III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif murni atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

Desain dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam

Oleh Beatriz Lasmaria Harianja Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum.,Ph.D. ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada

BAB III METODE PENELITIAN. adalah metode yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadiankejadian

BAB 1 PENDAHULUAN. atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kata-kata. Bogdan, Tylor, dan Moleong dalam Margono (2007: 36)

BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan seorang peneliti untuk

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Desain ini sesuai dengan tuju-an penelitian

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang menjadi pusat perhatian adalah hubungan antara pemahaman

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya siswa menghadapi masalah dalam menggunakan bahasa

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah eksprimen semu (Quasi Experimental

EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS XII SMA PERINTIS 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Kemampuan menulis surat undangan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran

BAB III METODE PENELITIAN. data penelitiannya (Arikunto, 2013: 203). Dalam metode penelitian terdapat halhal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain analisis deskriptif yang sesuai dengan tujuan

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X MULTIMEDIA 1 SMK NEGERI 9 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Herman dan Nur Indah

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk

V. KESIMPULAN. pembelajaran debat pada desain pembelajaran menulis teks argumentasi dilakukan

I. METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III.PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif murni atau sur-vei. Penelitian

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

KEMAHIRAN MENULIS SURAT UNDANGAN SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 8 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PERCUT SEI TUAN TAHUN PEMBELAJARAN 2017/2018. Oleh. Azura. Drs. Syamsul Arif, M.Pd.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuasi eksperimen atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sedangkan penelitian adalah wahana untuk menemukan kebenaran. Usaha untuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Agustus 2010 di kelas X SMA

III. METODE TINDAKAN KELAS. dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. untuk mendeskripsikan dan menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi (BSNP, 2006). Untuk berbahasa dengan baik dan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bunga Lestari Dr. Wisman Hadi, M.Hum. ABSTRAK

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia Sekolah Dasar

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Winaya (2013: 3) yang mencakup keterampilan berbicara dan menulis.

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL. Disusun dan Diajukan oleh. Monalisa Frince S. Pembimbing Skripsi, Drs. H. Sigalingging, M.Pd

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KOLABORATIF SISWA KELAS X 1 SMA MUHAMMADIYAH 4 ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan diperoleh secara otodidak.

III. METODE PENELITIAN. hal ini, penulis memaparkan tentang kecepatan efektif membaca siswa kelas X

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PARAGRAF DEDUKTIF DAN INDUKTIF SISWA KELAS XI SMA ADABIAH 2 PADANG MELALUI KEGIATAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menggambarkan tingkat kemandirian dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

PENINGKATAN MENULIS PARAGRAF MELALUI PENERAPAN LESSON STUDY MAHASISWA SEMESTER 1B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB I TINGKAT KETERBACAAN MODUL BAHASA INDONESIA SMP TERBUKA MELALUI TES PILIHAN GANDA

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING

SPESIFIKASI SOAL UASBN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif, yakni

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran bahasa Indonesia saat ini cenderung kurang baik. Semua itu karena kurangnya minat baca siswa. Seperti yang disampaikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi serta tumbuh dan berkembangnya berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang

OLEH Vera Puspita Liangsari NIM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menyunting memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan dipaparkan definisi operasional, desain penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa dianggap

Transkripsi:

49 III. METODE PENELITIAN. Desain Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif murni atau survei. Penelitian deskriptif murni atau survei merupakan penelitian yang benarbenar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan atau wilayah tertentu (Arikunto, 00: ). Di sini, peneliti meninjau untuk menyelidiki keadaan atau kondisi yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Tugas peneliti adalah mengumpulkan data, menganalisis, menginterprestasikannya, dan menyimpulkannya. Setelah itu, peneliti diharapkan dapat memberikan masukan atau pendapat terhadap data yang telah dianalisis tersebut agar diambil keputusan sebagai tindak lanjut dari penelitian ini. Untuk itu, penelitian deskriptif ini dirasa baik digunakan dalam penelitian kemampuan menulis esai siswa kelas XII SMA Negeri 9 Bandarlampung tahun ajaran 0/0.. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 00: 7). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri 9 Bandarlampung tahun ajaran 0/0. Populasi tersebut berjumlah 8 siswa yang tersebar ke dalam sembilan kelas, yaitu kelas XII-IPA yang terdiri atas enam kelas dan kelas XII-IPS yang terdiri atas tiga kelas. Populasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

