BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah keluarga, anak menduduki posisi tertentu berdasarkan. urutan kelahirannya yang mana mempunyai pengaruh mendasar dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. besar bagian yang akan dibahas sesuai dengan pertanyaan penelitian yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor. 27 Tahun 2008, tentang standar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

BAB I PENDAHULUAN. Anna Kurnia, 2013 Profil Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

SKALA PENELITIAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

Titis Fitri Putri Astuti ( ) Pembimbing : Dra. Sri Hartini, M.Pd. Prodi BK FKIP UNISRI ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa dituntut kreatif, inovatif dan berperan aktif dalam berinteraksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK. Katolik Soegidjapranata Semarang dengan judul Perbedaan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif.

TUGAS INDIVIDU PENGEMBANGAN INSTRUMEN BIMBINGAN DAN KONSELING (KUESIONER BIMBINGAN DAN KONSELING KARIR)

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SEKOLAH SETINGKAT SMA DI KECAMATAN JATINANGOR SRI AYU NUR HASANAH ABSTRACT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDY BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB III METODE PENELITIAN. penggunaan data-data numerik atau berupa angka-angka yang dapat dicari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

BAB III METODE PENELITIAN

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kerja review ahli, hasil uji coba kelompok kecil dan hasil uji coba empiris.

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I P E N D A H U L U A N (AKHIR) Bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMPN 3 NGADIROJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah satu masa perkembangan manusia yang menarik perhatian untuk dibicarakan, karena pada masa remaja mengalami berbagai permasalahan yang harus dihadapi. Masa remaja disebut sebagai masa transisi yaitu masa peralihan dari masa kanakkanak menjadi dewasa. Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah mengembangkan kemampuan intelektual, perkembangan intelektual yang harus dimiliki remaja yaitu kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, mempunyai inisiatif yang tinggi, dan kemampuan untuk memperoleh atau menggunakan pengetahuan dalam memecahkan masalah serta mampu menetapkan tujuan yang hendak dicapai (Irwanto, 1994: 67). Kemampuan intelektual tidak akan bermanfaat apabila siswa tidak mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi. Kemampuan intelektual merupakan faktor penting untuk mencapai suatu prestasi. Prestasi merupakan dorongan yang kuat untuk berhasil mencapai tujuannya. Berprestasi ialah idaman setiap siswa di sekolah, baik itu prestasi bidang belajar, pribadi, sosial, maupun karir. Prestasi yang pernah diraih oleh siswa akan menumbuhkan motivasi baru untuk menjalani aktivitas di sekolah. Motivasi siswa mencapai suatu prestasi harus mempunyai motivasi berprestasi 1

2 yang tinggi. Motivasi merupakan kekuatan, dorongan, keinginan yang terdapat dalam diri siswa, yang menyebabkan siswa bertindak atau berbuat, sehingga motivasi berprestasi yang tinggi mendorong siswa untuk fokus pada pencapaian prestasi. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ketika menghadapi permasalahan akan melakukan cara-cara yang positif untuk memecahkan masalahnya, seperti bertanggung jawab terhadap pribadinya dan belajar dengan sungguh-sungguh (Wenar&Kering, 2007 online tersedia pada http://teknologikinerja.wordpress.com/upload/11/pengaruh - motivasi-terhadappeningkatan kinerja.pdf). Djiwandono (2002: 286) menyatakan motivasi yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi dimana siswa mengelola dirinya sendiri dengan perilaku yang bertanggungjawab dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Mc Clelland dan Atkinson (1953:78) Achievment motivation should be characterzed by high hopes of success rather than by fear of failure artinya motivasi berprestasi merupakan ciri seseorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada ketakutan kegagalan. Mc Clelland (1953:78) menyatakan motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik akan menilai kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkannya.

