Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

dokumen-dokumen yang mirip
II. Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak Di dalam buku ini yang dimaksud dengan hijauan pakan ternak (HPT) adalah semua pakan sumber serat

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

HIJAUAN PAKAN TERNAK UNTUK LAHAN SUB-OPTIMAL

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang

Ekonomi Pertanian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System)

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK ASAL KOTORAN SAPI Hasil sampingan pemeliharaan ternak sapi atau sering juga disebut sebagai kotoran sapi tersusun dari feses,

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

A. Pengolahan tanah METODE PENANAMAN RUMPUT BEDE Pada prinsipnya pengolahan tanah sama seperti persiapan untuk penanaman rumput unggul lainnya. Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ±

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TERNAK PERAH SEBAGAI PRODUSEN SUSU

I. PENDAHULUAN. tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Tetapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

UJI COBA PEMBERIAN DUA JENIS LEGUMINOSA HERBA TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI DI DESA TOBU, NUSA TENGGARA TIMUR

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Ekologi Padang Alang-alang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Transkripsi:

IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan dan Kondisi sosial ekonomi petani 4.1. Iklim I ndonesia termasuk ke dalam wilayah iklim tropis. Tumbuhtumbuhan yang bisa hidup di wilayah iklim sub-tropis belum tentu dapat hidup dengan balk di wilayah iklim tropis dan sebaliknya. Seorang ahli kiimatologi yang bernama Oldeman membagi wilayah Indonesia ke dalam 14 zona agroklimat (Tabel 4.1) yang didasarkan pada lamanya bulan basah dan bulan kering. Komponen iklim yang paling besar pengaruhnya terhadap hasil dan mutu HPT di Indonesia adalah curah hujan dan suhu udara. a. Curah hujan Pada musim hujan produksi HPT biasanya tinggi, tetapi mutunya menurun. Hal ini disebabkan karena pada musim hujan pertumbuhan HPT lebih cepat daripada musim kemarau. Akibatnya peternak kelebihan pasokan sehingga banyak rumput yang terlambat dipotong. Apabila rumput dipotong terlalu tua, kandungan serat kasarnya meningkat, sedangkan kandungan protein kasarnya menurun. 29

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman Zona Panjang bulan basah berturut-turut Panjang bulan kering berturut-turut Bulan basah = curah hujan > 200 mm/bulan Bulan kering = curah hujan < 100 mm/bulan Sebaliknya pada musim kemarau, pertumbuhan rumput Iebih l ambat sehingga rumput Iebih lambat dipanen atau kalau cepat dipanen rumputnya masih muda. Pada saat itu kandungan protein kasar cukup tinggi sementara serat kasarnya rendah. Pada musim kemarau daya hasil HPT jugs rendah, sehingga banyak peternak yang mencari hijauan ke tempat lain untuk ternaknya. b. Suhu udara Suhu udara biasanya ditentukan oleh ketinggian tempat dari permukaan laut, dimana setiap perubahan tinggi 100 m, suhu udara berbeda sebesar 1 C. Dengan demikian spesies yang mampu tumbuh pada ketinggian tertentu sebenarnya mampu beradaptasi pada suhu di tempat itu. 30 Al > 9 bulan < 3 bulan B1 7-9 <2 B2 7-9 2-4 C1 5-6 <2 C2 5-6 2-4 C3 5-6 5-6 D 1 3-4 <2 D2 3-4 2-4 D3 3-4 5-6 D4 3-4 >6 El <3 <2 E2 <3 2-4 E3 <3 5-6 E4 <3 >6

4.2. Lahan Agroekosistem Indonesia dibedakan menjadi enam kategori yaitu daerah hulu aliran sungai, lahan rawa dan pasang surut, l ahan kering beriklim kering, lahan kering beriklim basah, sawah i rigasi dan sawah tadah hujan. Dalam kaitannya dengan HPT, keenam kategori lahan ini memberikan jenis HPT yang berbeda. Di lahan kering dan daerah hulu DAS, sebagian besar peternak mengandalkan HPT nya pada rumput lokal walaupun ada juga yang menanam rumput unggul yang tahan kering, sedangkan peternak di sawah irigasi dan sawah tadah hujan mereka selain bisa memperoleh rumput l okal juga dapat menanam rumput introduksi. Peternak di lahan pasang surut juga mengandalkan rumput lokal. Di lahan pasang surut pasokan rumputnya bisa tersedia sepanjang tahun. Disamping itu, yang juga berpengaruh adalah kesuburan tanah, termasuk kemasaman tanah dan salinitas. Tanah-tanah di sekitar gunung berapi biasanya lebih subur sehingga apabila tidak ada kendala air, tanah tersebut bisa ditanami HPT dengan hasil yang tinggi. Sebaliknya tanah yang tidak dipengaruhi gunung berapi, seperi Podsolik Merah Kuning biasanya kekurangan unsur hara dan bersifat masam sehingga hanya tanaman tertentu yang bisa tumbuh dengan balk. Tanah demikan biasanya mengandung unsur aluminium (AI) dan mangan (Mn) yang sangat tinggi sedangkan kandungan unsur kalsium (Ca) dan fosfor (P) sangat rendah. 3 1