0 Tabel. Jumlah Populasi Kelas XII SMA Negeri 9 Bandarlampung Tahun Ajaran 0/0 No. Kelas Jumlah Siswa XII-IPA XII-IPA XII-IPA 4 XII-IPA 4 XII-IPA 6 XII-IPA 6 7 XII-IPS 0 8 XII-IPS 0 9 XII-IPS 0 Jumlah 8. Sampel Jika ingin meneliti sebagian populasi, maka dalam penelitian disebut sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 00: 74). Sampel tersebut hanya beberapa persen dari jumlah populasi. Apabila populasi lebih dari 00, maka sampel diambil 0%-% atau 0%-% dari jumlah populasi (Arikunto, 00: 0). Hal ini untuk mempermudah perhitungan. Dengan demikian, peneliti mengambil sampel sebesar % dari jumlah populasi siswa kelas XII SMA Negeri 9 Bandarlampung tahun ajaran 0/0 yaitu 4 siswa dengan sistem random atau pengambilan secara acak pada populasi yang homogen. Tabel. Jumlah Sampel Kelas XII SMA Negeri 9 Bandarlampung Tahun Ajaran 0/0 No. Kelas Jumlah Siswa % dari Jumlah Siswa Jumlah Sampel XII-IPA 4,8 XII-IPA 4,8 XII-IPA 4,8 4 XII-IPA 4 4,8 XII-IPA 4,8 6 XII-IPA 6 4,8 7 XII-IPS 0 4, 8 XII-IPS 0 4, 9 XII-IPS 0 4, Jumlah 8 4, 4

.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 00: 9). Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis yaitu siswa sampel menulis esai lima paragraf. Dengan demikian, teknik tes dalam penelitian ini diharapkan mampu memperlihatkan hasil kemampuan menulis esai siswa XII SMA Negeri 9 Bandarlampung tahun ajaran 0/0 yang akan dinilai oleh dua penskor yaitu peneliti dan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah tersebut.. Teknik Analisis Data Setelah dikumpulkan hasil menulis esai, peneliti akan menganalisis hasil tersebut dengan cara sebagai berikut.. Mengumpulkan setiap lembar hasil menulis esai siswa.. Membaca setiap lembar hasil menulis siswa.. Mengoreksi hasil menulis esai siswa berdasarkan indikator berikut ini. Tabel.4 Indikator dan Deskriptor Kemampuan Menulis Esai Siswa SMA Negeri 9 Bandarlampung Tahun Ajaran 0/0 No. Indikator Deskriptor Skor. Ketepatan Paragraf pengantar memperkenalkan topik yang Pengembangan akan dibahas, pernyataan tesis tepat, dan menggunakan pola organisasi esai secara tepat. Paragraf Pengantar Terdapat 0 kekurangan. Paragraf pengantar memperkenalkan topik yang akan dibahas, pernyataan tesis tepat, dan menggunakan pola organisasi esai secara tepat. 4 Namun, terdapat kekurangan.