3 Menurut Clegg, Brian (2000:53) motivasi berprestasi merupakan suatu keinginan untuk berhasil, berusaha keras, dan mengungguli orang lain berdasarkan suatu standar mutu tertentu. Ciri-ciri individu yang memiliki motivasi yang tinggi menurut Dinata (2009, online tersedia pada http://dinata-online.co.cc) adalah menetapkan tujuan yang menantang dan sulit namun realistik, terus mengejar kesuksesan dan mampu mengambil resiko pada suatu kegiatan, merasakan puas setelah mendapatkan kesuksesan tetapi terus berusaha untuk menjadi yang terbaik, dan tidak merasa terganggu oleh kegagalan yang diperolehnya. Bagi para siswa, prestasi merupakan suatu hal yang harus siswa raih, siswa perjuangkan, dan siswa banggakan, bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, prestasi akan didapatkannya. Namun bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, tentu sulit meningkatkan prestasi. Anik Mukharomah (2010: 5, online tersedia pada http://www.pustakaskripsi.com/upload/2010/11/hubungan - kecerdasan- motivasi berprestasi-dengan kebiasaan belajar siswa.pdf.) siswa yang motivasi berprestasi rendah memiliki sikap kurang menunjukkan potensi dan kemampuannya, prestasi belajarnya kurang, bahkan dalam kenyataannya ciri-ciri pribadi yang belum memiliki motivasi berprestasi adalah adanya kecenderungan dalam kenakalan permasalahan remaja. Karakteristik remaja yang tidak memiliki motivasi berprestasi adalah: mudah merasa kecewa dan putus asa, kurang berani dalam menghadapi realitas, ingin segera mendapatkan yang diinginkan dengan tidak berusaha, mudah merasa bosan dan jenuh; mempuyai kepribadian antisosial, suka

4 memberontak, permusuhan yang tersembunyi, kurang percaya diri, mudah terpengaruh; impulsif, kurang memperhitungkan resiko dari tindakantindakannya. Rendahnya motivasi berprestasi remaja ditujukkan dengan nilai-nilai prestasi siwa yang naik turun atau tidak stabil. Siswa cenderung mengabaikan tugas jika kurang mendapatkan pengawasan dari guru. Siswa menunjukkan kurang kesadaran dan dorongan dari dalam diri sendiri untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Umniyah (2008: 73) menyatakan individu yang mempunyai motivasi berprestasi rendah, diantaranya kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan suatu aktivitas, memiliki program dalam aktivitas tetapi tidak didasarkan pada rencana dan tujuan yang realistik serta lemah melaksanakannya, bersikap apatis dan tidak percaya diri, ragu ragu dalam mengambil keputusan, tindakannya kurang terarah pada tujuan, tidak memiliki sikap inovatif dan kreatif dalam mempergunakan cara belajar, tidak memiliki sikap gigih dan giat dengan cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas sekolahnya, tidak memanfaatkan waktu dalam belajar sehingga memperoleh hasil belajar yang kurang maksimal. Fenomena di SMA Pasundan 8 Bandung berdasarkan wawancara dengan guru BK dan pengamatan langsung menunjukan indikator siswa kurang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dapat dilihat dari perilaku siswa kelas X tahun ajaran 2010/2011 yang menunjukan yaitu : 1) sikap yang asal lulus dan naik kelas; 2) sikap kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan suatu aktivitas; 3) kurang menciptakan cara belajar yang efektif sehingga kurang menguasai materi perlajaran; 4) memiliki sikap apatis dan tidak percaya diri; 4)

