BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang menyandang predikat guru professional. Hal tersebut tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas.

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. negara menjadi lebih baik. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ghea Anggraini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

PROGRAM SUPERVISI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DISUSUN OLEH : KEPALA SMP DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN SIKKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha apapun yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah mempunyai peran dan fungsi yang menjamin mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan untuk menunjang kebutuhan-kebutuhan perusahaan agar dapat

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu. mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Supervisi merupakan tahapan proses yang sangat penting bagi suatu organisasi dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan program yang telah direncanakan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Sergiovanni dan Starrat (1979:2) mengatakan bahwa supervisi perlu dilakukan atas dasar perbaikan yang harus dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya keuangan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (2009:14), bahwa untuk melaksanakan rencana atau program sehingga tercapai hasil yang baik salah satunya adalah dengan cara melakukan pengawasan atau supervisi yang kontinyu dan kosekuen. Melalui supervisi seorang supervisor dapat melakukan prediksi maupun evaluasi sedini mungkin terhadap hal yang menjadi kendala dalam menjalankan suatu program kerja, sehingga supervisor tersebut dapat mengambil tindakan strategis yang merupakan solusi atas kendala tersebut. Selain itu, supervisor juga dapat menganalisa berbagai kemudahan dan kelebihan din sekolah yang akan menjadi faktor potensial untuk dikembangkan dan dapat meningkatkan kejuruanitas sekolah pada masa itu maupun dimasa yang akan datang. Sehingga pada akhirnya seluruh unsur dalam sekolah tersebut dapat melakukan pekerjaannya sesuai prosedur yang ditetapkan dan dapat mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan efektif. Sekolah sebagai salah satu organisasi pendidikan yang secara lansung menyelenggrakan proses pendidikan, mengemban amanat untuk dapat 1

2 menyelenggarakan proses pendidikan dan mencapai Tujuan Pendidikan Nasional secara efektif. Amanat tersebut disiratkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 ayat (1) : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berbagai program perencanaan dan pengorganisasian pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah. Selanjutnya yang menjadi tantangan adalah bagaimana supaya sekolah dapat melaksanakan seluruh perencanaan tersebut sesuai dengan petunjuk dan standar batasan yang telah dirujuk oleh pemerintah. Untuk dapat melaksanakan perencanaan tersebut dan demi tercapainya tujuan pendidikan, diperlukan suatu upaya berupa program supervisi yang terencana terhadap penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah. Sergiovanni dan Starrat (1979:5) mengatakan bahwa sekolah yang melaksanakan program supervisi selalu menunjukan perkembangan dan peningkatan kualitas. Dengan melaksanakan supervisi, sekolah akan mendapatkan evaluasi atas kualitas penyelenggaraan pendidikan disekolah tersebut sehingga sekolah dapat melakukan perbaikan yang pada akhirnya akan terjadi peningkatan kualitas pendidikan. Secara umum terdapat dua jenis supervisi yang dilaksanakan dalam dunia pendidikan, yaitu supervisi manajerial yang berkaitan dengan administrative pengelolaan sekolah dan supervisi akademik yang berkaitan dengan penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah. Supervisi akademik dalam dunia pendidikan bertujuan

3 untuk memberikan pelayanan dan bantuan professional kepada guru dalam menghadapi berbagai kendala selama guru tersebut menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu supervisi akademik juga membantu guru dalam menterjemahkan kurikulum yang selalu berubah-ubah kedalam suatu proses persiapan perencanaan, pelaksaan dan evaluasi pembelajaran. Terdapat tiga unsur yang dapat melakukan supervisi akademik di sekolah, yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru yang sudah berpengalaman dibidang keahliannya. Strategisnya peran pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru berpengalaman sebagai seorang supervisor juga sejalan pendapat Sergiovanni and Starrat (1979:2) yang mengatakan bahwa tugas supervisi dititik beratkan kepada supervisor yang posisinya paling dekat dengan guru dan bidang pekerjaan disekolah. Pengawas sekolah berada dalam posisi yang independent dalam melakukan supervisi terhadap guru. Sebagaimana yang disebutkan dalam Permendiknas No 12. Tahun 2007 dan Sejalan dengan yang dikatakan oleh Sagala (2012:138) bahwa pengawas sekolah merupakan tenaga kependidikan professional yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan dalam bidang akademik maupun manajerial. Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, disebutkan tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan

4 professional Guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. Sebagai seorang supervisor, pengawas sekolah seharusnya dapat memberikan perhatian yang secara objektif dan sungguh-sungguh terhadap aspek yang dapat menjadi hambatan dan tantangan tugas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Sehingga supervisor dapat memahami permasalahan guru tersebut dan mencarikan solusi yang tepat. Selain itu supervisor juga dapat memberikan kesempatan kepada guru dalam mengembangkan ide dan kreatifitasnya yang pada akhirnya akan berdampak terhadap pelaksanaan belajar mengajar yang efektif. Idealnya pengawas sekolah sebagai supervisor akademik harus menjadi idola para guru, karena keberadaan pengawas sekolah di tengah-tengah mereka menjadi inspirator bagi guru untuk mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan tugas mengajar. Tujuan supervisi akademik adalah untuk peningkatan mutu pembelajaran melalui pembinaan dan pengembangan terhadap kualitas mengajar guru. Supervisi akademik yang mampu memperbaiki kualitas mengajar guru menurut Sahertian (2008: 20) adalah yang dilaksanakan dengan berpijak pada prinsip-prinsip sistematis, berencana dan kontinyu. Supervisi dilakukan berdasarkan data dan fakta yang obyektif. Keberhasilan supervisi akademik juga ditunjang dengan hubungan kesejawatan yaitu hubungan yang dibangun secara akrab dan hangat atas dasar kemanusiaan dengan menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru. Suasana supervisi akademik yang hangat dan akrab tersebut membuat guru merasa aman dan nyaman sehingga pengawas dapat membantu mengembangkan usaha bersama, yaitu

5 memberi dorongan dan rangsangan agar guru merasa tumbuh bersama seiring dengan supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Sagala (2012 : 221) mengatakan pembinaan dan pengembangan profesi guru berarti meningkatkan kualitas dan peningkatan pelayanan tenaga kependidikan guna mendapatkan tenaga pendidik yang kreatif dalam mencari alternatif dan pemecahan masalah. Usaha untuk meningkatkan kemampuan guru merupakan suatu tuntutan kebutuhan pada tiap sekolah. Guru dituntut untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif sesuai dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan pendidikan. Tugas guru dalam mendidik dan mengajar menjadi lebih strategis dalam upaya mempersiapkan peserta didik menghadapi persaingan ekonomi global yang memasuki era liberalisasi perdagangan dan ivestasi terutama untuk jenjang pendidikan menengah khususnya guru SMK. SMK dipersiapkan oleh pemerintah sebagai usaha antisipatif utuk mencegah kesenjangan antara hasil pendidikan dengan tuntutan kebutuhan masnyarakat yang terus berkembang. Hal ini dijelaskan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15: Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang pekerjaan tertentu. Secara khusus, tujuan SMK ialah mempersiapkan peserta didik agar mampu bekerja, baik sebagai karyawan maupun pelaku kewirausahaan sesuai dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan sikap professional dalam bidang keahlian yang diminatinya, serta mengembangkan diri melalui pendidikan lanjutan di perguruan tinggi.

6 Untuk mewujudkan hal tersebut, guru SMK dituntut untuk selalu aktif dan kreatif dalam mengembangkan kompetensi dirinya seiring dengan perkembangan IPTEK yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Saat ini guru SMK seolah ditantang untuk menunjukan profesionalitas dirinya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Pengembangan kompetensi guru ini tidak cukup hanya beasal dari dalam diri guru saja, namun juga membutuhkan suatu pemantauan, pemberian motivasi, pembinaan, pendampingan dan bimbingan dari pihak lain terutama kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai orang yang lebih dituakan dan dianggap lebih berpengetahuan sekaligus pimpinan tertinggi di sekolah tempatnya mengabdi. SMK kelompok Teknologi dan Rekayasa merupakan salah satu jejang pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk mampu terampil dan professional dalam penguasaan dan pengembangan dibidang teknologi. Lulusan SMK Teknologi dan Rekayasa diharapkan nantinya dapat menjadi tenaga kerja handal dan mampu memanfaatkan peluang untuk menciptakan lapangan pekerjaan sesuai bidang spesialisasinya masing-masing. Tuntutan dan tantangan akan guru yang bermutu dan professional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terlihat masih sangat jauh dari harapan. Hal ini terlihat dari hasil hasil uji kompetensi awal guru SMK secara nasional pada tahun 2012 seperti digambarkan dalam gambar 1 berikut ini :