No. Indikator Deskriptor Skor Paragraf pengantar memperkenalkan topik yang akan dibahas, pernyataan tesis tepat, dan menggunakan pola organisasi esai secara tepat. Namun, terdapat kekurangan. Paragraf pengantar memperkenalkan topik yang akan dibahas, pernyataan tesis tepat, dan menggunakan pola organisasi esai secara tepat. Namun, terdapat kekurangan. Paragraf pengantar tidak memperkenalkan topik yang akan dibahas, pernyataan tesis tidak tepat, dan tidak menggunakan pola organisasi. Ketepatan Pengembangan Paragraf Tubuh esai secara tepat. Tiap paragraf tubuh membahas hanya satu aspek topik utama, gagasan pengontrol dalam paragraf tubuh harus mengekspresikan gagasan sentral atau thesis statement, paragraf tubuh harus memiliki keserasian dan keutuhan (koheren), dan argumentasi kuat. Terdapat 0 kekurangan. Tiap paragraf tubuh membahas hanya satu aspek topik utama, gagasan pengontrol dalam paragraf tubuh harus mengekspresikan gagasan sentral atau thesis statement, paragraf tubuh harus memiliki keserasian dan keutuhan (koheren), dan argumentasi kuat. Namun, terdapat kekurangan. Tiap paragraf tubuh membahas hanya satu aspek topik utama, gagasan pengontrol dalam paragraf tubuh harus mengekspresikan gagasan sentral atau thesis statement, paragraf tubuh harus memiliki keserasian dan keutuhan (koheren), dan argumentasi kuat. Namun, terdapat kekurangan. Tiap paragraf tubuh membahas hanya satu aspek topik utama, gagasan pengontrol dalam paragraf tubuh harus mengekspresikan gagasan sentral atau thesis statement, paragraf tubuh harus memiliki keserasian dan keutuhan (koheren), dan argumentasi kuat. Namun, terdapat kekurangan. Tiap paragraf tubuh tidak membahas satu aspek topik utama, gagasan pengontrol dalam paragraf tubuh tidak mengekspresikan gagasan sentral atau thesis statement, paragraf tubuh tidak memiliki keserasian dan keutuhan (koheren), dan argumentasi tidak kuat. 4

No. Indikator Deskriptor Skor. Ketepatan Pengembangan Paragraf Simpulan Paragraf simpulan harus menyebut kembali butir-butir utama yang sudah dibahas secara ringkas, dapat menyebut kembali thesis statement dengan kata-kata lain (guna menghindari repetisi), tidak boleh menyampaikan topik baru, dan harus koheren dengan paragraf tubuh. Terdapat 0 kekurangan. Paragraf simpulan harus menyebut kembali butir-butir utama yang sudah dibahas secara ringkas, dapat menyebut kembali thesis statement dengan kata-kata lain (guna menghindari 4 repetisi), tidak boleh menyampaikan topik baru, dan harus koheren dengan paragraf tubuh. Namun, terdapat kekurangan. Paragraf simpulan harus menyebut kembali butir-butir utama yang sudah dibahas secara ringkas, dapat menyebut kembali thesis statement dengan kata-kata lain (guna menghindari repetisi), tidak boleh menyampaikan topik baru, dan harus koheren dengan paragraf tubuh. Namun, terdapat kekurangan. Paragraf simpulan harus menyebut kembali butir-butir utama yang sudah dibahas secara ringkas, dapat menyebut kembali thesis statement dengan kata-kata lain (guna menghindari repetisi), tidak boleh menyampaikan topik baru, dan harus koheren dengan paragraf tubuh. Namun, terdapat kekurangan. Paragraf simpulan harus menyebut kembali butir-butir utama yang sudah dibahas secara ringkas, dapat menyebut kembali thesis statement dengan kata-kata lain (guna menghindari repetisi), tidak boleh menyampaikan topik baru, dan harus koheren dengan paragraf 4. Keefektifan Kalimat. Ketepatan Diksi tubuh. Namun, terdapat 4 kekurangan. Keefektifan kalimat mengalami kesalahan 0-9,99% dari jumlah kalimat dalam esai. Keefektifan kalimat mengalami kesalahan 0-9,99% dari jumlah kalimat dalam esai. Keefektifan kalimat mengalami kesalahan 0-9,99% dari jumlah kalimat dalam esai. Keefektifan kalimat mengalami kesalahan 0-9,99% dari jumlah kalimat dalam esai. Keefektifan kalimat mengalami kesalahan 40% lebih dari jumlah kalimat dalam esai. Penggunaan diksi mengalami kesalahan 0-0,99% dari jumlah diksi yang ada. 4