5 ragu-ragu dalam mengambil keputusan; 5) tindakannya kurang terarah pada tujuan; 6) kurang memiliki disiplin pribadi dalam belajar; 7) tidak mengikuti kegiatan belajar yang sedang berlangsung; 8) kurang memanfaatkan waktu untuk belajar lebih keras sehingga kurang memperoleh hasil prestasi yang baik. Fenomena yang terjadi pada siswa di SMA Pasundan 8 Bandung menunjukan banyak siswa yang sulit untuk mengembangkan prestasinya. Hasil Penelitian Nur Aziza (2010: 53, online tersedia pada http://www.infoskripsi.com/upload/2010/12/ hubungan-motivasi- berprestasidengan rokrastinasi akademik.pdf.) menunjukan remaja sebagai peserta didik memiliki sikap tidak bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran, memiliki perasaaan bosan dalam melakukan sesuatu, kurang memiliki tujuan yang jelas dalam pencapaian belajar, mengerjakan tugas tidak tepat pada waktunya, dan memiliki sikap mudah putus asa. Kurangnya motivasi dalam mencapai prestasi diduga kuat menjadi penyebab ketidakoptimalan pencapaian prestasi di bidang akademik. Adapun indikator yang menunjukkan kurangnya motivasi berprestasi siswa ialah kurangnya sikap bekerja keras dan mengikuti kegiatan belajar di sekolah dengan sebaik-baiknya, kurang memiliki kesadaran dalam bertindak dan rasa bertanggungjawab atas tugas yang diberikan oleh guru, siswa kurang bersikap mengantisipasi kegagalan yang akan terjadi, serta minimnya iklim persaingan di dalam kelas. Hasil penelitian di SMA Kutoharjo 5 Rembang Surakarta yang dilakukan oleh Diah Rizkiani (2007: 65, online tersedia pada http://diahrizkiani.wordpress.com/2011/1/ hambatan-dalam-mencapai-motivasi-

6 berprestasi-siswa-sma-5-kutoharjo-rembang.pdf.) menunjukkan siswa tidak melaksanakan tugas sekolah atau bertanggung jawab terhadap pekerjaannya (55%), siswa memiliki sikap yang pesimis dan tidak percaya diri dengan kemampuan/potensi yang dimiliki (59%), siswa kurang menumbuhkan rasa persaingan di dalam kelas (29%) dan kurang memiliki sikap belajar aktif di dalam kelas dan tidak berusaha keras untuk melakukan kegiatan belajar dengan sebaikbaiknya dalam mencapai prestasi (37%). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan kurangnya motivasi berprestasi pada siswa dan perlu mendapatkan perhatian lebih dari layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai suatu sub sistem pendidikan memiliki peran penting dalam mendukung pencapaian proses pembelajaran dengan memfasilitasi siswa agar mampu mencapai perkembangannya dengan optimal. Salah satu perkembangan yang harus dicapai siswa di sekolah yaitu perkembangan akademik terutama dalam mengembangkan motivasi berprestasi siswa. Bimbingan yang dapat diberikan untuk membantu siswa mengembangkan motivasi berprestasi ialah bimbingan akademik (belajar), karena bimbingan belajar merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik yang meliputi kebiasaan belajar, mengembangkan motivasi berprestasi, cara belajar yang efektif, dan menyelesaikan tugas-tugas (Juntika Nurihsan, 2003:21). Bimbingan akademik (belajar) diarahkan untuk meningkatkan motivasi berprestasi pada siswa di sekolah. Konselor membantu siswa sukses dalam

7 belajar, meraih prestasi dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program/pendidikan. Bimbingan belajar dirasa tepat untuk membantu siswa dalam menemukan cara belajar yang tepat, mengatasi kesukaran-kesukaran mengenai belajar, dan cara mengatur waktu dalam belajar, khususnya ditujukkan untuk mengembangkan potensi diri siswa agar mampu menemukan dan menciptakan cara yang cocok dalam belajar (Dewa Ketut Sukardi, 2002: 464). Bimbingan akademik (belajar) untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa disusun dalam rancangan program bimbingan dan konseling yang direncanakan secara sistematis, terarah, dan terpadu sebagai upaya meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Program bimbingan belajar selain dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi berprestasi juga dapat membantu siswa mengatasi permasalahan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan fenomena yang dipaparkan, penelitian mengangkat masalah Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa. (Studi Deskriptif Terhadap Siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012). B. Rumusan Masalah Sekolah merupakan suatu lingkungan formal tempat terlaksananya serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar. Kegiatan sekolah bertujuan menghasilkan perubahanperubahan positif di dalam diri siswa yang sedang menuju kedewasaan. Dengan demikian tugas sekolah tidak hanya bertanggung jawab mengembangkan aspek

