakan; atau d. Mengajukan usul agar Sidang ditunda untuk sementara. (3) Interupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan oleh setiap anggota setelah mendapatkan persetujuan dari semua anggota yang hadir, baik dalam Sidang Paripurna, Sidang Luar Biasa maupun Sidang Komisi Kerja. (4) Pimpinan Sidang berhak menetapkan lamanya pembicara melakukan interupsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (5) Pimpinan Sidang berhak memperingatkan dan menghentikan pembicara apabila interupsi tidak ada hubungannya dengan materi yang sedang dibicarakan. (6) Terhadap penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b, tidak dapat diadakan pembahasan. (7) Usul, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d, untuk dapat dibahas harus mendapat persetujuan Pimpinan Sidang. Pasal 35 (1) Seorang pembicara tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan, kecuali halhal yang akan disampaikan berkaitan dengan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 34. (2) Apabila seorang pembicara menurut pendapat Pimpinan Sidang menyimpang dari pokok pembicaraan, Pimpinan Sidang berhak memperingatkan dan meminta supaya pembicara kembali kepada pokok pembicaraan. Pasal 36 (1) Pimpinan Sidang berhak memperingatkan pembicara yang: a. menggunakan kata-kata yang tidak layak/tidak sopan. b. melakukan perbuatan yang mengganggu ketertiban atau ; c. menganjurkan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum. (2) Pimpinan Sidang berhak meminta agar yang bersangkutan menghentikan perbuatan pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan atau memberikan kesempatan kepadanya untuk menarik kembali kata-katanya dan menghentikan perbuatannya. (3) Apabila pembicara memenuhi permintaan Pimpinan Sidang, kata-kata pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap tidak pernah diucapkan dan tidak dimuat dalam Risalah Sidang. Pasal 37 (1) Apabila seorang pembicara tidak memenuhi peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Pimpinan Sidang berhak melarang pembicara tersebut meneruskan pembicaraan dan perbuatannya. (2)Apabila

- 17 - (2) Apabila larangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masih juga tidak diindahkan oleh yang bersangkutan, Pimpinan Sidang berhak meminta kepada yang bersangkutan meninggalkan ruang sidang. (3) Apabila pembicara tersebut tidak mengindahkan permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pembicara tersebut dapat dikeluarkan dengan paksa dari ruang sidang atas perintah Pimpinan Sidang. (4) Ruang sidang, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), adalah ruangan yang dipergunakan untuk sidang. Pasal 38 (1) Pimpinan Sidang dapat menutup atau menunda Sidang apabila berpendapat bahwa Sidang tidak mungkin dilanjutkan karena terjadi peristiwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dan Pasal 37. (2) Dalam hal kejadian luar biasa, Pimpinan Sidang dapat menutup atau menunda sidang yang sedang berlangsung dengan meminta persetujuan dari peserta sidang. (3) Lama penundaan sidang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), tidak boleh lebih dari 48 (empat puluh delapan) jam. Pasal 39 (1) Peninjau dan atau Pengunjung adalah mereka yang diundang kehadirannya oleh Pimpinan TKPSDA dan tidak termasuk sebagai anggota. (2) Peninjau dan atau Pengunjung tidak dapat berbicara dalam sidang dan tidak mempunyai hak suara. (3) Untuk Peninjau dan atau Pengunjung disediakan tempat tersendiri. (4) Peninjau dan atau Pengunjung wajib mentaati tata tertib sidang dan/atau ketentuan lain yang diatur oleh Pimpinan TKPSDA. Pasal 40 (1) Pimpinan Sidang wajib menjaga agar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tetap dipatuhi. (2) Pimpinan Sidang berhak meminta agar para Peninjau dan atau Pengunjung yang mengganggu ketertiban Sidang untuk meninggalkan ruang sidang dan apabila permintaan itu tidak diindahkan, yang bersangkutan dapat dikeluarkan dengan paksa dari ruang sidang atas perintah Pimpinan Sidang. (3) Pimpinan Sidang dapat menutup atau menunda sidang tersebut apabila terjadi peristiwa, sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Lama penundaan sidang, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tidak boleh lebih dari 48 (empat puluh delapan) jam. BAB III