7 Gambar 1: Hasil Kompetensi Awal Guru SMK Tahun 2012 (Sumber: Konferensi Pers Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2012 ) Hasil UKA pada Gambar 1 menunjukan bahwa nilai maksimal rata-rata hasil UKA guru SMK secara nasional tidak lebih dari 56,62 dan rata-rata nilai UKA Nasional guru SMK hanya 50,02 untuk skala nilai 0-100. Sementara untuk provinsi yang dapat memenuhi batas rata-rata minimal nilai UKA 2012 hanya 8 Provinsi dari 33 Provinsi, dan Provinsi Sumatera Utara berada pada urutan ke-25 dengan pencapaian nilai UKA rata-rata hanya 45,67. Hasil ini tentu sangat jauh dari yang diharapkan, guru dituntut untuk dapat menguasai dengan baik seluruh kompetensi inti maupun materi yang akan diinduksikan kepada peserta didik. Namun kenyataan ini menunjukan masih rendahnya mutu dan profesionalisme guru yang tercermin

8 melalui kompetensi yang ia miliki terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi professional. Atas dasar itu diperlukan adanya suatu upaya peningkatan kemampuan professional guru secara terprogram intensif dan kontinyu, salah satunya melalui kegiatan supervisi akademik. Pada saat peneliti mengadakan observasi, pengamatan dan wawancara informal kepada guru, wakil kepala sekolah dan pengawas sekolah di SMKN 2 MEDAN sebagai salah satu Sekolah Menengah yang telah menerapkan standar manajemen mutu ISO 9001:2008 pada tanggal 7-20 Januari 2015, peneliti menemukan adanya fenomena yang sangat kontras bertentangan dengan ciri guru profesional. Kenyataan ini tampak dari persiapan guru dalam pembelajaran seperti dokumen prota, prosem, silabus dan RPP yang belum lengkap. Menurut hasil wawancara dengan PKS Kurikulum dan pengawas sekolah, hanya ada tidak lebih dari 40% guru yang telah menyerahkan dokumen persiapan pembelajaran pada semester ganjil walaupun pada saat ini telah memasuki semester genap. Sedangkan untuk semester genap hanya ada 5 dokumen persiapan pembelajaran dari 5 orang guru kompetensi keahlian yang telah disetujui oleh PKS Kurikulum. Sementara dari hasil pengamatan, dalam proses penyelenggaraan proses pembelajaran masih banyak ditemukan guru yang masuk kedalam ruang kelas tidak tepat pada waktunya. Masih banyak guru yang tidak variatif menggunakan metode dan teknik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga halnya dari segi pemanfaatan sumber belajar, media dan teknologi yang masih minim. Masih ada dijumpai guru yang memberikan catatan kepada siswa dan selanjutnya meninggalkan ruang kelas. Selanjutnya dari data absensi guru juga masih ada sejumlah guru yang

9 tidak hadir kesekolah tanpa keterangan yang jelas sementara jam pelajaran guru tersebut ada tercantum di roster pelajaran pada hari itu. Sedangkan dari segi penugasan guru sebagai pembimbing siswa di DU/DI, masih ada sejumlah guru yang tidak melakukan kunjungan dan bimbingan siswa di DU/DI. Fenomena-fenomena ini menjadi masalah yang sangat substansial ditengah besarnya tuntutan terhadap profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Fenomena diatas dimungkinkan dapat terjadi karena belum efektifnya proses pelaksanaan supervisi yang dilakukan terhadap guru sekolah. Hal ini juga diperkuat dari hasil wawancara informal dengan beberapa orang guru di SMK Negeri 2 Medan yang menyatakan belum pernah mendapatkan arahan maupun bimbingan dari pengawas sekolah. Sedangkan wakil kepala sekolah bidang akademik menyatakan bahwa pengawas sekolah hanya sering melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dokumen persiapan pembelajaran tanpa pernah melakukan kunjungan kelas pada saat guru mengajar. Mukhtar dan Iskandar (2009: 39) mengatakan pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas di sekolah belum efektif sehingga belum memberi kontribusi yang memadai untuk meningkatkan mutu layanan belajar, alasan utamanya bertumpu pada dua hal yaitu pertama beban kerja pengawas terlalu berat, kedua latar belakang pendidikan mereka kurang sesuai dengan bidang studi yang disupervisi. Akibatnya, di lapangan beberapa guru merasakan kehadiran pengawas di tengah-tengah mereka tidak dapat membantu memperbaiki dan mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas pengajaran yang dihadapinya. Bahkan dalam praktiknya