8 intelektual siswa, melainkan juga bertanggung jawab dalam menumbuhkan, mendorong, membina dan mengembangkan kepribadian siswa dalam mencapai suatu prestasi. Pernyataan mengenai tugas sekolah sesuai dengan pendapat Kartadinata (1983:150) bahwa Sekolah tidak hanya menekankan kepada pengembangan kemampuan kognitif, tetapi juga menekankan kepada pengembangan kepribadian sebagai sesuatu yang terintegrasi dan utuh. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab besar untuk mencapai tujuan pendidikan dalam mengembangkan potensi akademik siswa, agar menjadi siswa yang mandiri, berilmu, kreatif, dan bertanggung jawab. Di Sekolah pengembangan motivasi untuk meraih tujuan-tujuan pendidikan yang secara langsung merupakan prestasi yang harus diraih siswa. Motivasi untuk meraih suatu tujuan belajar, motivasi menjalankan aktivitas belajar, serta motivasi mengerjakan tugas-tugas di sekolah, dan dapat meningkatkan suatu prestasi. Motivasi menghasilkan prestasi dan prestasi menghasilkan motivasi. Ini mengisyaratkan betapa pentingnya motivasi berprestasi siswa di sekolah, karena prestasi adalah suatu kebanggaan. Motivasi berprestasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan dimiliki oleh setiap siswa di sekolah. Motivasi berprestasi membantu siswa mampu mendorong tingkah lakunya untuk mencapai prestasi tertentu, mampu mengelola dirinya sendiri, mengembangkan kreativitas, memiliki sikap mampu menanggung resiko dan memiliki cara belajar yang efektif. Siswa yang kurang memiliki motivasi berprestasi akan menghambat proses belajar dan sikap persaingan belajar dalam mencapai prestasi di sekolah.

9 Motivasi berprestasi siswa perlu ditingkatkan, karena apabila permasalahan siswa kurang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menimbulkan permasalahan lainnya yang akan menghambat pembentukan proses belajar dan aktualisasi siswa di sekolah. Usaha ke arah motivasi berprestasi dapat dilakukan dengan memberikan intervensi dalam bentuk bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa yang dilakukan secara berkesinambungan agar siswa dapat memahami dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya dan mampu mencapai perkembangannya dengan optimal. Bimbingan yang dapat diberikan untuk membantu siswa mengembangkan motivasi berprestasi ialah bimbingan akademik (belajar), karena bimbingan belajar merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Permasalahan siswa kurang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menimbulkan permasalahan lainn yang akan menghambat pembentukan proses belajar dan mencapai prestasi di sekolah. Bimbingan belajar dapat diberikan secara tepat dan menyeluruh. Tepat dalam arti layanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa, menyeluruh dalam arti dapat melayani seluruh kebutuhan perkembangan siswa. Bimbingan belajar dapat dilakukan dengan suasana belajar yang kondusif agar dapat meningkatkan motivasi dalam mencapai prestasi. Para pembimbing membantu siswa meningkatkan motivasi dalam mencapai prestasi, mengembangkan cara belajar yang efektif, dan agar mampu menyesuaikan diri

10 terhadap tuntutan pendidikan. Bimbingan belajar dikemas dalam sebuah program untuk meningkatkan motivasi beprestasi siswa. Mengingat pentingnya program bimbingan belajar di sekolah sesuai dengan kebutuhan siswa, tuntutan lingkungan masyarakan dan kebijakan lembaga untuk membantu siswa mencapai kompetensi akademik, maka rumusan masalah penelitian dalam pertanyaan umum adalah Bagaimana rumusan program bimbingan belajar hipotetik untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa? Adapun pertanyaan penelitian, yaitu : Bagaimanakah gambaran umum motivasi berprestasi siswa pada kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian bertujuan untuk merumuskan program hipotetik bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. Secara khusus tujuan dari penelitian yaitu memperoleh gambaran umum motivasi berprestasi siswa pada kelas X SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagi Sekolah Penelitian yang dilakukan akan memberikan kontribusi dalam membuat dasar kebijakan untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa sehingga dapat membantu proses belajar di sekolah.