4.3. Spesies Di dalam memilih jenis HPT untuk ternaknya, biasanya peternak tradisional mengacu kepada kebiasaan yang sudah turun temurun dilakukan sejak nenek-moyangnya. Yang penting bagi mereka HPT itu disenangi ternak. Mereka belum memilih HPT apa yang sebaiknya diberikan agar ternaknya tumbuh Iebih sehat, atau Iebih cepat gemuk atau hasil susunya lebih banyak. Padahal seharusnya peternak sudah menentukan sejak awal, HPT yang akan ditanam dan diberikan kepada ternak mempunyai kelebihan dalam hal produktivitas, palatabilitas, nilai gizi dan kemampuannya dalam beradaptasi dengan iklim setempat. Dengan demikian sebenarnya spesies HPT, balk rumput maupun leguminosa sangat mempengaruhi daya hasil dan mutu pakan yang diberikan. Contoh yang paling sering dijumpai adalah rumput gajah disukai peternak sapi perah karena daya hasilnya yang sangat tinggi. Peternak jarang menanam rumput lain karena dianggap tidak ada rumput yang memberikan hasil hijauan segar sebanyak rumput gajah. Diperkirakan di dunia terdapat sekitar 10.000 spesies rumput (keluarga Gramineae). Dari sebanyak itu kisaran daya hasilnya sangat beragam mulai dari yang sangat sedikit sampai yang mampu memberikan hasil di atas 500 t/ha/th seperti rumput raja ( Pennisetum purpuroides). Demikian juga ketahanannya atau sifat toleransinya terhadap berbagai tekanan (stress). Ada yang tahan kering, ada yang tahan genangan air. Ada yang mampu hidup pada tanah masam, ada yang toleran terhadap salinitas, ada pula yang hanya bisa hidup pada tanah subur. Rumput juga 3 2

ada yang bisa bertahan pada tanah pasir namun ada juga yang hidup hanya pada tanah lempung. Demikianlah ada bermacam-macam spesies atau jenis rumput yang mempunyai sifat-sifat khasnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhannya. 4.4. Pengelolaan Pengelolaan atau manajemen HPT sering diabaikan oleh peternak di Indonesia. Tanpa pengelolaan pakan yang balk, pasokan HPT sepanjang tahun tidak akan terjamin sehingga pertumbuhan dan perkembangan ternak tidak akan baik. Di dalam hubungannya dengan HPT, prinsip utama yang perlu diperhatikan adalah mendekatkan HPT atau TPT sedekat mungkin dengan kandang. Dengan demikian maka peternak tidak perlu menghabiskan waktu beberapa jam bahkan sampai setengah hari untuk mencari HPT. Caranya adalah dengan menanami lahan di sekitar kandang dengan TPT, balk rumput maupun leguminosa (Gambar 4.1) Menanam HPT saja tidak cukup. Tanaman harus dipelihara dengan baik, bahkan harus dipupuk. Pada saat harga pupuk buatan atau pupuk pabrik (urea, SP-36, KCI dsb.) mahal, pupuk kandang bisa menjadi pilihan yang sangat baik. Pupuk kandang dari kotoran sapi dan kotoran kambing atau domba bisa digunakan. Untuk keperluan ini biasanya petani menggali lubang di dekat kandang sapi, atau di bawah kandang kambing dan domba untuk menampung pupuk kandang Peternak sapi perah biasanya membuat parit di depan atau di belakang kandang untuk mengalirkan air bekas memandikan 33

r ` sapinya. Air itu, biasanya sudah tercampur dengan kotoran sapi, dialirkan ke kebun rumput yang berada di dekat kandang. Dengan demikian TPT tumbuh dengan subur, hasil hijauannya tinggi. Gambar 4.1. Penanaman TPT di dekat kandang (kiri), agar peternak tidak perlu mencarinya ke tempat yang jauh (kanan). Bagi peternak yang menggembalakan ternaknya di padang rumput, pengelolaan yang perlu diperhatikan adalah dengan memelihara padang rumput dengan sebaik-baiknya. Kendala utama yang dihadapi biasanya adalah tidak ada yang merasa bertanggung-jawab memelihara padang rumput sehingga kondisi padang rumput semakin lama semakin menurun. Pemeliharaan padang rumput sebaiknya dimulai dengan pembagian tanggung-jawab. Siapapun yang berkepentingan, dengan menggembalakan ternak di padang rumput itu, harus mau merawatnya dengan baik. Kalaupun tidak bisa memupuk, cukup dengan mengatur penggembalaan sehingga tidak terjadi penggembalaan berlebih, yang dampaknya akan buruk terhadap padang rumput tersebut. 34

Apabila memungkinkan, peternak dapat bergotong-royong. meningkatkan mutu padang rumput dengan jalan menanaminya dengan leguminosa, baik leguminosa menjalar, herba maupun pohon. 4.5. Kondisi sosial ekonomi petani/peternak Sebagian besar peternak di Indonesia adalah peternak yang kurang mampu secara finansial, sehingga di samping beternak mereka masih mempunyai mata pencaharian lain. Dengan demikian perawatan ternak dan pakannya juga tidak optimal. Walaupun peternak mempunyai dana untuk membeli ternak, belum tentu mereka memiliki cukup dana untuk mempunyai kebun rumput. Kalaupun ada lahan biasanya digunakan untuk tanaman pangan, sementara tanaman pakan ditanam di lahan-lahan yang tidak dapat ditanami tanaman pangan seperti di lahan yang kurang subur, berbatu-batu, tampingan teras dan sebagainya. Dengan demikian, daya hasil tanaman pakan juga tidak optimal, sehingga berpengaruh juga kepada ternak yang dipeliharanya. 35