10 pengawas lebih sering menekankan pada tanggung jawab administratif guru. Artinya dalam melaksanakan supervisi akademik pengawas hanya memeriksa kelengkapan administrasi pengajaran guru. Berdasarkan uraian diatas, menjadi suatu hal yang menarik bagi peneliti untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dan mendalam berkaitan dengan pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas sekolah pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa di Kota Medan. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam paradigma penelitian kualitatif berfungsi sebagai acuan untuk mengarahkan penelitian agar lebih terarah. Fokus penelitian juga dapat dijadikan sebagai batasan untuk membatasi kemungkinan adanya penyimpangan yang menimbulkan ambiguitas yang akan membingungkan peneliti sendiri. Perumusan masalah yang bertumpu pada fokus penelitian ini bersifat tentatif yang memungkinkan dilakukannya penyempurnaan rumusan fokus atau masalah sewaktu peneliti sudah berada di latar penelitian. Dalam hal ini peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini pada implementasi supervisi akademik oleh pengawas sekolah terhadap guru kompetensi keahlian kejuruan pada SMK Negeri Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa di Kota Medan dilihat dari : 1. Proses perencanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru kompetensi keahlian kejuruan pada SMK Negeri Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa di Kota Medan.

11 2. Pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru kompetensi keahlian kejuruan pada SMK Negeri Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa di Kota Medan 3. Tindak lanjut supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru kompetensi keahlian kejuruan pada SMK Negeri Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa di Kota Medan Alasan peneliti memilih lokasi ini karena SMK Negeri berada dibawah naungan lansung pemerintah kota medan yang merupakan cerminan SMK yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang membutuhkan pengembangan kompetensi guru yang sangat intens seiring dengan kemajuan perkembangan IPTEK dan kebutuhan guru, sehingga dibutuhkan suatu sistem pendampingan, bimbingan dan pembinaan tersendiri untuk tenaga pendidiknya. C. Rumusan Masalah Penelitian Bertolak dari latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana proses perencanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru kompetensi keahlian kejuruan pada SMK Negeri Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa di Kota Medan? 2. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru kompetensi keahlian kejuruan pada SMK Negeri Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa di Kota Medan?

12 3. Bagaimana tindak lanjut supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru kompetensi keahlian kejuruan pada SMK Negeri Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa di Kota Medan? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang, fokus penelitian dan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian adalah mendeskripsikan dan menganalisis: 1. Proses perencanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru kompetensi keahlian kejuruan pada SMK Negeri Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa di Kota Medan. 2. Pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru kompetensi keahlian kejuruan pada SMK Negeri Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa di Kota Medan. 3. Tindak lanjut supervisi akademik supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru kompetensi keahlian kejuruan pada SMK Negeri Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa di Kota Medan. E. Manfaat Penelitian Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan praktis. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan terutama dalam bidang manajemen pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkaitan dengan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah.

13 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai : a. Sebagai informasi bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam pengembangan dan peningkatan mutu penyelenggaran pendidikan di sekolah. b.sebagai bahan informasi dan pertimbangan yang ilmiah bagi dinas pendidikan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan peran supervisor pendidikan serta pengembangan dan peningkatan sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan. c. Sebagai wawasan dan perbandingan bagi para peneliti berikutnya terutama dalam bidang supervisi dan manajemen pendidikan. F. Batasan Istilah Untuk memudahkan pemahaman makna dari judul penelitian ini, maka perlu untuk membuat batasan yang dapat membatasi luasnya pengertian serta mengarahkan pembaca pada maksud yang hakiki dari penelitian ini. Maka batasan istilah dalam penelitian ini yaitu : 1. Implementasi: suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. 2. Supervisi akademik: adalah proses pengawasan serta pemberian bantuan pelayanan professional berupa pemantauan, penilaian, pembinaan dan pemberian motivasi oleh supervisor kepada guru. 3. Guru kompetensi keahlian kejuruan: Guru yang mengampu kompetensi keahlian kompetensi kejuruan yang ada di sekolah

14 4. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri: Sekolah yang membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang diselenggarakan lansung oleh pemerintah. 5. Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa: salah satu pengelompokan jenis SMK yang dalam penyelengaaraan sistem pendidikan di Indonesia.