- 18 - BAB III TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Bagian Kesatu Prinsip Umum Pasal 41 (1) Pengambilan keputusan adalah proses penyelesaian akhir suatu masalah yang dibicarakan dalam sidang paripurna dan sidang luar biasa TKPSDA. (2) Keputusan sidang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa persetujuan, pertimbangan dan atau rekomendasi. Pasal 42 (1) Pengambilan keputusan dalam Sidang TKPSDA pada dasarnya diusahakan sedapat mungkin dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat. (2) Apabila cara pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Pasal 43 (1) Setiap Sidang TKPSDA dapat mengambil keputusan apabila disetujui oleh lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir. (2) Bilamana kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum juga tercapai, cara penyelesaiannya diserahkan kepada Ketua TKPSDA, dengan memperhatikan pendapat Ketua Harian. Pasal 44 Setiap keputusan Sidang TKPSDA, baik berdasarkan musyawarah mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak, berlaku dan mengikat semua anggota. Bagian Kedua Keputusan Berdasarkan Mufakat Pasal 45 (1) Pengambilan keputusan berdasarkan mufakat dilakukan setelah semua Komisi Kerja yang hadir diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat serta saran, yang kemudian dipandang cukup untuk diterima oleh sidang sebagai pandangan/sikap dan pemikiran Komisi Kerja bagi penyelesaian masalah yang sedang dimusyawarahkan. (2)Untuk

- 19 - (2) Untuk dapat mengambil keputusan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan Sidang menyampaikan rancangan keputusan sidang yang mencerminkan pendapat dan saran yang dapat diterima dalam sidang. Bagian Ketiga Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak Pasal 46 (1) Dalam Sidang Paripurna, keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila keputusan berdasarkan mufakat sudah tidak terpenuhi karena adanya pendirian Komisi Kerja tertentu yang tidak dapat dipertemukan lagi dengan pendirian Komisi Kerja yang lain. (2) Dalam Sidang Luar Biasa dan Sidang Komisi Kerja, keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila keputusan berdasarkan mufakat sudah tidak terpenuhi karena adanya pendirian anggota tertentu yang tidak dapat dipertemukan lagi dengan pendirian anggota yang lain. Pasal 47 (1) Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila diambil dalam Sidang yang dihadiri oleh Anggota dari unsur Pemerintah maupun Non Pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1), dan disetujui oleh lebih dari separuh jumlah Anggota yang hadir. (2) Apabila keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai dengan 1 (satu) kali pemungutan suara, maka Pimpinan Sidang mengusahakan agar diperoleh jalan keluar yang disepakati Pasal 48 (1) Pemberian suara secara terbuka untuk menyatakan setuju, menolak, atau tidak menyatakan pilihan (abstain) dilakukan oleh anggota sidang yang hadir dengan cara lisan, mengangkat tangan, berdiri, tertulis, atau dengan cara lain yang disepakati oleh anggota sidang. (2) Penghitungan suara dilakukan dengan menghitung secara langsung tiap-tiap anggota sidang. (3) Anggota yang meninggalkan sidang (walk out) dianggap telah hadir dan tidak mempengaruhi sahnya keputusan. (4) Apabila hasil pemungutan suara tidak memenuhi ketentuan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1), dilakukan pemungutan suara ulang yang pelaksanaannya ditangguhkan sampai sidang berikutnya dengan tenggang waktu tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam. (5)Apabila

- 20 - (5) Apabila hasil pemungutan suara ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ternyata tidak juga memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1), masalahnya menjadi batal. Pasal 49 (1) Pemberian suara tertutup dilakukan dengan tertulis, tanpa mencantumkan nama, tanda tangan, atau tanda lain yang dapat menghilangkan sifat kerahasiaan. (2) Pemberian suara secara tertutup dapat juga dilakukan dengan cara lain yang tetap menjamin sifat kerahasiaan. (3) Apabila hasil pemungutan suara tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1), pemungutan suara diulang sekali lagi dalam sidang hari itu juga. (4) Apabila hasil pemungutan suara ulang, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tidak juga memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1), pemungutan suara secara tertutup, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masalahnya menjadi batal. BAB IV DOKUMEN PERSIDANGAN Bagian Kesatu Jenis, Bentuk dan Penyimpanan Dokumen (1) Jenis dokumen persidangan adalah: Pasal 50 a. Rekaman jalannya persidangan berupa foto dan video; b. Konsep risalah sidang, ringkasan laporan sidang, naskah risalah sidang dari semua jenis persidangan; c. Konsep keputusan sidang, naskah keputusan tetap sebagai hasil dari Sidang Paripurna dan Sidang Luar Biasa; d. Konsep laporan dan Laporan TKPSDA kepada Gubernur beserta seluruh lampirannya; e. Konsep laporan tahunan dan Laporan Tahunan TKPSDA beserta seluruh lampirannya. (2) Bentuk dokumen persidangan adalah hard copy dan soft copy/digital yang disimpan dalam arsip dibawah pengawasan dan tanggung jawab Kepala Sekretariat TKPSDA. (3)Teknik