4 No. Indikator Deskriptor Skor Penggunaan diksi mengalami kesalahan -,99% dari jumlah diksi yang ada. 4 Penggunaan diksi mengalami kesalahan -,99% dari jumlah diksi yang ada. Penggunaan diksi mengalami kesalahan -,99% dari jumlah diksi yang ada. Penggunaan diksi mengalami kesalahan 4% lebih dari jumlah diksi yang ada. 6. Ketepatan Ejaan mengalami kesalahan 0-4,99% dari Ejaan jumlah aspek yang digunakan. Ejaan mengalami kesalahan -9,99% dari jumlah aspek yang digunakan. 4 Ejaan mengalami kesalahan 0-44,99% dari jumlah aspek yang digunakan. Ejaan mengalami kesalahan 4-9,99% dari jumlah aspek yang digunakan. Ejaan mengalami kesalahan 60% dari jumlah aspek yang digunakan. Skor Maksimal 0 4. Menetapkan skor hasil menulis esai siswa berdasarkan deskriptor. a. Indikator pertama yakni menetapkan skor pengembangan paragraf pengantar hasil menulis esai siswa. Jika paragraf pengantar memperkenalkan topik yang akan dibahas, pernyataan tesis tepat, dan menggunakan pola organisasi esai secara tepat, maka mendapat skor. Jika paragraf pengantar memperkenalkan topik yang akan dibahas, pernyataan tesis tepat, dan menggunakan pola organisasi esai secara tepat, namun terdapat kekurangan, maka mendapat skor 4. Jika paragraf pengantar memperkenalkan topik yang akan dibahas, pernyataan tesis tepat, dan menggunakan pola organisasi esai secara tepat, namun terdapat kekurangan, maka mendapat skor. Jika paragraf pengantar memperkenalkan topik yang akan dibahas, pernyataan tesis tepat, dan menggunakan pola organisasi esai secara tepat, namun terdapat kekurangan, maka mendapat skor. Namun jika paragraf

pengantar tidak memperkenalkan topik yang akan dibahas, pernyataan tesis tidak tepat, dan menggunakan pola organisasi esai secara tidak tepat, maka mendapat skor. b. Indikator kedua yakni menetapkan skor pengembangan tubuh hasil menulis esai siswa. Jika tiap paragraf tubuh membahas hanya satu aspek topik utama, gagasan pengontrol dalam paragraf tubuh harus mengekspresikan gagasan sentral atau thesis statement, paragraf tubuh harus memiliki keserasian dan keutuhan (koheren), dan argumentasi kuat serta terdapat 0 kekurangan, maka mendapat skor. Jika terdapat kekurangan, baik berupa tidak membahas satu aspek topik utama pada tiap paragraf tubuh, gagasan pengontrol dalam paragraf tubuh kurang mengekspresikan gagasan sentral atau thesis statement, paragraf tubuh kurang memiliki keserasian dan keutuhan (koheren), dan kurang argumentasi kuat, maka mendapat skor 4. Jika terdapat kekurangan, maka mendapat skor. Jika terdapat kekurangan, maka mendapat skor. Namun jika empatnya mengalami kekurangan, maka skor perolehannya. c. Indikator ketiga yakni menetapkan skor pengembangan simpulan hasil menulis esai siswa. Jika paragraf simpulan menyebut kembali butir-butir utama yang sudah dibahas secara ringkas, menyebut kembali thesis statement dengan kata-kata lain (guna menghindari repetisi), tidak boleh menyampaikan topik baru, dan koheren dengan paragraf tubuh, dan terdapat 0 kekurangan, maka mendapat skor. Jika terdapat kekurangan, baik berupa tidak menyebut kembali butir-butir utama yang sudah dibahas secara ringkas pada paragraf simpulan, tidak menyebut kembali thesis statement

6 dengan kata-kata lain (guna menghindari repetisi), menyampaikan topik baru, dan kurang koheren dengan paragraf tubuh, maka mendapat skor 4. Jika terdapat kekurangan, maka mendapat skor. Jika terdapat kekurangan, maka mendapat skor. Namun jika terdapat 4 kekurangan, maka mendapat skor. d. Indikator keempat yakni menetapkan skor keefektifan kalimat pada hasil menulis esai siswa. Skor keefektifan kalimat ini dihitung dengan rumus berikut ini. Jika keefektifan kalimat mengalami kesalahan 0-9,99% dari jumlah kalimat dalam esai, maka mendapat skor. Jika keefektifan kalimat mengalami kesalahan 0-9,99% dari jumlah kalimat dalam esai, maka mendapat skor 4. Jika keefektifan kalimat mengalami kesalahan 0-9,99% dari jumlah kalimat dalam esai, maka mendapat skor. Jika keefektifan kalimat mengalami kesalahan 0-9,99% dari jumlah kalimat dalam esai, maka mendapat skor. Namun jika keefektifan kalimat mengalami kesalahan 40% lebih dari jumlah kalimat dalam esai, maka mendapat skor. Misalnya, jumlah kalimat dalam esai adalah 0 kalimat. Jumlah kalimat yang tidak efektif adalah kalimat, maka perhitungannya sebagai berikut. Jadi, keefektifan kalimat mendapat skor 4 karena kesalahannya hanya 0% dari jumlah kalimat dalam esai. e. Indikator kelima yakni menetapkan skor ketepatan diksi pada hasil menulis