11 2. Bagi Guru Pembimbing (konselor) Rekomendasi program bimbingan belajar yang dapat di gunakan sekolah dalam membantu siswa meningkatkan motivasi berprestasi siswa. 3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Penelitian akan menjadi salah satu contoh program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa. E. Asumsi Dasar 1. Siswa yang memiliki dorongan untuk berprestasi atau motivasi berprestasi yang tinggi cenderung akan belajar keras dan berjuang untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan proses belajarnya, sehingga mencapai prestasi baik sesuai dengan kemampuannya (Mc Clelland (1985:134) 2. Siswa dengan Motivasi Berprestasi tinggi cenderung mendapatkan angkaangka yang baik dalam pelajaran yang berkaitan dengan karir masa depan mereka (Irma Rosdiyanti 1997:33 (Ratnawulan, 2001:58) 3. Siswa yang memiliki motivasi prestasi rendah cenderung belum memiliki cita-cita yang tinggi (Habsari 2005:1 (Ratnawulan, 2001:86). 4. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi belajar tinggi, dan sebaliknya mereka yang prestasi belajar rendah dimungkinkan karena motivasi berprestasinya juga rendah. (Mc Clelland 1985:130). 5. Bimbingan akademik ialah bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik (Juntika Nurihsan, 2003:21).

12 6. Bimbingan belajar merupakan bimbingan yang tepat untuk mengembangkan motivasi siswa dalam mencapai suatu prestasi dan membantu siswa dalam menghadapi permasalahan akademik atau belajar misalnya menemukan cara belajar yang tepat, dalam mengatasi kesukarankesukaran mengenai belajar, dan cara mengelola diri dan waktu dalam belajar, menciptakan suasana dalam belajar kondusif (Dewa Ketut Sukardi, 2002: 464). 7. Bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga individu sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat (Rochman Natawidjaya (Winkel, 1991:67). F. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam mengetahui tingkatan motivasi berprestasi siswa SMA Pasundan 8 Bandung. Profil motivasi berprestasi siswa yang ditampilkan dapat dilihat melalui data numerikal atau angka yang diperoleh secara statistika (analisis statistik). Metode yang digunakan adalah deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan profil motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung yang kemudian dijadikan sebagai dasar pembuatan program bimbingan

13 belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung. 2. Populasi dan Sampel Pertimbangan dasar dalam menentukan sampel dan populasi penelitian di SMA Pasundan 8 Bandung adalah belum adanya program bimbingan belajar yang dikhususkan untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa di sekolah. Sampel penelitian diambil dari populasi siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung, Tahun Ajaran 2011-2012. Dengan asumsi kelas X merupakan bagian dari masa pengenalan (orientasi) sehingga siswa masih dalam proses interaksi dengan lingkungan sekolah maupun dengan teman sebayanya. Dalam mencapai prestasi, siswa perlu memiliki motivasi berprestasi tinggi, karena siswa dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan, berkompetisi meraih prestasi dapat memanfaatkan waktu dalam belajar untuk mencapai prestasi. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling), dengan arti bahwa setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan sesuai dengan penjelasan Arikunto (2006: 112), apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasi.

14 Adapun langkah-langkah pengembangan program bimbingan belajar: Tahap I : Studi Pendahuluan 1. Studi Literatur 2. Studi Empiris Tahap IV : Revisi dan Penyusunan Program Hipotetik Tahap II: Design Program Hipotetik Tahap III : Penelahaahan secara empiris dan Judgment program oleh pakar bimbingan dan konseling G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data penelitian diawali dengan kegiatan studi pendahuluan di SMA Pasundan 8 bandung yang dilaksanakan dalam penelitian. Dilanjutkan dengan kegiatan wawancara kepada guru bimbingan dan konseling mengenai motivas berprestasi siswa dan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dan melakukan penyebaran angket. Alat pengumpul data berupa angket motivasi berprestasi siswa berdasarkan konsep Mc Clelland dengan beberapa ahli sesuai dengan kebutuhan penelitian. Angket yang dikembangkan berbentuk kuesioner dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden (Sugiyono, 2010:135). Angket yang digunakan dengan menggunakan skala likert dengan menyediakan lima alternatif jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).