- 21 - (3) Teknik penyimpanan dokumen dikelompokkan kedalam sifat dokumen, khusus untuk dokumen yang bersifat rahasia diarsipkan dan disimpan hanya oleh Kepala Sekretariat. (4) Pengaturan teknik penyimpanan dokumen lebih lanjut dilakukan oleh Kepala Sekretariat. Pasal 51 (1) Dokumen persidangan dikelompokkan kedalam dokumen tertutup, dokumen terbuka dan dokumen rahasia; (2) Sifat dokumen persidangan ditetapkan dalam Sidang Paripurna; (3) Penggunaan dokumen yang dinyatakan terbuka dapat dilakukan oleh seluruh anggota bagi kepentingan pelaksanaan keputusan tetap TKPSDA dan publikasi kepada masyarakat umum; (4) Penggunaan dokumen yang dinyatakan tertutup hanya dapat dilakukan oleh Anggota bagi kepentingan pelaksanaan keputusan tetap TKPSDA dengan ijin tertulis dari pimpinan TKPSDA; (5) Penggunaan dokumen yang dinyatakan rahasia tidak dapat dilakukan oleh siapapun, kecuali untuk kepentingan proses penegakan hukum. Bagian Kedua Risalah Sidang dan Laporan Singkat Pasal 52 (1) Dalam setiap sidang wajib dibuat Risalah Sidang yang ditandatangani oleh Pimpinan Sidang atau Sekretaris Sidang atas nama Pimpinan Sidang. (2) Risalah adalah catatan sidang yang berisi pokok-pokok pembicaraan, kesimpulan dan/atau keputusan yang dihasilkan dalam sidang serta dilengkapi dengan informasi mengenai : a. Jenis sidang; b. Hari dan tanggal sidang; c. Tempat sidang; d. Acara sidang; e. Waktu pembukaan dan penutupan sidang; f. Pimpinan dan Sekretaris sidang g. Jumlah dan nama Anggota yang menandatangani daftar hadir; dan h. Undangan yang hadir. i. Notulen (rekaman pembicaraan). Pasal 53

- 22 - Pasal 53 (1) Risalah Sidang sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 ayat (2) disusun oleh Sekretaris Sidang. (2) Risalah Sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagikan oleh Sekretariat TKPSDA kepada para anggota dan pihak lain yang berkepentingan paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak sidang selesai. Pasal 54 (1) Dalam setiap sidang dibuat Laporan Singkat yang ditandangani oleh Pimpinan Sidang atau Sekretaris Sidang atas nama Pimpinan Sidang (2) Laporan Singkat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat Pokok-pokok pembicaraan dan/atau kesimpulan sidang. (3) Sekretaris Sidang secepatnya menyusun Laporan Singkat untuk segera dibagikan kepada Anggota dan pihak lain yang berkepentingan setelah sidang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1). BAB V HAK KEUANGAN DAN FASILITAS KERJA Bagian Kesatu Umum Pasal 55 (1) Hak keuangan bagi Ketua, Ketua Harian dan Anggota TKPSDA serta Narasumber diatur dalam Keputusan Gubernur Jawa Timur tentang Pedoman Kerja dan Pelaksanaan Tugas Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun terakhir. (2) Fasilitas kerja bagi Ketua, Ketua Harian dan Anggota TKPSDA serta Narasumber selama kurun waktu persidangan/sidang disediakan oleh Sekretariat TKPSDA. Bagian Kedua Tunjangan Pasal 56 (1) Tunjangan sidang ditetapkan atas dasar Keputusan Gubernur Jawa Timur tentang Pedoman Kerja dan Pelaksanaan Tugas Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun terakhir. Pasal 57

- 23 - Pasal 57 (1) Tunjangan perjalanan dinas berupa bantuan transportasi; (2) Besaran tarif bantuan transportasi maksimum yang diberikan diatur dalam Keputusan Gubernur Jawa Timur tentang Pedoman Kerja dan Pelaksanaan Tugas Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun terakhir. Ditetapkan di Surabaya pada tanggal 10 Oktober 2013 KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR SELAKU KETUA HARIAN TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI WELANG REJOSO Ir. SUPAAD, MSi. Pembina Utama Madya NIP. 19560816 198703 1 006