7 esai siswa. Skor ketepatan diksi ini dihitung dengan rumus berikut ini. Jika penggunaan diksi mengalami kesalahan 0-0,99% dari jumlah diksi yang ada, maka mendapat skor. Jika penggunaan diksi mengalami ke-salahan -,99% dari jumlah diksi yang ada, maka mendapat skor 4. Jika penggunaan diksi mengalami kesalahan -,99% dari jumlah diksi yang ada, maka mendapat skor. Jika penggunaan diksi mengalami kesalahan -,99% dari jumlah diksi yang ada, maka mendapat skor. Namun jika penggunaan diksi mengalami kesalahan 4% lebih dari jumlah diksi yang ada, maka mendapat skor. Misalnya, jumlah diksi dalam esai adalah 00 diksi. Jumlah kalimat yang tidak efektif adalah kalimat diksi, maka perhitungannya sebagai berikut. Jadi, ketepatan penggunaan diksi mendapat skor 4 karena kesalahannya % dari jumlah diksi dalam esai. f. Indikator keenam yakni menetapkan skor ketepatan ejaan pada hasil menulis esai siswa. Skor ketepatan ejaan dihitung dengan rumus beriku ini. Jika ejaan mengalami kesalahan 0-4,99% dari jumlah aspek yang digunakan, maka mendapat skor. Jika ejaan mengalami kesa-lahan -9,99% dari jumlah aspek yang digunakan, maka mendapat skor 4. Jika ejaan mengalami kesalahan 0-44,99% dari jumlah aspek yang digunakan, maka mendapat skor. Jika ejaan mengalami kesalahan 4-9,99% dari jumlah

8 aspek yang digunakan, maka mendapat skor. Namun jika ejaan mengalami kesalahan 60% lebih dari jumlah aspek yang digunakan, maka mendapat skor. Misalnya, ejaan yang digunakan adalah pemakaian huruf kapital dengan jumlah 40 dan terjadi kesalahan 0, pemakaian huruf miring dengan jumlah dan terjadi kesalahan, penggunaan tanda baca titik dengan jumlah 0 dan terjadi kesalahan, penggunaan tanda baca koma dengan jumlah 0 dan terjadi kesalahan 0, dan pemenggalan kata dengan jumlah dan terjadi kesalahan. Dengan demikian, jumlah ejaan dalam esai adalah 0 ejaan. Jumlah ejaan yang tidak tepat adalah 0 ejaan, maka perhitungannya sebagai berikut. Jadi, ketepatan penggunaan ejaan mendapat skor 4 karena kesa-lahannya mencapai,07% dari jumlah ejaan dalam esai.. Menghitung skor keseluruhan per siswa dengan rumus berikut ini. 6. Menghitung rata-rata skor keseluruhan per siswa dari penskor pertama (peneliti) dan penskor kedua (guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 9 Bandarlampung) dengan perbandingan penilaian dari peneliti sebesar 40% dan penilaian dari guru Bahasa Indonesia sebesar 60%. 7. Menetapkan tingkat kemampuan menulis esai per siswa berdasarkan indikator yang digunakan.

9 8. Menghitung kemampuan menulis esai per siswa per indikator dengan rumus berikut ini. 9. Menghitung skor rata-rata kemampuan menulis esai per siswa per indikator. 0. Menetapkan tingkat kemampuan menulis esai berdasarkan tolok ukur yang digunakan. Tabel. Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Esai Tingkat Penguasaan Keterangan 8%-00% Baik sekali 7%-84% Baik 60%-74% Cukup 40%-9% Kurang 0%-9% Sangat Kurang (Nurgiyantoro, 009: 99)